Apakah Kawan GNFI punya selera humor yang unik?
Salah satu pertunjukkan yang bisa menuntaskan selera humor Kawan GNFI adalah Ludruk. Ya, sebuah pertunjukkan masyarakat dari wilayah Jawa Timur ini menampilkan sebuah hiburan dengan cerita kehidupan sehari-hari hingga kisah-kisah perjuangan yang dikemas secara tradisional. Pada dasarnya, Ludruk memanglah sebuah seni pertunjukan tradisional dalam bentuk drama.
Meskipun berasal dari Jawa Timur, namun apakah istilah Ludruk juga berasal dari bahasa Jawa Timur-an?
Ada beberapa pendapat mengenai asal istilah Ludruk, tercatat ada tiga pendapat yakni berdasarkan Cak Markaban seorang tokoh Ludruk Triprasetya RRI Surabaya, menurut Cak Kibat tokoh Ludruk Besutan dan menurut Dukut Imam Widodo.
Menurut Cak Markaban, istilah Ludruk berasal dari kata gela-gelo yang artinya menggeleng-geleng dan gedrak-gedruk yang berarti menghentak-hentak. Maknanya adalah bahwa pembawaan pemain Ludruk itu kepalanya yang sering geleng-geleng dan kaki yang dihentak-hentakkan seperti penari Remo. Karena pertunjukkan Ludruk diawali dengan pementasan Tari Ngremo.

Sedangkan, menurut Cak Kibat, istilah Ludruk berasal dari kata molo-molo dan gedrak-gedruk yang artinya pembawaan pemain Ludruk adalah mulutnya berbicara dengan kidungan dan kakinya yang menghentak-hentak. Pendapat yang terakhir adalah menurut Dukut Imam Widodo dalam bukunya Soerabaia Tempo Doeloe. Dalam buku tersebut, Ludruk merupakan istilah yang berasal dari bahasa Belanda yakni leuk en druk yang artinya menyenangkan. Kata tersebut muncul ketika anak-anak Belanda melihat pertunjukan yang sangat lucu. Sehingga kata Ludruk diadaptasi ke dalam bahasa Nusantara untuk sebuah pertunjukan yang bersifat lucu atau menghibur pada masa itu yang berkembang di wilayah Jawa Timur, yakni leuk en druk menjadi Ludruk.
Nah, berdasarkan tiga pendapat di atas, menurut Kawan GNFI, mana pendapat yang paling memungkinkan sebagai asal-usul istilah Ludruk?
Catatan kaki: blogkulo
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News