Kota Masohi yang terletak di tepian Teluk Elpaputih selatan Pulau Seram adalah ibu kota Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelum bernama Masohi, daerah yang kala itu masih belum tampak seperti tempat pemukiman disebut sebagai Hutan Nama atau dataran Nama.
Kota Masohi diresmikan oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno (EYD: Sukarno) ditandai dengan peletakan batu pertama dan penanaman pohon Waringin pada 3 November 1957 lalu.
Kata Masohi sendiri berasal dari bahasa Maluku Tengah yang berarti "gotong royong" atau "kerja sama".
Nama tersebut tercetus setelah Sukarno meminta pendapat para tetua adat (upulatu) setempat sebelum ia meletakkan batu pertama pembangunan kota.
"Apa arti kerja sama?" tanya Sukarno. Upulatu sontak menjawab, "Masohi".
Maka, mulai pagi pukul 10.00 WIT kala itu, dataran Hutan Namma berubah nama menjadi Masohi ditandai dengan peletakan batu pertama.
Kota Masohi dicanangkan pada waktu yang sama dengan Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Pada awalnya Kota Palangka Raya direncanakan sebagai ibu kota negara RI, sementara Kota Masohi diproyeksikan menjadi ibu kota Provinsi Maluku pada masa mendatang.
Sudah tersirat dalam pandangan Sukarno bahwa Kota Masohi suatu saat akan menjadi ikon pembangunan dengan alam yang masih utuh dan alami.
Perhatian Sukarno yang cukup besar kepada Kota Masohi membuat Bupati Tuasikal Abua (2012-2016) mengabadikan sang proklamator dalam bentuk patung untuk dikenang masyarakat di daerah.
Letak patung Sukarno berada di daerah bernama Namaelo, depan pelataran pendopo berbentuk rumah adat Maluku, baileo.
---
Referensi: Malteng.liputan.co.id | Brillianto K. Jaya, "Surga di Timur" | Deputi Bidang Pengembangan Ekonomi, Sosial, dan Budaya, "Potensi Seni Dan Budaya Serta Pariwisata Kawasan Timur Indonesia" |
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News