Lejitan Karir Perempuan Indonesia di Belanda, Buah Inspirasi Kartini

Lejitan Karir Perempuan Indonesia di Belanda, Buah Inspirasi Kartini
info gambar utama

Pendidikan dan penelitian bagi dosen Indonesia

Ada seorang wanita muda asal Rembang, Indonesia pernah memimpikan sebuah hal dimana pada suatu saat nanti, perempuan memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan diri menempuh penddikan. R.A. Kartini lahir 21 April 1879 dan wafat tahun 1904. Sepanjang hidup, ia berhasil menuliskan banyak gagasan dan harapannya mengenai pentingnya pendidikan bagi wanita Indonesia.

Upaya yang dilakukannya diyakini memberi peran bagi perkembangan bangsa Indonesia yang lebih baik di masa depan. Surat dan pemikirannya ini justru terpublikasi dan sangat dihargai di negara Belanda, negara tempat ia ingin melanjutkan pendidikan.

Data dari Unirank memperlihatkan, Universitas Leiden adalah universitas tertua keempat didunia dan universitas tertua yang ada di Belanda, yang didirikan tahun 1557.

"Dari perempuanlah pertama-tama manusia itu menerima didikannya, di haribaannyalah anak itu belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata," tulis Kartini dalam suratnya kepada Rosa Manuela Abendanon-lebih dikenal sebagai Nyonya Abendanon (Habis Gelap Terbitlah Terang, Balai Pustaka).

Mewarisi mimpi Kartini, para dosen di Indonesia kini telah lebih mudah mendapatkan impian tersebut, seperti pengalaman salah seorang dosen bernama Eko Nursanty, yang secara resmi mengajar di Program Studi Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang, Indonesia (Sinta Ristek Dikti).

Sesaat setelah pendemi yang mereda di Indonesia, sekitar bulan Juni 2022, Santy mulai berburu berbagai lowongan bagi Visiting Researcher di seluruh dunia. Mengkaji berbagai peluang dan tantangan yang terhampar luas di media internet. Sumbangan kemajuan terbesar yang diakibatkan oleh COVID-19 adalah mudah, lengkap, dan sistematisnya berbagai sumber data secara online dan keterbukaan semua pihak untuk saling bekerja bersama secara jarak jauh.

University of Twente, di kota Enschede, Netherlands, tempat di mana Santy akhirnya mendapatkan tempat untuk melakukan pengembangan risetnya memberikan sebuah wawasan baru mengenai "kolaborasi tanpa henti" dan berbagi informasi serta pengetahuan demi kemajuan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Dari berbagai konsep riset yang dibawa oleh Santy dari Indonesia, sebagian besar adalah mengenai heritage atau warisan sejarah baik benda maupun bukan benda yang ada di Indonesia. Partner riset yang diberikan oleh universitas ini membantu memberikan dukungan sistem dan teknologi pemetaan menggunakan ide-ide dasar riset tersebut. Selama 40 (empat puluh) hari, dukungan kerja keras bersama, mampu menghasilkan sebuah sistem yang menggambarkan kekuatan sumber daya alam dan teknologi tradisional Indonesia.

Baca juga: Zayed Humanitarian Day 2023: Menghadapi Tantangan dengan Kemanusiaan dan Solidaritas

Menurut Santy, peluang penelitian bersama secara internasional sangat mampu merubah pola pikir dalam memanfaatkan potensi bersama yang ada di muka bumi ini. Memenangkan persaingan bagi sebuah tempat atau kota bahkan negara, bukan lagi dengan cara merebut kesempatan, namun melakukan kolaborasi dan memberi sumbangsih terhadap otentisitas karya agar mampu dikembangkan di manapun tempat di muka bumi ini.

Cara ini diharapkan mampu memberikan potensi bagi upaya kemakmuran di masa depan. Bukan tempat terhebat yang akan menjadi pemenang, namun tempat dengan keunikan dan otentik tertentu, di manapun berada, akan mampu mengundang perhatian dan peluang kemakmuran di masa depan.

Kualifikasi standar internasional pagi pekerja Indonesia

Lunna awalnya adalah seorang PNS di BPS, Indonesia. Dia lulusan sekolah Kedinasan BPS yang lahir di Yogyakarta dan sempat berkarir di kota Padang dan Jakarta. Tahun 2004, Lunna menikah dengan seorang pria warga negara Belanda dan membawanya ke negeri Kincir Angin hingga saat ini.

Lunna menegaskan, bahwa menikah dengan pria Belanda, tidak memberikan privilese baginya untuk menaklukan negara ini dan memberinya kesempatan sebagai wanita berdaya guna seperti impian Ibu Kartini pada semua wanita Indonesia di masanya.

Langkah awal yang dilakukan oleh Lunna diawal kedatangannya ke Belanda adalah mendapatkan sertifikat kemampuan Bahasa Belanda. Lunna menjalani 1 tahun kursus Bahasa Belanda setiap hari, selama 5 (lima) jam setiap kali pertemuan. Tahap berikutnya, Lunna harus melalui proses penyetaraan atas ijazah sarjananya dari Indonesia untuk mendapatkan ijin langkah berikutnya menjadi tenaga kerja profesional di Belanda.

Menurut pengalaman Lunna yang awalnya beberapa kali mengalami penolakan saat seleksi lowongan kerja, hal terpenting adalah kemampuan kita dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diharapkan, bukan sekedar ijasah sarjananya yang telah diakui setara. Menyelesaikan tugas dengan cara yang lebih efisien dan terorganisir akan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dan ini adalah kunci dalam setiap rekrutmen kerja.

Lunna mengakui bahwa banyak yang meragukan kemampuannya di masa-masa awal. Banyak pihak menganggap dia hanya akan mengatasi masalah-masalah umum bahkan bekerja kasar di lingkungan kantornya, dan baginya, membuktikan dengan karya jauh menghemat waktu dibandingkan menjelaskan dengan banyak kalimat, meskipun dengan sesama rekan-rekan dari Indonesia.

Saat ini Lunna bekerja di perushaan bernama Rosen Europe B.V. Sebagai tenaga senior technical data analyst, Lunna secara rutin bertemu dengan warga Indonesia lain yang juga menetap di Belanda, membimbing para wanita untuk memiliki kemampuan finansial secara pribadi, menggunakan waktu dan tenaga mereka diluar tugas rumah tangga, agar menjadi Kartini lain di masa kini.

View Netherland | Foto: Penulis

Baca juga: Memori Kota Lama Semarang: Little Netherland yang Tenggelam oleh Zaman

Baik Santy maupun Lunna, selalu bermimpi bahkan jarak antara Indonesia dan Belanda tidak lagi sejauh jaman Ibu Kartini di masa lalu. Semua wanita Indonesia memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya, pengetahuannya dan kesadaran agar mampu melahirkan generasi penerus yang lebih berkualitas, di manapun mereka berada.

Pesatnya pendidikan formal yang ada di Belanda dan dimulai sejak tahun 1557 terbukti mampu ditembus oleh seorang wanita muda bernama Kartini pada tahun 1904. Para petinggi Belanda sangat mengagumi ide Kartini, mengapresiasi gaya menulisnya yang penuh rasa keibuan yang dimilikinya sebagai wanita Jawa, adalah warisan bagi semua wanita Indonesia saat ini.

Santy dan Luna menyadari bahwa banyak wanita lain telah melakukan banyak hal di luar sana, tulisan ini sekedar menyalurkan segala informasi dan menuliskannya, berharap kami mampu menjaga warisan Kartini dalam hal gemar menulis dan menyalurkan gagasan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini