Arief Yahya Bicara Jurus Pariwisata, Halal Tourism, dan Impian di 2045

Arief Yahya Bicara Jurus Pariwisata, Halal Tourism, dan Impian di 2045
info gambar utama

Topik pariwisata menjadi salah satu isu yang paling sering dibicarakan masyarakat saat ini. Dengan semakin berlimpahnya tempat wisata di Indonesia dan informasi yang kian mudah didapat, berwisata menjadi salah satu opsi terbaik dalam mengisi waktu berlibur.

Perkembangan pariwisata Indonesia pun terlihat semakin menuju ke arah yang lebih baik. Pengadaan 10 Bali Baru misalnya, yang memberi lebih banyak pilihan pada wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara, bahwa tujuan wisata populer di Indonesia tak hanya di pulau Bali semata.

Pengadaan 10 Bali Baru ini juga sebagai upaya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam memenuhi target yang ditetapkan presiden Joko Widodo. Pada tahun 2019 Indonesia ditargetkan dapat menggaet 20 juta wisatawan mancanegara (wisman), dan target ini naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2014 yang hanya 9,4 juta wisman.

Untuk mencapai target tersebut, Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata (Menpar) membeberkan jurus-jurus sakti Kemenpar dalam meningkatkan kuantitas wisatawan dan kualitas destinasi wisatanya.

GNFI berkesempatan berbincang langsung dengan Arief Yahya dalam program Tokoh Bicara, pertengahan September 2018 lalu. Di sela-sela kesibukannya, pria yang dulunya menjabat Direktur Utama Telkom Indonesia ini menjelaskan banyak hal, mulai kendala-kendala pariwisata Indonesia, cara menanganinya, dan tips untuk wisatawan muda.

Semakin dekat dengan target

Target tinggi diusung presiden Joko Widodo dalam bidang pariwisata. Selama masa kepemimpinannya pada periode 2014-2019, pariwisata Indonesia ditargetkan dapat menggaet 20 juta wisman. Angka yang sangat tinggi, tetapi tidak menyurutkan semangat Arief Yahya dalam menggapainya.

Ada beragam cara yang diperagakan Kemenpar dalam mencapai target 20 juta wisman di tahun 2019. Salah satunya adalah penggunaan media sosial dalam mempromosikan tempat-tempat wisata di Indonesia. Tagline pun juga ditetapkan, yakni Wonderful Indonesia.

Upaya Kemenpar dalam hal ini terbilang sukses. Dengan sekitar 70% wisatawan saat ini yang memakai gawai sebagai panduan berwisata, pertumbuhan wisata Indonesia terus beranjak naik. Dari tahun 2016 ke 2017 naik 22%, kemudian kepopuleran Wonderful Indonesia merangsek ke peringkat 47 dunia, mengungguli Malaysia Truly Asia dan Amazing Thailand.

Selain itu Arief Yahya juga menyebut rumus 3A, yang merupakan kumpulan dari Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas. Itu merupakan rumus dalam meningkatkan jumlah wisatawan di Indonesia. Namun ada satu kendala di situ, yakni aksesibilitas yang belum maksimal.

Ini terkait dengan biaya tinggi yang diperlukan untuk menjangkau beberapa daerah. Arief menjelaskan, itu dikarenakan Indonesia belum memiliki LCCT (Low Cost Carrier Terminal) yang dapat menampung LCC (Low Cost Carrier) internasional. Saat ini baru ada Terminal 1 bandara Soekarno-Hatta yang melayani LCC, tapi hanya penerbangan domestik.

Menyalip Malaysia

Selain tentang target dan kendala, bapak empat anak yang meneruskan estafet menteri dari Mari Elka Pangestu ini juga menjelaskan persaingan Indonesia dengan negara-negara lain di bidang pariwisata.

Arief menyebut Malaysia sebagai kompetitor emosional utama, dan Thailand sebagai professional competitor. Kemudian untuk kelas dunia, Arief menetapkan Spanyol dan Prancis sebagai kiblat, karena dua negara tersebut bisa menarik 60-80 juta wisman tiap tahunnya.

“Dua negara itu pendapatan, jumlah wismannya sangat besar, antara 60-80 juta. Lalu devisanya lebih dari USD 80 miliar. Itu dua negara yang biasanya dijadikan benchmark pariwisata dunia,” ujarnya menjelaskan.

Khusus untuk Malaysia, Arief Yahya juga berhasrat membawa Indonesia menyalip sang negara tetangga dalam kategori Halal Tourism atau yang juga disebut Moslem Friendly Tourism.

Peringkat Indonesia di Global Moslem Travel Index (GMTI) terus meningkat tiap tahunnya. Dari peringkat 6, terus merangkak naik ke posisi 4, urutan 3, dan tahun 2018 lalu di ranking 2. Arief ingin Indonesia ada di posisi pucuk GMTI, menyalip Malaysia yang saat ini menempati tempat tersebut.

Tips untuk anak muda

Jurus-jurus Kemenpar yang ditempuh dalam memajukan pariwisata Indonesia memang sangat ampuh, tapi Arief Yahya juga meminta agar masyarakat khususnya para anak muda ikut serta meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia.

Caranya bisa bermacam-macam, seperti gencar mempromosikan destinasi wisata melalui media sosial, mengembangkan destinasi digital, membuat nomadic tourism, atau memperbanyak home pot.

Apa arti dari istilah-istilah tersebut? Lalu bagaimana pandangan Arief Yahya tentang Indonesia di tahun 2045? Dan mana yang paling nyaman antara menjadi Dirut Telkom atau Menpar?

Semuanya bisa Kawan GNFI ketahui jawabannya di video berikut. Selamat menyaksikan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini