Review Gundala: Hujan, 10% Kenangan, 90% Kekuatan

Review Gundala: Hujan, 10% Kenangan, 90% Kekuatan
info gambar utama
  • Review Gundala, film superhero pertama Indonesia yang tayang di bioskop.
  • Di Gundala, hujan tak hanya membawa kenangan tapi juga kekuatan.
  • Musuh Gundala sangat misterius. Selain ada banyak, ada teka-teki musuh selanjutnya di akhir film.

Film pahlawan super pertama Indonesia telah hadir di layar lebar. Dengan judul Gundala dan tagline Negeri Ini Butuh Patriot, film garapan Joko Anwar beserta kru ini menjadi awalan yang bagus sebagai pembuka BumiLangit Cinematic Universe (BCU)

Gundala menjadi film pertama dari rentetan film pahlawan super Indonesia di bioskop. Film yang dibintangi Abimana Aryasatya sebagai tokoh Gundala ini, di rilisan pertamanya lebih membangun cerita dan karakter Gundala.

Seperti film-film pertama di semestanya masing-masing, Gundala di film ini tampil dengan penuh keterbatasan. Baju tempur masih buatan sendiri yang ala kadarnya, mengingatkan kita ke Daredevil di season pertama, atau Spiderman-nya Tobey Maguire yang harus belajar mengontrol kekuatannya.

Sancaka, nama asli Gundala, tumbuh di area pinggiran kota yang kumuh. Kerasnya kehidupan sejak kecil membuatnya terdidik jadi anak yang tangguh, bahkan sampai beranjak dewasa pun kenangan masa kecil masih melekat di pikirannya. Dari situlah dia belajar untuk pantang menyerah.

Bisa dibilang, hujan bagi Gundala tak hanya membawa kenangan, tapi juga sumber kekuatan. Hujan bagi Gundala ibarat pengisian tenaga, karena petir yang menyambar langsung membuatnya jadi sakti.

BACA JUGA: Bumilangit Phase 1 : Dari Gundala, Sampai Mandala

Setting film ini bertema dark, mirip nuansa di film-film DC, tapi tidak sekelam Batman The Dark Knight karya Christopher Nolan. Di film Gundala masih bisa kita jumpai guyonan-guyonan lucu yang menghibur, sama sekali tidak jayus, walaupun tokoh yang sedang bercanda ekspresinya datar.

Film berdurasi 2 jam 3 menit ini sangat menggambarkan kehidupan di negeri kita. Para rakyat jelata yang berjuang di tengah keterbatasan, serta elite politik yang saling sikut demi kekuasaan, membuat Indonesia sangat sulit menjaga perdamaian.

Pahlawan kemudian hadir dalam sosok Gundala. Dari seorang buruh pabrik yang sudah menjalani kerasnya kehidupan jalanan sejak masih kecil, menjadi penyelamat berkat kekuatan petirnya.

Tokoh Pengkor yang diperankan Bront Palarae | Foto: Instagram @gundalaofficial
info gambar

Musuh yang penuh misteri

Pengkor yang film ini diperankan Bront Palarae menjadi musuh utama Gundala. Kelicikannya sebagai pejabat tinggi membuat negara terancam memiliki satu generasi yang tidak bermoral. Gundala beserta seorang pejabat elite lainnya, berusaha menghentikan upaya Pengkor.

Nuansa mencekam selalu mengiringi ketika Pengkor hadir. Dari suaranya yang berat, separuh wajahnya yang dipenuhi luka bakar, langkah pincangnya yang seakan membuat orang menjauh, dan alunan musik menegangkan, membuat suasana film berubah drastis.

Uniknya masa lalu Pengkor juga mirip Sancaka. Dia tumbuh besar di tengah kerasnya kehidupan, kehilangan orang tua, dan masa lalu yang kelam terus melecutnya untuk terus bertahan hidup. Namun Pengkor mendapatkan hikmah yang berbeda dibandingkan Gundala, dan dari sudut pandang itulah dia berbuat.

BACA JUGA: Sekilas tentang Bumilangit Cinematic Universe, Semesta Superhero Indonesia

Apakah cuma Pengkor saja yang jadi ancaman Gundala? Bukan... karena di belahan daerah lain ada tokoh antagonis juga yang kelak akan dihadapi Gundala beserta kolega.

Aura sadis terpancar penuh dari raut wajahnya. Walau tidak ada luka yang menganga seperti Pengkor, tapi terlihat dia orang yang punya satu tujuan dan tidak takut menghabisi siapapun yang menghalanginya.

Dialog utamanya muncul di akhir film, sebagai orang yang membangkitkan Ki Wilawuk.

Oh iya, jangan langsung tinggalkan kursi kalian seusai film ya, karena ada satu mid-credit scene yang berhubungan dengan film selanjutnya, Sri Asih.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini