Balancing Rock Belitung, Batu Granit Raksasa yang Berdiri Seimbang di Tepi Jurang

Balancing Rock Belitung, Batu Granit Raksasa yang Berdiri Seimbang di Tepi Jurang
info gambar utama

Sejak novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata difilmkan dan mengalami ketenaran pada pengujung tahun 2000-an, nama Pulau Belitung menjadi sorotan. Orang-orang pun penasaran, karena Belitung yang dijadikan latar pada film tersebut tampak menjanjikan dijadikan destinasi wisata.

Semenjak saat itu wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke pulau yang memiliki luas 4.801 kilometer per segi ini. Beragam tempat plesiran alam terbuka tersedia di pulau tersebut yang kebanyakan ialah tempat wisata pantai seperti Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, dan Pantai Punai.

Sebenarnya tidak hanya di pesisir, beberapa objek wisata di daratan juga tersedia di Pulau Belitung. Sebut saja Danau Kaolin dan Museum Kata yang merupakan museum literatur pertama di Indonesia.

Selain dua objek wisata daratan yang sudah disebutkan, Belitung juga mempunyai satu lagi nih Kawan GNFI, namanya Bukit Bintan. Lalu keunikan apa sih yang ada di bukit ini? Jawabannya yaitu batu raksasanya. Pada bagian atas bukitnya terdapat batu raksasa yang posisinya tampak seperti melayang. Kebanyakan orang menyebutnya balancing rock atau batu seimbang.

Bukit Bintan, Salah Satu Monadnok di Indonesia

Monadnok adalah hasil denudasi (pengikisan lapisan atas permukaan tanah yang disebabkan oleh hujan, angin, dan salju sehingga kesuburan tanah menjadi hilang) berupa bukit-bukit kecil sisa-sisa bagian gunung yang keras dan biasanya berupa batuan induk yang keras. Litologi pembentuk monadnok terdiri dari satuan batuan ubahan (metamorf), intrusi terutama granit, dan sedimen yang terlipat dan berumur tua.

Di wilayah Eropa monadnok juga bisa ditemukan di kawasan Prancis, Belgia, Belanda, Jerman bagian utara, Denmark, dan sebagian besar Polandia.

Sementara itu di Indonesia, batuan hasil erosi fenomena alam seperti monadnok ini dapat ditemukan di deretan pegunungan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain di Yogyakarta, monadnok juga ditemukan di Paparan Sunda (Sundaland), di daratan utama yang terletak di Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya salah satunya tentu di Bintang, Belitung.

Balancing rock Bukit Bintan bisa ditemukan di Google Maps.
info gambar

Secara geologi, Kepulauan Belitung merupakan salah satu sisa perwujudan dari Paparan Sunda yang tenggelam pada zaman kuarter dan kenaikan muka air laut akibat meleburnya es di kutub.

Letak monadnok Bukit Bintan sendiri berada di sebelah barat laut Pulau Belitung sekitar 14 kilometer dari kota Tanjungpandan. Dari pinggir Jalan Ranati, Dusun Aik Gelarak, Desa Air Selumat, hanya sekitar 200 meter. Bisa diakses dengan kendaraan bermotor motor ataupun mobil. Bila naik motor, pengunjung bisa parkir lebih dekat sebelum melanjutkan dengan jalan kaki.

Bak Melayang di Atas Bukit

Batuan granit bisa ditemukan di banyak daerah di Pulau Belitung. Umumnya, bisa ditemukan di pantai-pantai yang menjadi tempat wisata.

Granit berasal dari bahasa latin "granium" yang berarti biji. Di Belitung batu-batu granit berukuran raksasa memamerkan susunan yang unik sehingga enak dipandang.

Secara geologi granit di Belitung dikenal sebagai granit Tanjungpandang. Usianya sekitar 208-245 juta tahun yang merupakan salah satu tipe dari tiga jenis granit yang ada di Belitung. Tersebarnya granit di pesisir laut Pulau Belitung membuat tempat ini menjadi potensi geowisata laut.

Monadnok granit di Bukit Banitan, Belitung.
info gambar

Batuan granit juga tersedia di Bukit Banitan yang memiliki tinggi 100 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Jalan menuju puncak Bukit Bintan masih jalan setapak yakni berupa jalan tanah terjal dan cukup licin. Kita juga harus melewati semak belukar terlebih dahulu dan harus sedikit mendaki bebatuan yang curam untuk tiba di atas. Setelah melewati tanjakan setinggi 10 meter, barulah kita akan disuguhkan dengan batu granit raksasa yang menjadi daya tarik tempat geowisata tersebut.

Tidak hanya ukuran ekstranya saja yang menebar pesona, tetapi posisinya berdiri menjadi keunikannya yang lain. Batu yang diberi nama Batu Banitan oleh warga sekitar itu tampak indah dan eksotis karena berdiri miring dan terlihat seperti melayang.

Tentu saja tidak benar-benar melayang, hanya kelihatannya saja kalau dilihat dari sudut-sudut tertentu lewat mata telanjang. Namun, keunikan sebenarnya Batu Banitan memiliki posisi yang sepenuhnya miring, tetapi tidak goyah untuk jatuh padahal berdiri di tepi bukit atau tebing jurang.

Batu Bintan
info gambar

Rupanya, ada sebuah batu kecil yang menahan batu besar ini tidak jatuh ke bawah. Batu kecil itu bagaikan lem perekat yang terlindung pasir dan terletak di antara sisi bebatuan.

Miring, tetapi solid tak jatuh. Maka dari itulah batuan ini diberi nama Balancing Rock atau Batu Seimbang oleh para pengunjung.

Pesona di atas Bukit Banitan tidak hanya batuan granitnya saja. Dari atas puncak, kita bisa melihat hamparan hutan lebat dan jalanan raya yang berkelok-kelok.

Bukit Banitan dinilai cocok sebagai tempat liburan terutama untuk berkemah, hiking, atau olahraga panjat tebing. Perlu diingat, ketika berkunjung kita mesti membawa makan dan minuman mengingat objek wisata ini belum seramai tempat lainnya.

Referensi: Anekatempatwisata.com | Geomagz.geologi.esdm.go.id | Geotourism.guide | Bangka.Tribunnews.com | Geomagz Vol 6 No 3 September 2016

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini