Sisi Nyentrik Agus Salim, Beralih jadi Vegetarian hingga Sekolahkan Anaknya di Rumah

Sisi Nyentrik Agus Salim, Beralih jadi Vegetarian hingga Sekolahkan Anaknya di Rumah
info gambar utama

Haji Agus Salim, tokoh kelahiran Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat (Sumbar) ini memang terkenal sangat nyentrik. Banyak tindakannya tidak hanya menarik bagi orang lain tetapi juga memberikan inspirasi.

Sejak kecil Salim telah terkenal sebagai anak yang cerdas, bahkan menguasai beragam bahasa asing. Kemampuannya pun diakui oleh Raden Ajeng Kartini yang ingin memberikan beasiswa kepadanya.

Selain cerdas, Salim pun terkenal sebagai pemuda yang tampan. Tentunya hal ini seperti tidak sesuai, sangat dirinya diolok-olok mirip kambing oleh salah seorang anggota Sarekat Islam (SI) Merah dalam salah satu forum.

"Kalau lahir zaman sekarang, rasa-rasanya mudah baginya untuk menjadi bintang sinetron," sebut Faisal Basri dalam tulisannya berjudul Haji Agus Salim: Kisah Teladan Kesederhanaan.

Salim bertubuh kecil, selain itu gemar merokok, tetapi cerdas. Hal yang menarik lagi dari diplomat satu ini adalah sosoknya yang sangat lucu.

Faisal menyebut Salim memiliki selera humor yang sangat tinggi, dia bahkan bisa melucu dengan sembilan bahasa. Menurut Faisal, tingkat kelucuan seorang Salim mungkin bisa menandingi Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Kisah K.H. Agus Salim dan Diplomasi Pertama RI Tahun 1947 Diangkat Menjadi Novel!

"Watak riang menjadikan kehadiran Salim mencerahkan suasana. Suasana debat panas akan reda jika ada Salim. Apalagi kalau lelucon-leluconnya mulai keluar," ucap ekonom dan politisi Indonesia tersebut.

Penampilan nyentrik dari Salim bahkan selalu menarik perhatian dalam acara yang didatanginya. Pada berbagai acara diplomatik, Salim memang lebih mudah dikenali.

Daripada para diplomat lain yang memilih memakai pakaian serba necis, Salim malah menggunakan jas usang berhiaskan jahitan dan tambalan di sana-sini.

Tentunya hal yang identik denganya adalah asap yang terus mengepul dari mulutnya. Pada berbagai acara itu, Salim dengan santai mengeluarkan bungkus rokok lalu menikmatinya.

Asap rokok inilah yang pernah membuat Pangeran Phillip dari Inggris merasa terganggu dan menegur Salim yang sedang asyik berkretek ria. Tanpa merasa bersalah, Salim pun hanya menjawab sekenanya teguran dari suami Ratu Elizabeth ini.

“Ini tuan, adalah benda yang membuat tuan-tuan datang dan menjajah negeri kami. Cengkeh.” Phillip yang tadinya hendak menegur jadi tidak enak sendiri, tulis Faisal.

Memilih menjadi vegetarian

Salim dengan keluarganya memilih hidup secara sederhana setelah Indonesia merdeka. Padahal dengan perjalanan karirnya yang moncer, dirinya sebenarnya bisa hidup dengan mapan.

Keputusannya untuk hidup secara sederhana pun diterima oleh semua keluarganya. Tidak ada yang mengeluh bahkan meninggalkan Salim.

Selain memilih hidup sederhana di rumah kontrakan, Salim juga memilih menjadi seorang vegetarian. Tetapi untuk keputusan ini, alasannya bukan karena ekonomi tetapi kesehatan.

Faisal menyebut keputusan Salim dan istri menjadi vegetarian karena alasan biologis. Kedua pasangan ini memiliki ikatan keluarga, sehingga bisa mengancam kesehatan anak-anaknya kelak.

"Tetapi itu bisa dicegah kalau suami-istri tersebut tidak makan daging. Demi memperoleh anak-anak yang sehat, keduanya bertekad menjauhi daging," ujar Faisal.

Memang Salim pun pengalaman saat melahirkan putri pertamanya, Theodora Atia (Dolly) lahir pada 1913. Saat itu putri kecilnya lahir dengan kondisi yang sangat kecil dan lemah.

Karena itulah, Salim kemudian mencari informasi untuk mencegah agar hal serupa tidak terjadi. Kemudian setelah membaca artikel seorang dokter Belanda, dr. Scheonbergen, dia kemudian tahu cara menangkal kondisi keturunan yang buruk adalah pantang makan daging.

H Agus Salim, Diplomat Poliglot yang Memilih Melarat Sepanjang Hidup

Menurut Kustiniyati Mochtar, Salim kemudian terus mengolah sayur-mayur menjadi masakan padang. Pada awal-awal, keputusan ini cukup berat dilakukan karena diketahui Salim merupakan seorang pecinta daging.

"Istrinya justru mencari akal untuk menyajikan menu ala minang, terlebih kampung Gedang, tanpa daging," tulisnya dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim yang dikutip dari Detik.

Selain itu, keputusan Salim beralih menjadi vegetarian ternyata terkait juga dengan kesehatanya. Sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam, menyebut tindakan vegetarian dilakoni Salim karena dia menderita ambeien.

"karena ia menderita ambeien, oleh dokter dianjurkan untuk banyak makan sayur dan berpantang daging." papar Asvi dalam artikelnya yang berjudul Agus Salim Manusia Merdeka di harian Kompas, 21 Agustus 2004.

Namun keputusan untuk menjadi seorang vegetarian dan hidup sederhana tidak mengganggu keharmonisan keluarga ini. Hubungan keduanya tetap awet mesra, tidak cuma pada masa muda, tapi juga hingga pada masa senja.

"Kalau tidak mesra, masak iya, anaknya sampai 10 orang," celetuk Faisal.

Memilih mensekolahkan anaknya di rumah

Kisah nyentrik Salim dengan keluarganya juga bisa terlihat dari keputusannya untuk tidak mensekolahkan anaknya di pendidikan formal. Dirinya dan istri mengambil tanggung jawab sebagai guru di rumah.

Salim disebut tidak percaya pendidikan ala kolonial Belanda bisa membuat cerdas anak-anaknya. Sehingga hanya anak bungsu Salim yang mendapat sekolah formal itu pun setelah Indonesia merdeka.

Dirinya dianggap guru yang baik, pendidikan biasanya berlangsung sambil bermain atau ketika sedang makan. Menurut anaknya, Salim sering menyanyikan lirik lagu yang diambil dari karya sastrawan dunia.

"Selain itu ayahnya juga pandai melucu sehingga bisa memikat dan tak membosankan," sebut Faisal.

Faisal menyebut anak-anak Salim sudah diajarkan bahasa Bahasa Belanda sejak kecil. Sehingga, anak-anaknya sudah menganggap Bahasa Belanda sebagai bahasa ibu.

Wanita Ini Jadi Orang Pertama yang Nyanyikan Lagu Indonesia Raya

Pada suatu ketika, tulis Faisal, ada teman yang menyindir keputusan Salim tidak mensekolahkan anaknya. Tetapi dengan santai, Salim memanggil anaknya untuk mengobrol kepada temannya itu dengan bahasa Belanda.

"Salim memanggil salah satu putrinya dan disuruhnya mengobrol dengan dalam bahasa Belanda. Teman Salim itu kalah," papar pria berkacamata itu.

Memang pendidikan home schooling ala Salim tidak hanya bermaksud membuat anaknya pintar, tetapi juga menumbuhkan jiwa. Dirinya bersama istrinya tidak ingin anak-anaknya terkekang oleh kehendak orang tua.

Pendidikan gaya Salim ini juga melarang kualifikasi seperti “kamu nakal” atau “kamu jahat”. Hal ini ternyata terbukti dengan hasil anak-anaknya yang menjadi tokoh pada masa depan.

Dicatat oleh Faisal, putra Salim yang bernama, Islam Besari Salim, menjadi perwira pejuang gerilya di Sumatra dan menjadi petugas penghubung penting di masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Terakhir dia pernah menjadi atase militer di KBRI Peking--sekarang Beijing--.

Sementara itu ketika W.R. Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biola pada acara akbar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, putri sulung Agus Salim, Dolly, pada usia 15 tahun, mengiringinya dengan piano.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini