Menulis untuk Bahagia

Menulis untuk Bahagia
info gambar utama

Sebelumnya tak pernah terbesit dalam pikiran saya untuk berhenti bekerja. Bagi saya, seorang perempuan juga punya hak untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Perempuan juga harus jadi insan yang mandiri, termasuk dalam hal finansial.

Namun terkadang kita dihadapkan pada situasi yang mengharuskan untuk mengambil keputusan yang di luar kebiasaan. Menjadi ibu ternyata membuat cara berpikir saya berubah.

Karier bukan lagi menjadi yang utama. Hingga keputusan untuk berhenti bekerja itu pun datang.

Berganti peran ternyata menimbulkan pergolakan. Saya tahu menjalani peran baru itu tidak mudah, tetapi saya tidak menyangka kalau rasanya akan sesulit ini.

Meski menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga seperti biasa, sesungguhnya selalu ada pergolakan dalam diri ini. Saya mulai merasa kurang berarti karena peran yang minim apresiasi.

Semesta pun menjawab kegalauan saya. Seorang teman lama menyarankan saya untuk mulai menulis. Kala itu, saya tak terlalu paham alasannya, tetapi saya putuskan untuk tetap mengikuti saran teman saya. Lega, itu yang saya rasakan ketika menyelesaikan tulisan pertama saya setelah bertahun-tahun berhenti menulis.

Ya, ini memang bukan kali pertama saya mengenal dunia menulis. Sejak SD saya telah akrab dengan dunia ini. Berawal dari bertukar buku tulis dengan teman sebangku untuk ditulisi cerita pendek, saya mulai jatuh cinta dengan dunia menulis.

Sepanjang sekolah saya habiskan waktu dengan banyak menulis. Namun kesibukan akhirnya menenggelamkan saya, menulis tak pernah lagi saya lakukan.

Sejak memulai kembali, menulis seakan jadi candu bagi saya. Apalagi setelah saya mengenal metode free writing dari almarhum Pak Hernowo Hasim. Menulis tidak hanya membuat beban pikiran saya terangkat, tetapi juga memberi ruang bagi saya untuk kembali merasa lebih berarti.

Saya mulai memberanikan diri membagikan tulisan saya. Semua saya lakukan tanpa ada keinginan muluk untuk diapresiasi. Namun sebuah pesan singkat di kolom komentar blog membuka mata saya.

"Terima kasih atas tulisannya, Bun. Sangat bermanfaat untuk saya karena kebetulan saya sedang menghadapi persoalan yang sama."

Begitu kira-kira pesan yang saya dapatkan. Saya tidak menyangka bahwa tulisan saya bisa membantu orang lain. Awalnya saya hanya menulis demi untuk diri saya sendiri, akan tetapi pesan tersebut telah mengubah orientasi saya. Kini saya selalu berusaha menjadikan tulisan saya bermanfaat bagi orang lain.

Saya teringat sebuah kutipan dari Anne Frank,

"I Can Shake Everything As I Write; My Sorrow Disappear, My Courage Is Reborn"

Menulis tidak hanya menyembuhkan kepedihan, ia juga mampu menumbuhkan keberanian. Rasa percaya diri yang sempat padam akibat pergantian peran, sedikit demi sedikit mulai kembali tumbuh berkembang. Ditambah lagi, kini saya bisa melihat banyak peluang dari dunia menulis.

Dunia menulis juga telah memberi saya ruang untuk berprestasi, bertemu dengan banyak kawan baru dan belajar banyak hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Menulis untuk dikenang, maka tinggalkanlah jejak tulisan yang membahagiakan. Itulah kemudian yang menjadi alasan saya membuat sebuah blog dengan nama "positivemomdiary".

Sebab, saya berharap dapat menularkan semangat positif pada setiap ibu dan menumbuhkan kecintaan ibu akan perannya melalui tulisan yang saya buat.

Sampai kapan saya akan menulis? Selama saya bahagia melakukan, saya tidak akan pernah pernah berhenti menulis.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini