Perjalanan Terakhir N-250 Gatotkaca

Perjalanan Terakhir N-250 Gatotkaca
info gambar utama

Pagi itu, 10 Agustus 1995, di sebuah hanggar besar di Bandung, semua terlihat sumringah, sebuah kata dalam bahasa Jawa yang menunjukkan kebahagiaan yang sangat besar hingga bakal nampak jelas terlihat di wajah. Presiden dan Ibu Tien Soeharto terlihat berjaket dan bertopi puti, pun dengan seluruh pejabat yang hadir di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.

Ada tulisan 'N-250 First Flight' di jaket putih mereka.

Pagi itu adalah momen bersejarah bagi dunia kedirgantaraan Indonesia. Pesawat perdana buatan anak bangsa N-250 Gatot Kaca akan terbang untuk pertama kalinya. Menteri Riset dan Teknologi kala itu, (alm) BJ Habibie terlihat sibuk untuk memastikan peristiwa penting tersebut berjalan lancar dan sempurna.

Dan sejarah baru pun dimulai. Saat presiden Soeharto menyalami para pilot yang akan segera menerbangkan N-250 pagi itu. Suasana mulai hening dan menegangkan. Dan dengan tiba-tiba tergantikan dengan suara gemuruh pesawat berbaling-baling dengan cat berwarna putih bergaris biru mulai terdengar. Pesawat itu melaju pelan, berputar arah kemudian mulai bergerak di landasan pacu. Kencang, semakin kencang dan akhirnya lepas landas. N-250 akhirnya terbang di atas langit Bandung.

N-250 terbang perdana sekitar 55 menit. Berita ini disiarkan hampir ke seluruh dunia. Sebelumnya sejumlah pengamat penerbangan memprediksi N-250 tidak mampu terbang dan bahkan akan bermasalah saat lepas landas. Sejarah berkata lain, pagi itu N-250 terbang tinggi di atas cakrawala dan gagah membelah angkasa. Hari bersejarah tersebut kemudian diperingati sebagi Hari Teknologi Nasional.

Nama N250 Gatotkaca memiliki beberapa arti. Huruf N merupakan singkatan dari Nusantara. Sedangkan angka 2 adalah singkatan dari dua mesin dan 50 mewakiliki kapasitas 50 penumpang. Pesawat ini memang dibuat untuk menjadi alat transportasi antarpulau atau antarkota, dan dibuat untuk jangka waktu 30 tahun.

(Alm) BJ Habibie kemudian berujar, bahwa N-250 bukanlah karyanya. "Pesawat ini adalah karya insinyur-insinyur Indonesia".

Itulah momen yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, yang disiarkan langsung melalui televisi. Momen itu menjadi buah bibir selama beberapa lama di Indonesia, dan bahkan di negara-negara tetangga. Rasa bangga dan percaya diri pun membuncah hebat, menyaksikan bahwa Indonesia mampu memproduksi pesawat terbang berteknologi tinggi. Kala itu, masa depan Indonesia terlihat begitu cerah, maju, dan membanggakan. Apalagi, pesawat tersebut itu sempat tampil di beberapa International Air Show, salah satunya di Le-Bourge, Paris Air Show 1997.

Namun kenyataan berkata lain. Setahun setelah itu, Asia dilanda krisis hebat 1998, dan salah satu negara paling terdampak adalah Indonesia. Dan N-250 pun, harus menerima takdir sejarah, teronggok di hanggar, tanpa pernah terbang lagi.

Perjalanan Terakhir

Sekitar seminggu yang lalu, pesawat Gatotkaca diserahkan PTDI kepada TNI AU karena akan dimuseumkan. Tim dari TNI AU mempersiapkan pesawat tersebut untuk layak dibawa dari Bandung menuju Yogyakarta. Tidak terbang mengangkasa, melainkan dikirim lewat jalan darat.

Dalam posting Facebooknya, TNI Angkatan Udara menulis:

"PERJALANAN TERAKHIR N250 GATOTKACA

Sejarah baru sedang dijalani N-250 Gatotkaca. Pesawat asli karya putra Indonesia yang pada 1995 sempat menggegerkan dunia karena kecanggihan teknologinya pada jamannya, kini harus menerima kenyataan sebagai penghuni museum.

Sang Gatotkaca, kini bersiap melakukan perjalanan panjang dari Bandung menuju Muspusdirla Yogyakarta, bukan terbang tetapi melalui jalan darat.

Ada perasaan pilu menyaksikan nasib sang Gatotkaca kini, meskipun demikian, ini kenyataan yang tidak bisa kita tolak.

Selamat jalan Gatotkaca, semoga di tempat baru, kamu dapat lebih menginspirasi generasi sekarang dan mendatang."

Pesawat N-250 Gatotkaca yang dulu pernah melakukan terbang perdana dan membuat berjuta orang bangga, kini akan lebih dekat dengan kita. Tak di angkasa, melainkan di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini