Mengenal Design Thinking, Metodologi Pemecah Masalah

Mengenal Design Thinking, Metodologi Pemecah Masalah
info gambar utama

Apa yang terpikir di benak Kawan GNFI ketika mendengar kata “desain”? Ya, kebanyakan orang mendefinisikan desain sebagai sebuah gambar. Namun ternyata, desain bukanlah hanya perkara gambar. Desain juga bisa diartikan sebagai rancangan sesuatu untuk menyelesaikan masalah.

Maka ketika mendengar kata design thinking, dapat diartikan ialah sebuah metodologi desain yang bertumpu pada pencarian solusi untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Atau, bisa juga diartikan sebagai metode yang pada dasarnya, filosofinya adalah human centered design (HCD), suatu desain yang berfokus pada manusia dengan aplikasi menggunakan experience design.

HCD merupakan cara yang akan Kawan GNFI lakukan untuk membuat sebuah solusi dari suatu masalah, dengan melihat peluang yang ada.

“Jadi, jangan hanya fokus ke masalah saja tanpa melihat yang lain,” ujar Muhammad Miqdad Darmawan selaku CO-Founder Beebliography, saat menjelaskan design thinking pada Webinar GNFI ke-5, Kamis (26/03) lalu.

Selanjutnya, ketika mencari tahu sebuah peluang yang ada dari suatu masalah, Kawan GNFI perlu memahami terlebih dahulu empat hal yang ada pada HDC, yakni kebutuhan, keinginan, perilaku, dan konteks. Keempat hal tersebut biasanya bersumber dari siapa dan apa hal yang akan kita selesaikan masalahnya.

Keempatnya sangatlah penting untuk diterapkan, karena pada dasarnya HDC juga mengedepankan tiga hal. Apa saja tiga hal tersebut? Ialah keinginan (desirability), kemungkinan (feasibility), dan keberlangsungan (viability).

Desirability bisa dilihat dari orang maunya apa, feasibility secara teknis bagaimana menyelesaikan masalah, dan viability membicarakan secara finansial, serta hitungan waktu. Ketika mulai dari desirability dan keduanya ditekan, maka bisa menciptakan sebuah inovasi yang tervalidasi,” tutur Miqdad, seorang yang biasa bekerja di bidang design dan research.

EDIPT Design Thinking | Foto: uxdesign.cc
info gambar

Setelahnya, saat Kawan GNFI sudah mengetahui dengan jelas HCD, maka selanjutnya adalah mencari tahu cara menggunakan HCD pada design thinking. Terdapat lima langkah yang bisa dilakukan, biasanya disingkat dengan EDIPT, yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test.

Perlu Kawan GNFI ketahui, bahwa lima langkah tersebut bukanlah proses linear, bisa dimulai dari mana saja sesuai dengan kebutuhan. Ketika menggunakan HCD pada design thinking, Kawan GNFI juga akan melewati tiga hal berupa inspirasi (inspiration), membuat ide (ideation), dan penerapan (implementation).

Inspiration adalah cara kita mencari tahu apa yang mau diselesaikan, bagaimana orang-orang selama ini berinteraksi dengan solusi yg sudah ada, seberapa besar masalah itu terjadi. Maka dengan begitu, kurvanya akan naik, karena kita mau cari tahu lebih jauh sesuatu yang belum pernah kita lihat,” jelas Miqdad.

Masih dengan penjelasan yang sama, selanjutnya Miqdad menjelaskan bahwa ideation adalah mencari ide dengan ditulis lalu dibuat polanya dari segala hal yang sudah didapat di inspiration.

Terakhir, ialah implementation yaitu membuat sebuah prototype yang tujuannya untuk mendapatkan feedback langsung dari user atau penerima solusi.

Kembali pada langkah yang sudah dibahas di atas, EDIPT, ternyata masing-masing EDIPT juga memiliki banyak alat yang berbeda-beda. Pertama ialah empathize. Ada empat alat yang bisa digunakan berupa service safari, diary studies, field studies, dan intercept. Cara menentukan yang paling efektif adalah dengan mendesain research terlebih dahulu dan mengetahui objek di risetnya.

“Karena sering kali ketika berempati, jatuhnya bukan memahami orang, tapi malah validasi dari asumsi sendiri. Maka dengan begitu jadi menutup banyak pintu. Tentukan dahulu objeknya apa,” kata Miqdad.

Kedua, define ialah dengan cara download your learning, find themes and insights, dan craft “how might we” questions.

Value Proposition Canvas | Foto: productcoalition.com
info gambar

Ketiga, ideate. Ada banyak alat yang bisa digunakan, salah satunya value proposition canvas dengan bentuk lingkaran dan kotak. Ada juga yang lebih sederhana dengan menjelaskan what we are right now, lalu kondisinya seperti apa, dan kedepannya akan seperti apa.

Keempat, cara membuat prototyping ialah bisa menggunakan storyboard, rapid prototyping, get feedback, integrate feedback and iterate, dengan menggunakan physical, digital, environments, dan services.

Terakhir, setelah melewati semuanya, kemudian lakukanlah tes agar Kawan GNFI dapat mengetahui bagus atau tidaknya suatu produk, hal apa yang menimbulkan pertanyaan, dan adakah suatu hal yang bisa dibuat supaya menjadi solusi yang lebih baik lagi.

Jadi prototype dan user testing bisa dilakukan berkali-kali, meskipun produknya sudah launching,” tutur Miqdad menjelaskan.

Proses tes | Foto: materi narasumber
info gambar

Melihat panjangnya proses tersebut, ada beberapa elemen yang perlu Kawan GNFI perhatikan ketika melaksankan design thinking. Sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu bahwa design thinking ini tidak hanya digunakan untuk sebuah aplikasi saja, tapi juga bisa untuk banyak hal pada berbagai sektor.

Elemen yang perlu diperhatikan ialah pengalaman desain, hal yang di desain produk, pelayanan, dan proses dengan melihat pengalaman user. Dari situ, Kawan GNFI akan mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu produk atau solusi yang sudah dibuat.

Dari banyaknya hal yang sudah dilalui, sebenarnya design thinking sangat penting untuk diterapkan. Dengan begitu, produk atau solusi yang akan Kawan GNFI buat menjadi lebih terstruktur dengan rapi.

Tak hanya itu, dengan menggunakan design thinking juga, Kawan GNFI akan mendapatnya banyak manfaat, seperti dapat fokus pada penilaian langsung dari manusia selaku pengguna, dapat langsung menunjukan sebuah produk atau menunjukan solusi, dapat menjelaskan hasil yang sudah dibuat, menerapkan proses eksperimen, dan dapat berkolaborasi dengan bebas.

Poster Webinar | Foto: GNFI
info gambar

Itulah sedikit ulasan pada Webinar GNFI ke-5 dengan tema Design Thinking: Solving Problem (Without Problem). Bagi Kawan GNFI yang belum sempat mengikuti acara webinarnya, kalian bisa mendengarkan ulasan secara lengkapnya di podcast Good Voice Episode 13.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini