Belantara Hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jantung Kehidupan Suku Tengger

Belantara Hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jantung Kehidupan Suku Tengger
info gambar utama

Paru - paru dunia dan Jantung Kehidupan merupakan analogi fundamental dari fungsi hutan dalam mendukung keberlangsungan ekosistem dan masyarakat.

Hutan merupakan sumberdaya alam yang memiliki berbagai fungsi penting diantaranya sebagai sumber keanekaragaman hayati dan sebagai sistem penyangga kehidupan, seperti sebagai penyedia jasa lingkungan yang memiliki nilai ekologi, ekonomi dan sosial yang tinggi. Pada kawasan Timur Pulau Jawa, terdapat salah satu taman nasional dengan bentang alam yang eksotis, biodiversitas yang melimpah, kearifan lokal yang unik serta mahsyur hingga ke negeri sebrang.

Ya, Cerita dari Hutan kali ini akan mengangkat tema Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). TNBTS diresmikan sebagai kawasan Taman Nasional pada 12 November 1992. TNBTS merupakan salah satu dari 11 cagar biosfer yang disahkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dengan keindahan yang sangat lengkap, mulai dari hutan hujan tropis pegunungan (Semeru, Bromo dan 13 lainnya), air terjun, danau, bukit, hingga lautan pasir berbisik yang menjadi daya tarik utama wisatawan.

Lokasi dengan luasan 50.276 ha yang terbagi atas tujuh zonasi dan meliputi 4 Kabupaten di Jawa Timur (Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo) menyebabkan TNBTS memiliki latar belakang historis, ekologis, geografis dan kultur yang menarik untuk dipelajari.

Jejak Historis dan Tradisi Suku Tengger

ulinulin.com
sumber: ulinulin.com

Pada kawasan TNBTS telah hidup berdampingan berbagai ragam suku dan agama yang berbeda (Islam, Hindhu, Budha) dengan nilai toleransi yang telah mendarah daging. Salah satu suku lokal yang memiliki tradisi dan kepercayaan yang cukup kontras dan unik jika dibandingkan dengan penduduk di Jawa Timur pada umumnya bernama Suku Tengger.

Nama suku tersebut disinyalir berasal dari nama Pegunungan Tengger yang mereka diami saat ini. Pun sumber lain mengatakan nama itu berasal dari gabungan nama nenek moyang mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger, keturunan dari Kerajaan Majapahit yang tertera dalam salah satu tulisan Robert W. Hefner dengan judul Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam.

Hidup berdampingan dengan alam menyebabkan masyarakat Tengger sangat menghargai keberadaan hutan pegunungan disekitarnya dan terlihat saling menghidupi satu dengan yang lain. Hutan merupakan sumber penghidupan bagi suku Tengger, jauh sebelum dibukanya TNBTS menjadi tempat wisata yang ikonik. Hal tersebut ditandai dengan kegiatan bertani secara monokultur ataupun wanatani yang telah digeluti sejak puluhan tahun yang lalu yang hingga saat ini masih dilakukan pada Zona Pemanfaatan TNBTS seluas 1.193,43 ha.

Meskipun arus wisatawan dalam negeri dan luar negeri yang tinggi serta rentannya akulturasi kebudayaan dari waktu ke waktu, tidak menyebabkan lunturnya karakteristik kuat dari masyarakat Tengger.

Berbagai tradisi dan upacara atau ritual keagamaan masih terus dilestarikan hingga saat ini seperti Yadnya Kasada (Kasodo), Karo, Kawalu, Kasanga, Ojung, Unan -- unan. Keseluruhan dari tradisi yang dilakukan merupakan upaya bersyukur dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik kepada dewa -- dewa serta upaya mempererat hubungan antar umat beragama.

Keanekaragaman Hayati melimpah, Rumah bagi flora - fauna langka Indonesia

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kegiatan Vulkanisme yang sangat intens menyebabkan fenomena kaldera dalam kaldera dan terciptanya Ekosistem unik pada Kawasan TNBTS. Diperkirakan kurang lebih 1.025 jenis flora dan 158 jenis fauna terdapat di TNBTS.

Beberapa flora pegunungan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain Acer Laurinum, Dodonaea viscosa, Homalanthus giganteus, Cyatea contaminans, Dycksonia sp., Scirpus mucronatus, Cemara gunung (Casuarina junghuhniana), Mentigen (Vacinium varingaefolium), dan Albizia lophanta,jamuju (Dacrycarpus imbricatus), eidelweiss (Anaphalis javanica), 157 jenis anggrek di kawasan hutan Gunung Semeru, jenis rumput langka (Styphelia pungieus), dan tanaman lainnya (Geonas, 2012; Budiyanti 2015).

Tanaman berkambium unik yang memiliki nodul akar untuk fiksasi nitrogen, Parasponia andersonii pun ditemukan di hutan TNBTS. Satwa langka seperti macan tutul (Panthera pardus melas), macan kumbang, elang bondol (Haliastur indus), dan lutung jawa (Trachyoithecus auratus auratus) terekam keberadaannya melalui camera trap.

Selain fungsi ekologis (menjaga biodiversitas flora dan fauna), kawasan hutan TNBTS juga memiliki fungsi hidrologis sebagai penyimpan sumber air bagi masyarakat desa. Seiring berjalannya waktu, keanekaragaman hayati dan kelestarian hutan di TNBTS menghadapi ancaman serius karena fragmentasi habitat (landuse change).

Olah pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada tahun 2016, saya dan teman-teman dari Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, mendapatkan kesempatan melakukan magang kerja dan penelitian di kawasan TNBTS, Resort Trisula. Berdasarkan hasil penelitian dan observasi lapang pada hutan terdegradasi dan hutan alami (utuh), beragam tanaman dan jamur ditemukan di sepanjang perjalanan. Namun, di lain sisi dampak buruk dari alih guna lahan hutan lindung menjadi tanaman monokultur dan pemukiman warga, serta penebangan liar sangat terlihat jelas.

Dampak alih guna lahan ditandai dengan berkurangnya biodiversitas, kurangnya tegakan tanaman pohon, kebakaran pada beberapa wilayah restorasi serta mulai mengeringnya aliran air pada air terjun Trisula (Coban Trisula), serta kualitas air yang menurun akibat erosi, limpasan permukaan, dan aplikasi pupuk pada lahan monokultur.

Gunung bromo yang terus aktif dan bahkan meningkatnya pelepasan asap sulfur dalam kurun 5 tahun terakhir serta pencemaran lingkungan dari para wisatawan atau sebagian penduduk lokal juga memperburuk kondisi pertumbuhan tanaman restorasi di wilayah TNBTS.

Nah, bagaimana menurut kalian? Sudah paham kan seberapa pentingnya hutan bagi kehidupan kita? Mungkin sebagian dari kamu masih bingung, apa sih gunanya mempelajari dan menjaga hutan yang bukan berada di daerah sekitar tempat tinggal kita?

Ya, Alasan utama yang sering terlupakan oleh sebagian orang adalah tentang fungsi hutan sebagai penyerap karbon terbesar, yang mana akan berdampak terhadap produksi oksigen dunia dan pengurangan jumlah gas rumah kaca penyebab fenomena global warming.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Oleh karena itu, setelah mengetahui betapa pentingnya hutan bagi kehidupan kita, maka kita harus menjadi wisatawan yang bijak dan peka lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menaati peraturan yang berlaku untuk melestarikan hutan dan fungsinya, serta menjaga keberlanjutan dan tradisi budaya pada kawasan TNBTS dan hutan-hutan di Indonesia.

Oh ya, pada halaman berikutnya ada dokumentasi singkat tentangmagang kami di TNBTS 2016 silam, silahkan ditonton ya!

https://youtu.be/6gSgwdB5FgY -- Magang di TNBTS

https://youtu.be/K73vENBGFZs -- Soil Adventure


Sumber:

www.mongabay.co.id | www.nationalgeographic.com | www.ulinulin.com | Id.wikipedia.org | www.bbc.com | Takaitu.com | Geonas, 2012. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. PT Berita Nusantara Jakarta Pusat. | Budiyanti, S. 2015. Analisis Deskriptif Aktivitas dan Potensi Komunitas Desa 'Enclave' Ranu Pane pada Zona Pemanfaatan Tradisional, Kecamatan Senduro, Kab. Lumajang, Wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Jurnal Sosiologi: Dimensi. 8(2) : 1 - 11. | Dokumentasi Pribadi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini