Chitosan, Kulit Udang Ramah Lingkungan Pengganti Plastik

Chitosan, Kulit Udang Ramah Lingkungan Pengganti Plastik
info gambar utama

Mayoritas permasalahan lingkungan yang dihadapi negara-negara di dunia adalah plastik. Plastik tentu jadi bahan berbahaya bagi lingkungan, tetapi tetap saja eksistensinya terus ada. Namun, ternyata tahukah, Kawan, apa itu chitosan?

Sebelum itu mari Kawan menilik sekilas tentang bagaimana kondisi bumi saat ini. Bumi makin memanas, gerakan aktivis para penggerak go green untung saja masih kerap ditemui. Salah satu penyebabnya datang dari polusi plastik.

Jangan salah, polusi tak hanya disebabkan asap kendaraan dan limbah industri. Sampah plastik yang menumpuk menjulang tinggi ini turut memprihatinkan. Emisi gas rumah hijau makin menjadi-jadi. Penggunaan plastik memang sudah mulai dibatasi pemerintah.

Namun, faktanya pun masih banyak masyarakat yang gemar menggunakan plastik berdalih alasan karena efektif maupun malas membawa totebag. Akan tetapi, yang masih begitu banyak ditemukan ialah tempat kemasan makan-makanan ringan maupun minuman.

Masih banyak produksi makanan minuman yang menggunakan plastik untuk packagingnya. Besarnya permintaan dan konsumsi plastik oleh industri-industri yang ada inilah yang makin membuat plastik terus saja diproduksi.

Padahal sudah ditemui alternatifnya. Salah satunya dengan penggunaan chitosan. Chitosan adalah sebuah biopolimer dari limbah kulit jenis hewan crustea (contohnya, udang dan kepiting), serangga, dan fungi. Tak dapat dipungkiri bahwa industri seafood jadi kegemaran banyak orang sehingga industri ini menghasilkan limbah sampah makanan seafood yang banyak.

Maka dari itu, sayang sekali jika limbah seafood hanya dibuang begitu saja padahal produk limbah tersebut dapat diolah dan diproduksi kembali menjadi chitosan. Siapa yang menyangka chitosan dapat menjadi alternatif pengganti plastik.

Contoh produk dari kulit udang | Foto: voanews.com
info gambar

Chitosan tak hanya dapat disulap jadi kantong belanja, tetapi dalam suatu packaging pun sangat bisa. Apalagi ketika menggunakan chitosan itu artinya Kawan menggunakan kemasan yang ramah lingkungan.

Membandingkan kemasan plastik dengan chitosan jelas terlihat bahwa chitosan dapat terurai secara alami karena kebanyakan ditemui terbuat dari cangkang binatang berkulit keras, seperti udang. Tak perlu risau jikalau ada Kawan yang alergi udang karena bagian udang penyebab alergi ada pada otot bukan kulit.

Chitosan mampu dengan cepat terurai berkat bantuan Hydrolyze enzymes, berbeda dengan plastik yang perlu waktu bertahun-tahun. Selain itu, keunikan lainnya terlihat pada fakta kalau chitosan dapat dimakan tentunya.

Meskipun chitosan sudah diolah dalam bentuk kemasan yang melindungi makanan di dalamnya maupun sebagai gelas atau kantong belanja, faktanya Kawan dapat mengonsumsi chitosan dalam bentuk apapun itu dengan aman. Asalkan tetap pastikan kehigienisannya, ya!

Sebaliknya, kalau plastik? Jelas sudah berbahaya bagi lingkungan apalagi kalau sampai Kawan konsumsi. Nah, bagaimana? Sudah jelas, bukan? Pada akhirnya memang perbedatan mengenai penumpasan penggunaan plastik tak akan ada habisnya.

Eksistensinya memang betul-betul bermanfaat bagi individu maupun industri tertentu. Namun, kembali lagi ketika melihat dampaknya secara nyata sudah menghantui bumi dengan ganasnya dan tentu akan membuat kehidupan Kawan makin suram dengan kehadiran sampah plastik.

Tak hanya manusia saja yang merasa jengah, alam dan lingkungan pun makin suram karena keindahannya yang tertutupi plastik padahal di era globalisasi saat ini sudah banyak ditemui penemuan atau alternatif lain guna menekan penggunaan plastik.

Seperti halnya chitosan. Meskipun saat ini chitosan belum mampu menggantikan peran plastik seutuhnya, tetapi ini bisa jadi langkah baru kedepannya untuk masyarakat dan para industri mulai sadar bahwa plastik itu berbahaya dan peran chitosan dapat membantu memperbaiki kualitas lingkungan tempat Kawan hidup.

Referensi:@greenwelfare.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini