Silase, Cadangan Pakan Ternak Saat Kemarau

Silase, Cadangan Pakan Ternak Saat Kemarau
info gambar utama

Kemarau panjang yang melanda Indonesia menyebabkan beberapa daerah mengalami kekeringan. Hal ini menyebabkan tumbuhan hijau sukar tumbuh dan bahkah mati karena kurangnya persediaan air. Para peternak yang mengandalkan tumbuhan hijau sebagai pakan ternak akhirnya harus ke tempat yang lebih jauh untuk mendapatkan hijauan. Untuk menyiasati kelangkaan hijauan pada musim kemarau, ada beberapa teknik pengawetan bahan pakan. Salah satu teknik pengawetan tersebut yakni model silase.

Dikutip dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), silase adalah hasil pengawetan pakan ternak yang memiliki kadar air tinggi yang diolah dengan proses fermentase dengan bantuan jasad renik. Silase dihasilkan dengan proses anaeorob atau dalam keadaan kedap udara. Silase biasanya diberikan untuk ternak ruminansia seperti sapi dan kambing.

Hijauan merupakan bahan dasar silase yang dapat berasal dari rerumputan atau limbah hijau pertanian | Sumber www.biotek.lipi.go.id
info gambar

Sama halnya dengan pakan ternak pada umumnya, bahan dasar silase adalah hijauan yang menjadi makanan utama ternak. Hijauan ini dapat berasal dari limbah pertanian seperti tebon jagung, tebon padi, daun kacang tanah, dan macam hijauan lain yang umumnya menjadi makanan ternak ruminansia. Selain bahan utama, perlu juga adanya bahan konsentrat yakni bekatul atau dedak padi. Dalam laman Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) disebutkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan silase. Bahan-bahan tersebut adalah

  1. Hijauan sebagai bahan silase dalam hal ini digunakan rerumputan seperti rumput gajah.
  2. Tetes tebu (molase), dengan perbandingan 3% dari total bahan silase.
  3. Dedak, sebanyak 5% dari bahan silase.
  4. Menir, sebanyak 3,5% dari bahan silase.
  5. Onggok, sebanyak 3% dari bahan silase.
  6. Silo atau kantong plastik sebagai wadah silase.

Mengingat mudahnya mendapatkan bahan-bahan tersebut, maka silase dapat dibuat secara mandiri oleh peternak. Peternak dapat mengumpulkan hijauan sebanyak mungkin saat musim penghujan, karena hijauan akan melimpah ketika musim penghujan ataupun ketika masa panen berlangsung.

Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat silase :

  1. Potong hijauan menjadi kecil-kecil ukuran 5 – 10 cm. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peternak saat menyimpan bahan pakan ke dalam wadah agar kondisi kedap udara tetap terjaga.
  2. Campurkan seluruh bahan dan aduk hingga merata.
  3. Setelah menjadi satu campuran, masukkan bahan pakan ke dalam silo atau wadah yang telah disiapkan. Selama memasukkan bahan ke dalam silo, bahan tersebut ditekan-tekan hingga penuh. Hal ini bertujuan untuk menjadikan bahan-bahan dalam silo menjadi kedap udara.
  4. Tutup rapat wadah silase dan bila memungkinkan gunakan pemberat di atasnya untuk mengantisipasi kemugkinan adanya udara yang masuk.
  5. Diamkan bahan pakan selama 6 – 8 minggu.
  6. Silase dapat diberikan pada ternak setelah proses fermentasi selama didiamkan selesai.
Silase dapat bertahan lama dan berkuliatas baik sehingga dapat menjadi makanan cadangan untuk ternak terutama saat musim kemarau | Sumber www.pioneer.com
info gambar

Silase dapat bertahan antara 6 bulan hingga 1 tahun tergantung pada perawatan setelah silase selesai. Hasil silase yakni pakan masih berupa hijauan, artinya tidak berubah menjadi kering. Pakan yang masih berwarna hijau ini menandakan kualitas bahan masih bagus. Jadi, silase dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak di segala musim terutama sebagai makanan cadangan ketika musim kemarau atau bahkan musim paceklik. Pemanfaatan silase juga merupaka salah satu cara meningkatkan nilai guna limbah pertanian. Limbah pertanian yang biasanya terbuang sia-sia, dapat digunakan sebagai makanan jangka panjang untuk ternak ruminansia.

Oleh sebab itu, peternak diharapkan dapat bekerja sama dengan petani dalam memanfaatkan hijauan ketika musim panen atau ketika jumlah hijauan melimpah. Hal ini sebagai upaya mengantisipasi kelangkaan pakan ternak ketika musim kemarau tiba dan mengantisipasi penurunan kualitas ternak akibat tidak terpenuhinya sumber makanan yang bergizi.


Catatan kaki: LIPI | Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi.

WL
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini