Terjebak Toxic Productivity? Analisis SWOT Solusinya!

Terjebak Toxic Productivity? Analisis SWOT Solusinya!
info gambar utama

Goodmate, pernahkah kalian melihat di sosial media, seorang mahasiswa/i mengambil banyak kegiatan di luar perkuliahan? Semisalnya satu mahasiswa/i mengikuti beberapa magang, organisasi maupun kepanitian, dan aktivitas lain di luar perkuliahan. Kemudian pernahkah goodmate mendengar istilah FOMO? Fear of Missing Outs (FOMO) merupakan suatu kondisi yang mana seseorang senantiasa mengikuti tren yang terjadi karena memiliki perasaan ketakutan akan ketertinggalan dengan yang lainnya.

Lantas apa kaitannya dengan kedua hal tersebut? Saat ini sering kita temui seseorang di lingkungan kita atau bahkan bisa jadi diri kita sendiri yang mengikuti berbagai macam kegiatan, tetapi tidak optimal dalam menjalankan kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan terjadinya overworked atau di luar dari batas kemampuan diri sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal.

Selain FOMO, sebagian besar mahasiswa/i melakukan berbagai kegiatan di luar perkuliahan dipicu atas persaingan dalam memperoleh pekerjaan yang semakin tinggi. Oleh sebab itu, ketakutan akan masa depan menjadikan mahasiswa/i mengikuti sebanyak-banyaknya kegiatan agar siap menghadapi masa depan.

Namun, pernahkah kita berpikir kembali bahwa fenomena ini menjadikan kita seperti robot? Apakah pernah kita bertanya kepada diri sendiri, sebenarnya apa yang dituju? Fenomena saat ini setiap mahasiswa/i berlomba-lomba untuk memperbanyak kegiatan, tetapi apakah kita tahu apa esensi kita dari mengikuti kegiatan tersebut. Alih-alih menjadi berkembang, jika tidak diolah dengan baik akan mengakibatkan overwork yang nantinya berujung pada peningkatan stress yang berakhir pada permasalahan kesehatan.

Adanya keberalihan kegiatan dari offline menjadi online akibat dari pandemic ini membuat mahasiswa/I dapat mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam waktu yang sama (satu waktu). Hal ini akan menyebabkan terjadinya toxic productivity. Toxic productivity merupakan suatu kondisi yang dialami seseorang untuk selalu menggunakan waktunya melakukan kegiatan dan cenderung akan menyalahkan diri sendiri ketika sedang beristirahat atau tidak melakukan kegiatan apapun.

Toxic productivity timbul akibat dari adanya ketidaktahuan manusia akan dirinya sendiri. Apa yang menjadi kebutuhan bagi dirinya dan bagaimana cara meraihnya. Sebagian dari kita hanya berlomba untuk memperbanyak kegiatan, tetapi sering kali lupa terkait apakah hal tersebut yang kita butuhkan atau tidak. Melakukan berbagai kegiatan di luar kuliah tentu tidak apa, tetapi jika tidak optimal dikerjakan rasanya akan kurang bermanfaat. Alih-alih pengembangan diri hanya rasa capek yang didapatkan.

Dampak tidak baik dari toxic productivity ini tentunya harus dihindari agar dapat menekan tingkat stress yang ada sehingga kesehatan pun akan terjaga. Berdasarkan hal-hal di atas tentu mengenali diri sendiri menjadi kunci agar tidak terjebak pada toxic productivity.

Ada berbagai cara untuk mengenali diri sendiri salah satunya melalui analisis SWOT yang meliputi:

  1. Strength atau kekuatan.

Pertama adalah mengidentifikasi apa saja yang menjadi kelebihan atau kekuatan yang ada di dalam diri. Identifikasi diri ini dapat dilakukan dengan menuliskan apa saja yang membuat kita merasa senang melakukannya dan berpotensi di dalamnya, semisalnya mudah beradaptasi.

  1. Weakness atau kelemahan.

Kedua adalah mengidentifikasi apa saja yang menjadi kekurangan atau kelemahan yang ada di dalam diri. Identifikasi diri ini dapat dilakukan dengan menuliskan apa saja yang membuat kita kurang menguasai sesuatu hal, semisalnya kurang pandai dalam bersosialisasi.

  1. Opportunity atau peluang.

Ketiga adalah mengidentifikasi apa saja peluang-peluang yang ada yang dapat dikembangkan. Identifikasi diri ini dapat dilakukan dengan melihat peluang-peluang yang ada di luar diri (eksternal) yang relevan dengan kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki.

  1. Threats atau hambatan.

Keempat adalah mengidentifikasi ancaman-ancaman dari luar diri yang sulit untuk dikontrol. Identifikasi diri ini dapat dilakukan dengan melihat apa saja hambatan-hambatan yang ada di luar diri (eksternal) yang dapat menghambat perkembangan diri.

Setelah analisis SWOT dilakukan, kita dapat mengetahui apa saja kelebihan, kekurang, peluang, maupun hambatan yang ada. Melalui analisis SWOT juga membuat kita lebih mengenali diri sendiri. Setelah kita kenal dengan diri sendiri, kita menjadi terbayang apa yang sebenarnya kita ingin lakukan. Oleh karena itu, membuat kita menjadi lebih terarah dalam beraktivitas dan menjadikan kita terlepas dari toxic productivity.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini