Hari Jadi Kabupaten Blora, Jawa Tengah, ditetapkan pada Jumat Legi 1 Sura (sejumlah sumber menyebut tanggal 2 Sura) atau pada 11 Desember 1749.
Menurut serat Kuntharatama yang dijelaskan dalam Pesona Budaya Blora: Suatu Kajian Folklor karya Slamet Mangundiharja, tanggal itu ditetapkan menyusaikan hari pengangkatan tokoh penentang VOC di tanah Jawa, Pangeran Harya Mangkubumi.
Diceritakan Pangeran Mangkubumi diangkat menjadi Susuhunan ing Mataram atau Sunan Kabanaran oleh para pengikutnya di Desa Kabanaran.
Bersamaan dengan diangkatnya Mangkubumi menjadi raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, di antaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Sebagai peringatan atas berdirinya Kabupaten Blora, tahun keramat tersebut diukirkan pada lengkung gapura Pendopo Kabupaten Blora.
Sedangkan candrasengkala (simbolisasi angka tahun dalam budaya Jawa) untuk menandai tahun berdirinya Kabupaten Blora adalah "Trus Kawarna Sabdaning Aji".
Sejak zaman Kerajaan Pajang sampai dengan Kesultanan Mataram, Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan pusat kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.
Karena terkenal dengan hutan jatinya, daerah seluas 1.821,59 km2 ini kini menjadi penghasil kerajinan berbahan kayu tersebut.
Kabupaten Blora - tepatnya di Dukuh Kawung dan Singget - juga dikenal sebagai tempat penemuan fosil hewan purba seperti kerbau, kura-kura, dan gajah purba.
---
Referensi: Blorakab.go.id | Slamet Mangundiharja, "Pesona Budaya Blora: Suatu Kajian Folklor" | Angga Priatna, Aditya Fauzan Hakim, "Nama & Kisah Pahlawan Indonesia: Dari Masa VOC, Belanda, Jepang, hingga Masa Pembangunan"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
