BEI Cetak Rekor Transaksi Harian Sepanjang Sejarah di Tengah Kekhawatiran PSBB Jakarta Jilid 2

BEI Cetak Rekor Transaksi Harian Sepanjang Sejarah di Tengah Kekhawatiran PSBB Jakarta Jilid 2
info gambar utama

Rabu, 9 September 2020, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengumumkan bahwa Jakarta akan kembali mengalami fase Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jilid 2. Bukan lagi PSBB Transisi yang sudah melonggarkan pengetatan segala jenis aktivitas masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Di tengah kekhawatiran akan pemberlakukan PSBB itu, rupanya hal ini tak mengurungkan niat para pelaku pasar untuk melakukan transaksi jual beli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya selama sepekan, pada periode perdagangan 7-11 September 2020, Pasar Modal Indonesia mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah transaksi hariannya.

Sepanjang satu pekan tersebut BEI mencatat ada 934.733 kali transaksi di BEI. Angka ini telah menembus angka rekor tertinggi sebelumnya yang pernah dicetak pada 9 Juni 2020 dengan angka 928.565 transaksi.

Secara persentase, rata-rata nilai transaksi harian bursa mengalami peningkatan sebesar 1,45 persen. Dari Rp8.684 triliun yang dicapai pekan lalu, menjadi Rp8.810 triliun.

Kemudian rata-rata frekuensi harian mengalami perubahan sebesar 0,41 persen. Sedangkan untuk rata-rata volume sepekan juga mengalami perubahan yang cukup besar yaitu mencapai 11,50 persen.

Dilanda Sentimen Negatif Dalam Negeri

Jakarta PSBB Lagi
info gambar

Padahal, kondisi pasar sedang dilanda sentimen negatif dalam negeri dengan pengumuman PSBB Jakarta Jilid 2. Tak ayal para ekonom dan analis pasar keuangan menilai bahwa ini menjadi salah satu ancaman bagi Indonesia yang dibayang-bayangi akan mengalami resesi di sepanjang tahun 2020 ini. Meski begitu PSBB Jilid 2 ini beralasan, sebab angka kasus Covid-19 di Jakarta masih memperlihatkan tren kenaikan.

Dilanda sentimen negatif tersebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat bergerak variatif dengan kecenderungan bergerak di zona merah. Sepanjang periode 7-11 September 2020 ini, IHSG tercatat terdepresiasi 4,26 persen ke level 5.016.

Sentimen negatif ini juga yang membuat pada akhirnya investor asing ramai-ramai melakukan jual bersih sebesar Rp2.263 triliun.

Namun, nampaknya pergerakan IHSG terkerek dengan meningkatnya jumlah perdagangan yang dilakukan investor dalam negeri. Pada penutupan perdagangan Jumat (11/9/2020), IHSG mampu bergerak menuju zona hijau dan berhasil mencetak penguatan tertinggi se-Asia pada pekan tersebut. Tercatat penguatannya hingga 2,56 persen.

Semester I/2020 Ratusan Ribu Investor Masuk Pasar Modal

Meningkatnya Investor Pemula
info gambar

Pandemi Covid-19 memang disebut-sebut sebagai katalis negatif yang paling menekan pergerakan IHSG di paruh pertama tahun 2020. Meski begitu ternyata data membuktikan bahwa situasi tersebut tidak menghalangi minat ratusan ribu investor untuk menjajal investasi saham di pasar modal Indonesia.

Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi, pernah mengungkapkan bahwa jumlah total investor di pasar modal sepanjang Semester I/2020 sudah mencapai 2,92 juta Single Investor Identification (SID). Jumlah tersebut bertambah cukup pesat sebanyak 436.019 atau naik hingga 17,55 persen dari posisi terakhir 2019.

‘’(Investor saham) tumbuh 12,17 persen selama tahun 2020,’’ ungkap Hasan dikutip Bisnis (12/7/2020).

Pandemi Covid-19 juga terbukti telah menarik minat para investor pemula untuk masuk ke pasar modal. Salah satu alasannya adalah saat pandemi, jumlah saham unggulan dari perusahaan tertentu saat ini sedang melakukan ‘’diskon’’ harga saham. Ini karena dihantam katalis negatif dari dampak pandemi Covid-19 yang telah memicu krisis di segala sektor. Seperti di sektor kesehatan dan tentu saja di sektor ekonomi.

Di satu sisi situasi krisis memang bukan situasi yang positif, namun bagi siapapun yang cerdik melihat kesempatan, hal ini sangat bisa dimanfaatkan untuk investor pemula. Pasalnya para investor pemula ini sudah diberikan kondisi yang mendukung untuk membeli beberapa saham bagus yang sebelumnya harganya sudah cukup mahal.

Untuk diketahui, saham-saham bagus ini karena didukung oleh fundamental perusahaan yang juga mendukung.

Meski begitu, Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas, Friedirica Widyasari, pernah mewanti-wanti untuk investor pemula agar jeli dan tetap melakukan pengamatan saat sebelum dan setelah memutuskan akan membeli saham. Para investor pemula tetap harus belajar analisis saham, prospek market, dan kebijakan pemerintah atau regulator yang sangat memengaruhi prospek perusahaan tersebut.

‘’Memang diperlukan kecermatan. Saya tekankan selalu membeli sesuatu yang kita ketahui. Seperti fundamental perusahaannya baik, prospek industrinya baik, hingga manajemen perusahaannya yang bagus juga, dan lain-lain,’’ jelas Friedirica dikutip Media Indonesia (13/8/2020).

Kawan GNFI ada yang sudah jadi investor saham? Sudah serok saham diskon apa saja, nih?

--

Sumber: IDX | Bisnis | Media Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini