Bagaimana Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Bonus Demografi?

Bagaimana Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Bonus Demografi?
info gambar utama

Bonus demografi merupakan saat di mana suatu negara memiliki total jumlah penduduk dengan usia angkatan kerja (usia 15 tahun sampai usia 65 tahun) lebih banyak daripada jumlah penduduk non angkatan kerja (0-15 tahun dan 65 tahun keatas). Dalam bonus demografi ini Indonesia memiliki sekitar 70% dari total jumlah penduduk dalam kategori usia angkatan kerja dan sisanya merupakan usia non produktif.

Total jumlah penduduk angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2020-2030 adalah sekitar 180 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk non produktif adalah 60 juta jiwa. Ini berarti setiap 10 orang angkatan kerja akan menanggung sekitar 3-4 orang dengan usia non-produktif. Hal tersebut menjadi penunjang untuk kemajuan Indonesia karena akan memacu meningkatnya produktifitas dan hasil yang memadai.

Ini berarti banyaknya penduduk dengan usia yang produktif membuat beban tanggungan negara akan menipis. Tentunya hal ini akan terjadi jika bonus demografi yang didapatkan Indonesia dimanfaatkan dengan baik. Namun jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka sebaliknya akan menjadi bencana bagi Indonesia.

Hal ini terjadi karena Indonesia akan memiliki beban negara yang bertambah sebab SDM yang ada tidak dibina dan dipersiapkan untuk menghadapi bonus demografi. Beban negara yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah pengangguran yang akan muncul menjadi sebuah persoalan baru di Indonesia.

Kita dapat berkaca pada beberapa negara maju yang berhasil karena memanfaatkan bonus demografi seperti Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan lainnya. Dari adanya bonus demografi ini, tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan pemerintah demi masa depan Indonesia yang cerah.

Diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020-2030 dan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Dapat kita ketahui bahwa saat 2030, yang akan menjadi penduduk dengan usia produktif adalah remaja berumur belasan saat ini. Tentunya hal ini merupakan kabar baik karena anak-anak berumur belasan ini sedang giat-giatnya mencoba hal-hal baru dan dapat mempelajari sesuatu dengan cepat. Tentunya sayang sekali jika anak-anak ini tidak mendapatkan pembelajaran dan pendidikan yang baik untuk dapat bersaing di kemudian hari.

Dalam menghadapi bonus demografi ini pemerintah menyediakan penambahan lapangan kerja untuk menghadapi bonus demografi ini. Namun dengan adanya lapangan kerja yang melimpah tentunya tidak akan adil jika kualitas tenaga kerjanya tidak berkualitas.

Untungnya, pemerintah sudah melakukan antisipasi dengan mengadakan BLK atau Balai Latihan Kerja yang disediakan untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dengan memperoleh pelatihan vokasi untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi. Pelatihan tersebut diadakan di perusahaan milik pemerintah atau bahkan perusahaan milik swasta dengan program magang. Hal ini menjadi penunjang untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada di Indonesia.

Selain pelatihan vokasi, pemerintah juga merencanakan pemerataan pendidikan dari tingkat dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya ketimpangan kesempatan memperoleh pendidikan yang layak bagi penduduk Indonesia. Untuk pendidikan tingkat perguruan tinggi, pemerintah menyediakan beasiswa dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Hal ini juga menjadi penunjang bagi kaum muda untu bisa menggali ilmu dan bisa mengaplikasikannya kembali di negeri sendiri.

Setelah penyediaan fasilitas beasiswa dan pelatihan, penyuluhan tentang kewirausahaan pun perlu dilakukan untuk membangun Indonesia yang lebih mandiri. Selain itu tentu banyak hal yang harus disosialisasikan kepada masyarakat Indonesia agar bisa bersama-sama siap menghadapi bonus demografi yang akan dialami Indonesia dalam waktu dekat ini.


Sumber: antaranews.com, kumparan.com, detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini