Lemea, Kuliner Bengkulu yang Lezatnya Habiskan Nasi Sepriuk

Lemea, Kuliner Bengkulu yang Lezatnya Habiskan Nasi Sepriuk
info gambar utama

Berbicara tentang Indonesia, selalu ada banyak unik hal yang bisa dibahas dan diulik dari berbagai sisi. Budaya yang beragam dari tiap provinsi selalu mewarnai kekhasan nusantara. Kekayaan alam yang melimpah seperti rempah-rempah membuat banyak kreasi makanan tersajikan dari seluruh penjuru Sabang sampai Merauke. Kuliner nusantara merupakan sajian istimewa yang tak habis-habisnya untuk dikupas. Bahkan bahan-bahan untuk pembuatan makanannya terkenal unik-unik.

Kawan GNFI pasti tak asing dengan tanaman bambu. Bambu sangat mudah Kawan temukan di sekitar rumah. Bambu umumnya dimanfaatkan sebagai dinding rumah, kerajinan berbentuk gerabah, atau kesenian. Di negara Tiongkok bambu menjadi makanan khas hewan lucu nan imut yaitu panda.

Satu pertanyaan yang cukup lucu yaitu, kalau panda saja bisa memakan bambu, mengapa manusia tidak bisa melakukannya? Tentu saja bisa, Kawan. Ada satu tempat di Indonesia Raya ini yang menjadikan bambu sebagai makanan yang sangat lezat. Di manakah itu? jawabannya di daerah bernama Bengkulu.

Salah satu sajian istimewa yang Kawan GNFI harus tahu dan rasakan adalah masakan khas Bengkulu bernama Lemea. Lemea adalah masakan asli dari salah satu suku yang mendiami Provinsi Bengkulu yaitu suku Rejang.

Baca juga: Warung Pecel Mbok Mukhsoni, Sambal Legendaris yang Menjadi Saksi Perjuangan Lintas Zaman

Mungkin sebagian dari Kawan merasa asing dengan nama makanan khas ini. Membaca huruf 'e' dalam 'lemea' seperti membaca huruf 'e' di kata 'jeruk'. Setelah Kawan tahu cara membacanya, yuk sekarang intip beragam informasi dari lemea!

Dalam masyarakat Rejang, pembuatan lemea dilakukan melalui teknik fermentasi dengan bahasa sederhananya adalah pembusukan. Bahan utama lemea adalah bambu muda yang dikenal dengan rebung.

Rebung dicincang-cincang terlebih dahulu yang kemudian dicampur bersama ikan mujair atau sepat segar. Setelah rebung dan ikan teraduk merata, selanjutnya adonan disimpan ke dalam wadah yang dilapisi dengan daun pisang dan ditutup rapat-rapat. Proses fermentasi ini membutuhkan waktu minimal selama tiga hari. Setelah melewati proses fermentasi yang sempurna, lemea siap untuk dimasak dan disajikan bersama nasi.

Dalam dunia perkulineran, Rejang mengenal enam rasa dalam setiap masakannya, yaitu mis (manis), pet (pahit), mêsin (asin), pi’iak (asam), baik (gurih), dan pêlgiak (pedas). Lemea masuk ke dalam golongan rasa pi’iak.

Kawan yang pertama kali mencium aroma lemea pasti tidak akan suka karena bau lemea cukup tajam menusuk hidung. Aromanya menggigit indera penciuman. Bau ini dihasilkan dari proses pembusukan rebung bersama ikan secara bersamaan. Namun, tenang kawan-kawan, setelah lemea dimasak dengan berbagai macam bumbu, rasanya akan menggoyang lidah kawan-kawan. Lemea wajib dimasak terlebih dahulu, ya. Kawan GNFI jangan coba-coba langsung memakan tanpa diolah menjadi masakan.

Baca juga: Gathot Singkong: Camilan khas Gunungkidul yang Unik dan Otentik

Lemea dimasak dengan berbagai olahan masakan. Olahan paling sederhana adalah menjadikannya dalam bentuk sambal. Kawan-kawan bisa menambahkan terong, ikan, atau udang bersama santan yang nantinya akan menjadi gulai lemea. Bumbu untuk gulai lemea mudah didapatkan di dapur seperti bawang putih, bawang merah, cabai, dan serai. Jangan lupa diberi garam, gula dan penyedap rasa (pilihan) agar gulai lemea semakin nikmat untuk disantap. Cara pemasakannya sangat mudah, seperti memasak masakan gulai pada umumnya.

Asam, pedas dan gurih adalah citarasa yang muncul setelah diolah menjadi masakan. Tidak lengkap rasanya jika tidak ada tambahan lalapan seperti jengkol, petai, dan kabau. Lalapan ini akan menjadi penambah selera di lidah kawan-kawan. Kawan akan bisa menghabiskan sepriuk nasi secara tidak sadar, lho.

Meskipun lemea masih terdengar asing di sebagian besar masyarakat Indonesia, usut punya usut lemea sudah bertengger di negeri sakura, Jepang. Lemea yang diekspor dikemas dalam bentuk kalengan seperti kemasan makanan kaleng kornet.

Jika tak mau repot-repot memasak, kawan-kawan dapat langsung berkunjung ke Bengkulu dan membeli gulai lemea di warung makan yang tersebar di seantero Provinsi Bengkulu. Kawan-kawan yang berkunjung ke Bengkulu akan sangat rugi jika melewatkan sajian istimewa lemea. Selamat mencoba si busuk yang bisa menghabiskan nasi sepriuk.

Referensi:

https://www.mongabay.co.id/2023/01/20/lemea-kuliner-khas-bengkulu-berbahan-rebung/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

US
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini