Selain Sebagai Daerah Syariat Islam, Aceh Juga Terkenal Dengan Hal Yang Lain

Selain Sebagai Daerah Syariat Islam, Aceh Juga Terkenal Dengan Hal Yang Lain
info gambar utama

Dalam sebuah pelatihan yang pernah saya ikuti saat kuliah dulu seorang panitia mengatakan, "Adek dari Aceh ya?". Tentu saja saya kaget. Padahal pelatihan yang saya ikuti tidak ada menyebutkan asal-usul. Usut punya usut beliau mendengar saya berbicara dengan teman dan menurutnya selain dialek saya, susunan Bahasa Indonesia yang saya gunakan juga menunjukkan ciri khas dari provinsi paling barat ini.

Akan tetapi, soal susunan bahasa bukanlah satu-satunya yang menjadi khas dari Aceh. Banyak hal yang sering orang kaitkan dengan Aceh. Sebut saja tentang pelaksanaan syariat Islam. Provinsi Aceh adalah satu-satunya yang mempunyai regulasi tentang pelaksanaan syariat Islam. Teman saya yang non-muslim pernah menanyakan kepada saya bagaimana dengan orang-orang non muslim? Apakah mereka juga diwajibkan memakai hijab dan berbaju muslimah? Saya menjelaskan bahwa Islam tidak memaksa seseorang diluar Islam untuk berpakaian seperti orang Islam. Namun, peraturan ini bertujuan mengatur agar orang-orang diluar Islam untuk tetap menghormati peraturan yang telah diterapkan, salah satunya dengan berpakaian sopan.

Selain itu, saat waktunya solat Jumat, maka semua aktivitas perkantoran dan pasar ditutup sementara waktu. Saat Ramadan, pemilik warung makan diperintahkan untuk menutup tempat-tempat makannya. Alhasil, non-muslim dapat menyesuaikan dengan situasinya.

Beberapa hal berikut ini merupakan kesan pertama yang terlintas dari beberapa teman saya yang berasal dari luar Aceh. Kebetulan saya kuliah di tempat mahasiswanya berasal dari Sabang sampai Merauke, jadi sudut pandangnya akan berbeda-beda. Teman-teman saya ini sebagian sudah pernah juga menjejakkan kakinya di Tanah Rencong. Alhasil, dapat dipertanggungjawabkan kesan pertama mereka.

1. Konflik

Konflik di Aceh telah terjadi sejak lama. Saya tidak tahu persisnya kapan 'perang-perangan' tersebut terjadi. Saat saya kuliah dulu di pulau Jawa, saya selalu mudik melalui jalur darat. Perjalanan selama tiga hari tiga malam melalui jalur darat dari Kota Bandung menuju Medan tidak semengerikan satu malam perjalanan dari Medan menuju Banda Aceh.

Malahan saya bercerita tentang kami dalam perjalanan dengan bis yang dihentikan oleh pihak aparat kemudian dihentikan lagi oleh pihak GAM. Tentunya sensasinya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Bagaimana dalam satu waktu harus menunjukkan KTP kepada satu pihak dan harus menyembunyikan dari pihak yang lain?

Selanjutnya, kami pernah mempunyai KTP Merah Putih yang saya yakin hanya pernah ada di Provinsi Aceh. Saya mempunyai pengalaman tentang KTP merah putih ini. Saat itu, baru saja tsunami terjadi dan posisi saya berada di Jakarta. Saat saya mau mengambil uang ke bank, kebetulan saya tidak mempunyai ATM bank tersebut, tellernya meminta KTP dan saya memberikan KTP merah putih. Teller menolak karena seharusnya KTP saat itu berwarna kuning. Akhirnya, saya bertemu dengan kepala cabang untuk diwawancarai hanya untuk mengambil uang 500 ribu.

2. Gempa dan Tsunami

Seluruh negara berdatangan membantu Aceh yang separuh wilayahnya terdampak tsunami. Saat tsunami menerjang tanah rencong ini, semua beranggapan bahwa Aceh khususnya Kota Banda Aceh telah menjadi kota mati, ditandai dengan rusaknya semua sendi kehidupan dan banyaknya jumlah korban meninggal.

Baca juga: Nelayan Aceh Dilarang Bekerja pada Hari Jumat dan 5 Momen ini, Mengapa?

Kenang-kenangan tsunami dapat dilihat melalui Museum Tsunami yang dirancang bangunannya oleh Gubernur Jawa Barat saat ini, Ridwan Kamil. Bahkan, di Lapangan Blang Padang yang berlokasi berseberangan dengan museum tsunami juga terdapat monumen Thanks To The World yang ditulis di batu prasasti dalam bahasa semua negara yang membantu.

3. Warung Kopi

Warung Kopi merupakan salah satu icon Aceh. Kopi Arabica Aceh merupakan salah satu produk perkebunan terbaik. Sebutan kota seribu warkop tidak salah disematkan. Dengan munculnya kafe-kafe kekinian, tidak mengurangi jumlah warung kopi tradisional. Kopi pancong dan sanger (kopi susu) salah satu menu andalan. Disebut pancong karena takarannya pancong alias setengah dari biasanya. Sanger adalah menu kopi di campur susu yang ditambah banyak rasa kopinya dibanding susu sehingga masih terasa sensasi pahitnya kopi. Datang ke Aceh tanpa mencoba minum kopi di warung kopi rasanya ada yang kurang.

Barista sedang menyaring kopi untuk menyajikan Minuman Kopi Saring
info gambar

4. Ganja

Ganja Aceh telah di akui bahwa ganja terbaik di dunia. Terbaik di dunia karena mengandung THC sampai dengan 18%. Berdasarkan cerita teman-teman dari BNN, ganja Aceh merupakan penyalahgunaan narkotika tertinggi di Indonesia, total sitaan ganja terbesar se-Indonesia dan penambahan pecandu yg mencapai 34.2% tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa ganja ini bisa menjadi trademark-nya Aceh.

Namun, saat ini yang membuat orang luar Aceh tertarik jika membahas tentang ganja adalah kuliner yang dicampur dengan ganja dalam proses pembuatannya. Mereka akan menanyakan tempat makan yang mengandung unsur ganja, biasanya kuliner seperti kuah beulangong (kuah gulai daging) dan mi aceh. Mi Aceh yang yang mengandung ganja sering disebut dengan mi racing. Disebut mi racing karena ada racikan di atas standar dan telah mengalami modifikasi resep.

5. Wisata Pantai

Wisata pantai di Aceh tidak kalah dengan wisata pantai di daerah lainnya. Tiga per empat wilayah Aceh dikelilingi laut. Namun, tempat wisata pantai yang indah dan telah terkenal ke mancanegara berada di pulau-pulau luar daratan Sumatera. Sebut saja di Sabang Pulau Weh, pantainya merupakan destinasi wisata turis dalam dan luar negeri. Bahkan, sekarang laut sekitar Pulau Banyak juga telah menjadi acuan wisata. Namun, wisata pantai di sekitar Kota Banda aceh juga memiliki view yang indah serta dapat menjadi arena berenang bahkan berselancar. Dengan kata lain, pantai di Aceh dapat menjadi pilihan wisata baik untuk keluarga maupun untuk menguji adrenalin.

pemandangan pantai di lokasi wisata Gua Sarang di Sabang Aceh
info gambar

Demikian ah lima hal yang terlintas pertama kali dalam pikiran jika menyebut tentang Aceh. Tentunya hal-hal ini membawa pemikiran positif. Lima hal ini hanyalah gambaran besar tentang Aceh. Banyak hal lain yang dipikirkan tentang Aceh.

Seorang teman kerja, berdomisili di Jakarta, tetapi sering berdinas ke Aceh mengatakan waktu dinas ke Aceh adalah momen yang menyenangkan. Sebab, di Aceh waktu berjalan lambat. Waktu Magrib sudah mendekati jam 7 malam sehingga waktu nongkrong di warkop langganan lebih lama. Lalu, bangun pagi untuk solat subuh juga lebih lama sehingga menambah waktu tidurnya.

Hal tersebut hanya pendapat pribadi teman saya. Hal ini berbeda dengan kami yang harus mengikuti Zoom jam 8.30 pagi karena mengikuti jadwal Jakarta. Belum lagi jika kita mengikuti waktu Zoom jam 7 malam, bertepatan dengan solat Magrib. Namun, apapun tempatnya, tentunya perlu penyesuaian dengan kebutuhan yang muncul. So, apa yang Kawan pikirkan tentang Aceh? Pastinya jika Kawan ke Aceh, kami tetap akan menjamu karena sesuai prinsip kami, pemulia jame adat geutanyo (memuliakan tamu adalah adat kita).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini