Pandemi dan Bonus Demografi, Anak Muda Indonesia Jangan ‘’Kendor’’ Berkarir di Luar Negeri

Pandemi dan Bonus Demografi, Anak Muda Indonesia Jangan ‘’Kendor’’ Berkarir di Luar Negeri
info gambar utama

Kalau bicara soal globalisasi dan Era 4.0 di mana tren otomatisasi dan digitalisasi sedang digandrungi seluruh dunia, kondisi pun semakin dituntut untuk dengan cepat berubah kala pandemi Covid-19 melanda. Bahkan tren otomatisasi dan digitalisasi itu dinilai seolah-olah terdorong untuk terus berkembang di tengah pandemi seperti ini.

Bagi Indonesia, yang akan menapaki puncak Bonus Demografi yang semakin dekat, kondisi serba ‘’harus-cepat-berubah’’ ini memang menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya baik para pemangku kebijakan maupun masyarakat, harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni menghadapi segala perubahan tersebut.

Bahkan pemerintah Indonesia sudah mencantumkan sebuah komitmen persiapan SDM menuju Era 4.0 dan globalisasi tersebut di tengah pandemi. Hal tersebut tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa berdasarkan hasil perhitungan sensus penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan usia di Indonesia sudah mulai didominasi oleh angkatan muda atau angkatan produktif kerja.

BPS mencatat data jumlah penduduk di Indonesia hingga September 2020 sebanyak 270,2 juta jiwa. Dari total jumlah penduduk tersebut, komposisi penduduk Indonesia dibagi menjadi beberapa kalangan. Dan yang mendominasi adalah Generasi Milenial dan Generasi Z.

Generasi Milenial ini adalah kelompok penduduk yang lahir tahun 1981-1996 dengan perkiraan usia pada tahun 2020 adalah 24-39 tahun. Sedangkan Generasi Z adalah kelompok penduduk yang lahir tahun 1997-2012 dengan perkiraan usia pada tahun 2020 adalah 8-23 tahun.

Dua kelompok penduduk ini mendominasi dengan masing-masing persentasi 27,94 persen untuk Generasi Z dan Generasi Milenial 25,87 persen.

Baca Selengkapnya: Sensus Penduduk 2020 Selesai, Gen Z dan Milenial Mendominasi

Demi mengantisipasi pergeseran angkatan kerja saat puncak demografi Indonesia yang diperkirakan akan terjadi sampai 10-20 tahun mendatang, Deputi Menteri Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama, Prof. Dr. Agus Sartono, pernah mengungkapkan bahwa upaya pengembangan SDM adalah hal yang sangat tepat untuk dilakukan sekarang dan secepatnya.

GIPA
info gambar

Pada Era 4.0 ini ditambah dengan kondisi Bonus Demografi yang akan dihadapi, Indonesia akan menghadapi kondisi di mana 85 juta pekerjaan akan hilang dan sebanyak 95 juta pekerjaan baru akan lahir dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Pekerjaan baru ini semuanya berkaitan dengan teknologi digital.

‘’Karenanya maka 50 persen dari pekerja kita sekarang perlu reskilling dan 40 persen perlu mengganti skill mereka,’’ papar Agus pada keterangan tertulisnya saat menjadi pembicara Global Indonesia Professionals’ Association (GIPA) dalam forum Going Global Series: Getting into Global Companies and International Organizations pada 31 Januari 2021 lalu.

Perbanyak Anak Muda Cari Pengalaman di Mancanegara

Tak dipungkiri, sebagai negara berkembang, Indonesia memang masih harus banyak belajar dalam hal teknologi dan digitalisasi dengan mencontoh atau mengambil pengalaman dari beberapa negara yang notabene sudah selangkah lebih maju.

Meski begitu, bukan berarti Indonesia ketinggalan. Era 4.0 masih akan berkembang dan daya saing global masih akan terus terjadi. Yang perlu disiapkan lagi oleh Indonesia adalah menghadapi tahun ‘’centennial’’ yang diperkirakan terjadi pada tahun 2045.

Hal tersebut diungkapkan oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Inggris-Irlandia-International Maritime Organization (IMO), Desra Percaya, yang menjadi pembicara pada forum yang sama.

Baca: Menelisik Kondisi Generasi Milenial Indonesia yang Kerap Disalahpahami

Generasi Z atau Centennial
info gambar

Untuk diketahui, menurut Pew Research pada tahun 2019, Centennial biasa kita sering sebut dengan Generasi Z. Generasi ini diperkirakan akan dianugerahi dengan banyak kemudahan dan merupakan generasi pertama yang mengalami kemajuan teknologi yang luar biasa.

Generasi Z atau centennial adalah generasi yang dianggap paling mampu beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi yang kemudia menjadi sebuah kebiasaan dan gaya hidup bagi generasi ini kelak. Ini karena sejak lahir, Generasi Z sudah memiliki jejaring dengan koneksi luas dan multitasking.

Melihat pengertian tersebut, pada tahun 2020 saja Indonesia sudah mulai didominasi dengan jumlah penduduk Generasi Z. Di awal abad ke-21 ini mereka belum sepenuhnya masuk dalam angkatan kerja yang produktif. Tapi sesuai dengan perkiraan Agus, mereka akan ‘’menguasai’’ lingkungan kerja pada 10-20 tahun ke depan.

Sayangnya, Desra melihat bahwa, ‘’Saya sendiri merasakan kurangnya representasi WNI (Warga Negara Indonesia) di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Sehingga saya sepenuhnya mendukung inisiatif untuk meningkatkan jumlah orang Indonesia berkali lipat di kancah global.’’

Dan para Generasi Z mempunyai kesempatan besar untuk terlibat dalam hal tersebut.

Bahkan Agus menambahkan, ‘’Bagi murid Indonesia yang sedang berada di luar negeri, pertimbangkanlah untuk bekerja di luar negeri sebelum kembali ke Indonesia. Dapatkan pengalaman global dan saat Anda siap, pintu Indonesia akan selalu terbuka untuk Anda. Dimanapun Anda berada, Anda dapat berkontribusi untuk negara,’’ katanya yang juga salah satu pencetus program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini.

Bagaimana dengan Kawan GNFI? Sudah siap menyerap banyak pengalaman di luar negeri dan kembali ke Indonesia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

DY
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini