Bandung, Kota dengan Julukan Mutiara Art Deco Terbesar Dunia

Bandung, Kota dengan Julukan Mutiara Art Deco Terbesar Dunia
info gambar utama

Kalau Belanda tidak dilanda krisis akibat Perang Dunia II, mungkin Bandung lah yang akan menjadi ibu kota, mengganti kedudukan Batavia (yang kini Jakarta). Kalau Bandung jadi ibu kota, maka kota ini hingga sekarang mungkin benar-benar layaknya kota Paris. Bangunan ‘’etnik’’ Eropa akan menghiasi bahkan memenuhi setiap sudut kota.

Meski begitu, hingga kini Bandung sebenarnya tidak kehilangan pesona Eropa-nya. Saat Ridwan Kamil masih menjabat sebagai wali kota Bandung, pada 2017 lalu dia pernah mengatakan bahwa sedikitnya ada 418 bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang dilindungi oleh peraturan daerah Kota Bandung. Jumlah itu meningkat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 99 bangunan.

Kawan GNFI pasti tahu Gedung Sate, Gedung Merdeka atau lebih dikenal Gedung Konferensi Asia Afrika, lalu Kantor Bank Indonesia Jawa Barat, Gedung Isola yang menjadi rektorat Universitas Pendidikan Indonesia, Hotel Preanger. Itu hanya beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda yang hingga saat ini masih terlindungi dan digunakan. Pemugarannya pun dilakukan secara berkala demi mempertahankan gaya otentik Eropa-nya.

Kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) bahkan pernah memberikan instruksi kepada para developer bangunan baru di pusat kota untuk mendesain bangunan yang disebut gaya art-deco itu.

‘’Tujuannya untuk menambah koleksi art-deco sekaligus memperkuat identitas Kota Bandung,’’ katanya dikutip Bisnis.com (23/10/2017).

Emil juga kala itu telah membuat sebuah inovasi regulasi dan membentum tim cagar buda yang terdiri dari 6-9 orang dari berbagai disiplin ilmu. Tugasnya adalah untuk memfilter dan memberikan rekomendasi desain bangunan yang ada di Kota Bandung.

‘’Tim ini memastikan bangunan-bangunan bersejarah itu terproteksi. Kalau ada bangunan baru harus lulus dulu dari tim cagar budaya ini,’’ ungkapnya.

Bagi Emil, identitas sebagai kota art-deco terbanyak dunia merupakan identitas asal kota Bandung yang tidak boleh sampai hilang. Sampai pernah ada dua hotel di Jalan Braga yang sebelumnya di desain bangunan modern dengan jumlah kaca yang banyak, diperintahkan Emil untuk diganti desainnya menjadi art-deco.

‘’Untuk menyamai bangunan di sekitarnya,’’ pungkasnya.

Kota dengan Bangunan Art Deco Terbanyak Dunia

Bandung Punya Bangunan Art-Deco Terbanyak di Dunia
info gambar

Siapa sangka, ternyata Bandung adalah kota dengan koleksi bangunan art-deco terbanyak di dunia. Pada 2001, Bandung memang pernah dianugerahi predikat penghargaan sebagai kota ke-9 dari 10 World Cities of art-deco. Lalu sekitar tahun 2014, UNESCO menetapkan Bandung sebagai kota dengan bangunan art-deco terbanyak dan terlengkap di dunia.

Seperti yang diungkap di awal, sebelum pendataan yang dilakukan Emil saat menjadi wali kota Bandung, sedikitnya ada 99 bangunan yang masih dilindungi karena desain art-deco asli peninggalan Belanda. Lalu pada 2017 jumlah itu bertambah banyak dengan signifikan dengan jumlah sebanyak 418 bangunan.

Jika Kawan GNFI lebih familier melihat bangunan-bangunan art-deco atau peninggalan Belanda itu di pusat kota Bandung, maka itu hanya sebagian kecil dari 418 bangunan art-deco yang ada di Bandung. Selain bentuk kantor, hotel, gereja, dan museum, Kawan GNFI pasti tidak sadar bahwa banyak pertokoan yang juga tercata sebagai bangunan art-deco di Bandung yang dilindungi oleh pemerintah setempat.

Melihat upaya kota Bandung yang memelihara peninggalan bangunan art-deco tersebut, setahun kemudian, pada 2015 lalu, kota Bandung dinobatkan menjadi bagian dari kelompok UNESCO Creative City dalam bidang desain. Untuk diketahui UNESCO Creative City adalah program dari Perserikatan Bangsa-Bangsa melalu UNESCO untuk memilih dan menjaring kota-kota yang mempunyai keunggulah di sektor kreatif dalam pembangunan kotanya.

Kala itu, Bandung masuk ke dalam 47 kota UNESCO Creative City bersama Liverpool, Budapest, Singapore, Barcelona, Adelaide, Austin, Bergen, dan lainnya. Tiap kota memiliki keistimewaan dibidang masing-masing.

Mengenal Gaya Arsitektur Art-Deco

Karakteristik Bangunan Art-Deco
info gambar

Karya arsitektur art-deco adalah termasuk produk gerakan arsitektur modern awal yang lahir di antara dua Perang Dunia, yaitu antara tahun 1920-1939. Nama art-deco sendiri terinspirasi dari satu pameran bertajuk Exposition Internationale des Arts Decoratifs Industriale et Modernes yang diadakan di Paris pada tahun 1925. Namun, istilah ‘’art-deco’’ baru secara resmi digunakan pada 1960-an oleh seorang sejarawan dan kritikus seni dari Inggris bernama Bevis Hillier.

Di Bandung sendiri karya arsitektur langgam art-deco terdiri dari dua macam. Pertama, art-deco yang penuh dengan inovasi seni dekoratif, yang ada pada Gereja Katedral St. Petrus, Gereja Bethel, Hotel Preanger, Vila Isola, yang dirancang oleh CP Wolff Shoemaker dengan memanfaatkan dekorasi floral. Jenis ini yang paling banyak ada di Bandung.

Kedua, art-deco streamline, yang ada pada Hotel Homann, Bank Pembangunan Daerah, Villa tiga Warna, Vila Dago Thee, yang dirancang oleh A.F. Albers.

Secara umum, karya arsitektur art-deco memiliki beberapa karakteristik seperti adanya struktur bertingkat yang terlihat seperti tangga yang kerap disebut ziggurat. Lalu bangunan dengan sisi melengkung, atap bangunan yang datar, menggunakan balok-balok kaca pengganti jendela, menonjolkan unsur abstrak, serta menggunakan gaya lampu yang khas pada desain interiornya.

Salah satu orang Indonesia yang pernah dipercaya untuk membangun bangunan art-deco legendaris di Bandung adalah presiden pertama kita, Ir. Soekarno, yang ternyata murid dari CP Wolff Shoemaker yang merancang Gedung Sate, loh.

Jadi kapan Kawan GNFI mau main ke Bandung?

--

Sumber: Bisnis.com | Arsitektur Art-Deco di Kota Bandung (2017), Hadi Yanuar Iswanto, Medium.com | Jabar.TribunNews.com | NationalGeographic.grid.id | UNESCO

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini