Sejarah Hari Ini (6 November 1908) - Cut Nyak Dhien Dikebumikan di Sumedang

Sejarah Hari Ini (6 November 1908) - Cut Nyak Dhien Dikebumikan di Sumedang
info gambar utama

Cut Nyak Dhien merupakan Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.

Ia lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, pada 1848 dan menghabiskan sebagian hidupnya dalam peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda.

Pada awal abad 20, Cut Nyak Dien sudah semakin tua dan matanya sudah mulai rabun. Selain itu, ia juga terkena penyakit encok dan jumlah pasukannya terus berkurang serta sulit memperoleh makanan.

Potret Cut Nyak Dhien.
info gambar

Iba melihat Cut Nyak Dhien yang masih mau berjuang dengan kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan, Pang Laot - anak buah Cut Nyak - akhirnya membocorkan lokasi markasnya kepada Belanda.

Cut Nyak Dhien lalu ditangkap pada 6 November 1905 dan diasingkan ke luar Aceh, yaitu ke Karesidenan Priangan (kini Jawa Barat), tepatnya di Sumedang pada 11 Desember 1906.

Tidak sendiri, Cut Nyak Dhien ditemani seorang panglima perangnya dan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun bernama Teuku Nana.

Di Sumedang, Cut Nyak Dihien dirawat oleh ulama Masjid Agung Sumedang bernama K.H. Sanusi.

Namun, karena rumah K.H. Sanusi sedang diperbaiki untuk sementara waktu Cut Nyak Dhien dititipkan di rumah H. Ilyas.

Ketika K.H. Sanusi wafat pada 1907, anaknya bernama H. Husna menjadi orang yang merawat Cut Nyak Dhien.

H. Husna terus setia merawat Cut Nyak Dhien hingga ia meninggal pada 6 November 1908.

Jenazah Cut Nyak Dhien lalu dikebumikan di lokasi Makam Keluarga H. Husna di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Sumedang Selatan.

Kondisi makam Cut Nyak Dhien di Sumedang.
info gambar

Selama pengasingan, segala keperluan perawatan Cut Nyak Dhien ditanggung oleh Pangeran Aria Suraatmaja yang merupakan Bupati Sumedang kala itu.

Cut Nyak Dhien sendiri walau sudah rabun tetap memiliki kesibukan pada masa pengasingannya.

Ia memberikan pelajaran mengaji khusus kepada ibu-ibu di Sumedang sehingga mendapatkan julukan Ibu Perbu/Ibu Ratu. Selain itu acap kali masyarakat Sumedang saat itu menyebutnya dengan sebutan Ibu Suci.

Sebelum tahun 1950, karena lebih dikenal dengan sebutan Ibu Perbu masyarakat tidak mengetahui Cut Nyak Dhien dimakamkan di Sumedang.

Untuk mengenang jasa-jasanya, makam Cut Nyak Dhien kemudian direnovasi oleh Pemda Sumedang pada 1972.

Lanjut pada 1987, bangunan tempat Cut Nyak Dhien tinggal juga direnovasi lagi oleh Bustanil Arifin, Menteri Bulog bersamaan pendirian mushola yang diresmikan Gubernur Aceh, Ibrahim Hasan.

Pada 2008, Keluarga Masyarakat Aceh Sumedang (KAMAS) bersama dengan Pemda Sumedang merenovasi sarana jalan ke makam agar memudahkan para peziarah.

---

Referensi: Jabarprov.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini