Belajar Biologi dengan Potensi Khas Daerah Kuningan, Simak Efektivitasnya

Belajar Biologi dengan Potensi Khas Daerah Kuningan, Simak Efektivitasnya
info gambar utama

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati tersebut dimanifestasikan pada berbagai aspek seperti flora dan fauna, pangan, budaya dan sebagainya. Salah satunya kekayaan tersebut ada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang memiliki keanekaragaman sebagai potensi dan ciri khas daerah tersebut. Diantara potensi daerah yang menjadi ciri khas Kabupaten Kuningan antara lain: sentra produksi susu sapi, produksi peuyeum dan minuman jeruk nipis.

Berbagai potensi lokal tersebut ternyata dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa di sekolah karena berkaitan langsung dengan materi-materi yang dipelajari di bangku sekolah. Misalnya seperti pada mata pelajaran biologi yang mana materi di dalamnya banyak berkaitan langsung dengan kehidupan siswa. Siswa dihadapkan langsung dengan fenomena kehidupan nyata yang menjadikan siswa akan merasa lebih tertarik dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Potensi Lokal Daerah untuk Pembelajaran

Potensi lokal pertama yaitu adanya sentra produksi susu sapi perah. Kabupaten Kuningan menjadi daerah panghasil susu sapi terbesar ketiga di Indonesia. Potensi tersebut dapat menjadikan keuntungan dalam aspek ekonomi dan secara tidak langsung dapat menjadi sumber belajar menarik bagi siswa.

Adanya sentra produksi susu dapat memberikan sebuah inovasi dalam pembelajaran sebagai wahana pembentuk kreativitas siswa melalui proses pengolahan susu sapi menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Misalnya siswa akan melakukan praktikum cara pengolahan susu menjadi yoghurt, kefir, bolu dan sebagainya.

Kegiatan praktikum siswa tersebut dapat diterapkan pada proses pembelajaran biologi di sekolah melalui materi "Bioteknologi Konvensional dan Fermentasi". Melalui topik fermentasi misalnya, pada proses pembuatan yoghurt, siswa akan menghubungkan proses fermentasi yang terjadi reaksi-reaksi biokimia tertentu dengan aktivitas mikroorganisme.

Potensi lokal kedua yaitu banyaknya industri rumahan yang membuat tape ketan untuk dijual sebagai oleh-oleh khas Kuningan. Tape ketan merupakan makanan yang menjadi incaran pemudik dikala momen libur panjang atau lebaran. Tape ketan merupakan produk makanan yang berasal dari proses fermentasi beras ketan. Proses fermentasi tape ketan merupakan proses pemecahan zat-zat tertentu sehingga menghasilkan zat gizi yang tinggi melalui aktivitas mikroorganisme yaitu Saccharomyces cerevisiae.

Peuyeum | Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Pada pelajaran biologi di sekolah, proses fermentasi dibahas dalam topik respirasi anaerob. Sebagai bentuk penerapan pengetahuan siswa di kelas, siswa dapat terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui proses pembuatan tape ketan yang mana menggunakan prinsip kerja proses respirasi anaerob sekaligus mencoba untuk membuatnya. Kegiatan praktikum pembuatan tape ketan juga berkaitan dengan topik Bioteknologi konvensional pada pelajaran Biologi di sekolah.

Baca juga: Ragam Manfaat Tanaman Serai Bertambah: Bisa Mengatasi Bersin karena Alergi

Potensi lokal ketiga yaitu adanya industri rumahan yang memproduksi minuman herbal jeruk nipis sebagai oleh-oleh khas Kuningan. Berdasarkan penelitian para ahli, jeruk nipis memiliki berbagai macam kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu untuk menarik minat konsumen terhadap jeruk nipis terutama di kalangan muda dibuatlah sebuah inovasi olahan jeruk nipis berbentuk sirup. Hal ini didukung juga dengan kondisi kabupaten Kuningan yang memiliki potensi berbagai tanaman pertanian.

Yoghurt | Foto: alodokter.com

Potensi lokal ini dapat dijadikan sumber belajar siswa melalui pelajaran biologi pada topik sistem pertahanan tubuh dan sistem pencernaan. Pada topik sistem pertahanan tubuh siswa dapat melakukan praktikum pembuatan minuman herbal jeruk nipis sebagai usaha untuk mempertahankan imunitas tubuh agar tetap sehat.

Kegiatan ini juga berkaitan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang menuntut setiap individu untuk menjaga kekebalan tubuhnya. Kemudian, pada topik sistem pencernaan siswa dapat melakukan praktikum pembuatan minuman herbal jeruk nipis sebagai langkah untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan tubuhnya dengan membuat makanan atau minuman yang bernutrisi.

Pendekatan Pembelajaran STREAM

Proses pembelajaran di sekolah yang dapat mengaktualisasikan keterampilan siswa untuk dapat memanfaatkan potensi lokal disekitarnya yaitu menggunakan pendekatan Science-Technology-Religion-Engineering-Arts-Mathematics (STREAM). Pendekatan STREAM ini merupakan desain pembelajaran yang multidisiplin ilmu dan sesuai dengan kondisi abad 21. Pada prosesnya ketika siswa melakukan pembelajaran akan disinergikan dengan aspek Science, Technology, Religion, Engineering, Arts, Mathematics.

Praktikum pembuatan yoghurt memiliki aspek science yaitu konsep materi mengenai topik fermentasi atau respirasi anaerob yang menjadi dasar proses pembuatan yoghurt. Pada aspek technology yaitu aktivitas siswa ketika menggunakan alat-alat sebagai technology sederhana untuk membuat yoghurt atau siswa dapat membuat inkubator sederhana. Pada aspek rligion yaitu aktivitas siswa ketika mengkaitkan konsep materi pada pembuatan yoghurt dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

Baca juga: Climate Change Denial: Efektifkah Biofuel Microalgae Menggantikan Fossil Fuels?

Pada aspek engineering yaitu siswa bekerja seperti layaknya seorang insinyur dalam merancang tahapan-tahapan pembuatan yoghurt, merancang kemasan yoghurt dan sebagainya. Pada aspek arts yaitu kegiatan siswa untuk memunculkan nilai seni misalnya kreativitas siswa saat membuat logo kemasan yang menarik sehingga menarik minat pembeli. Pada aspek mathematics yaitu aktivitas siswa pada saat menerapkan ilmu matematika terapan misalnya dalam membuat anggaran biaya yang diperlukan untuk membuat yoghurt dan menentukan jumlah kebutuhan alat dan bahan.

Pembelajaran melalui pendekatan STREAM telah direkomendasikan oleh beberapa ahli pendidikan di berbagai dunia. Hal ini karena pendekatan STREAM telah berhasil membekalkan siswa berbagai keterampilan abad 21 meliputi: berfikir kreatif, berfikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, berfikir sistem. Karakteristik pendekatan STREAM yang berorientasi terhadap isu-isu permasalahan di sekitar sangat cocok diterapkan untuk melakukan pembelajaran yang dapat menggali potensi-potensi daerah.

Pembelajaran melalui pendekatan STREAM dapat diterapkan di berbagai jenjang sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi dan juga pada mata pelajaran lainnya yang tentunya akan lebih menarik dan memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan. Siswa akan lebih mengenal berbagai keanekaragaman Indonesia yang ada di daerahnya dan dapat menanamkan rasa cinta tanah air.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini