Misriani, Seorang Wanita Berstatus Kepala Keluarga

Misriani, Seorang Wanita Berstatus Kepala Keluarga
info gambar utama

Lahir di Kabupaten Malang pada tanggal 03 Agustus 1942 adalah seorang wanita yang bernama Misriani. Beliau adalah wanita yang ditinggal suaminya meninggal disaat anak-anaknya masih sangat kecil sampai akhirnya harus menjadi tulang punggung keluarga demi bertahan hidup. Kini usia beliau sudah 80 tahun dan telah memiliki 9 orang cucu dan 5 orang cicit.

Syukur Alhamdulillah-nya kondisi beliau masih sehat walafiat bahkan terkadang cucu dan cicitnya masih dirawatnya sampai sekarang. Kini beliau tinggal di Kota Malang bersama anak, cucu, dan cicitnya. Meskipun tidak tinggal serumah, jarak rumahnya saling berdekatan. Di umurnya sekarang, beliau masih melakukan apa-apa sendiri, bahkan pergi pun juga masih berani sendiri, walaupun terkadang suka dimarahi anaknya karena sering pergi sendiri. "Meskipun pergi sendiri, banyak yang bertemu dengannya bahkan tidak sengaja juga menemaninya," tutur beliau kepada anaknya agar tidak terlalu khawatir.

Setiap bulan beliau selalu mendapat hadiah dari suaminya yang tak lain adalah sebuah uang pensiun. "Berapapun jumlah yang diterimanya beliau selalu mengucap syukur karena raga suaminya telah tiada bukan berarti tak bisa membuatnya bahagia," itu yang sering diceritakan kepada anak dan cucunya. Seusai mengambil uang pensiun di Bank, tak pernah lupa dan selalu membelikan sesuatu untuk cucunya. Bahkan, beliau tak pernah absen untuk memberikan lembaran uang tersebut. Meskipun sebenarnya keperluan beliau masih banyak yang dibutuhkan, tetapi yang dilakukannya itu selalu menjadi hal wajib setelah mendapat hadiah dari almarhum suaminya. "Ini uang dari mbah kung," tutur beliau kepada cucu dan cicitnya.

Sekarang ini beliau menjadi salah satu wanita sesepuh di kampung tempat tinggalnya yaitu di daerah Oro-Oro Dowo, Kota Malang. Oleh sebab itu, tak heran jika banyak tetangga sekitar yang bertanya tentang zaman dahulu ke beliau seperti adat istiadat di kampung, tokoh masyarakatnya, dan sejarah tentang asal usul salah satu Mushola yang terdapat di kampung tersebut.

Apalagi ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, rumah beliau selalu ramai dikunjungi tetangga, sanak saudara, bahkan mantan tetangga yang dulu pernah tinggal disitu juga tak pernah absen bersilahturahmi ke beliau. Banyak yang bilang kalau beliau ini awet muda karena dari dulu sampai sekarang wajahnya tetap sama, hanya saja sekarang sudah ada kerut wajahnya, maklum karena juga sudah tua.

Baca juga: Nenek Juara Dunia yang Tiada Henti Mengharumkan Nama Indonesia

Selain itu, beliau ini kalau kemana-mana selalu jalan kaki, mengambil uang pensiun pun selalu jalan kaki padahal jaraknya lumayan jauh. Meskipun sebenarnya, anak dan menantunya sudah mau mengantarnya, tetapi beliau selalu menolak dan lebih senang jalan kaki dan tidak mau merepotkan siapapun, selagi masih bisa sendiri selalu dilakukannya sendiri. Sifat kemandirian yang dimiliki beliau sungguh membuat saya bangga dan terpukau.

Asam manis kehidupan telah dirasakan, apalagi disaat pasca meninggal suaminya. Kerja dari pagi hingga malam dilakukan. Meskipun sebenarnya gaji dari kerja itu belum mencukupi kebutuhannya, tetapi tak pernah sedikitpun beliau mengeluh. Pernah suatu hari, saudara beliau datang ke rumahnya dengan tujuan menawarkan mengasuh salah satu anaknya agar sedikit mengurangi beban hidupnya.

Sayangnya, beliau tidak setuju, karena mau apapun keadaannya baik suka maupun duka harus selalu bersama-sama dan beliau juga masih mampu untuk menghidupi ketujuh anaknya tersebut. Hal ini terbukti bahwa anaknya berhasil di sekolahkan hingga tamat SMA semua, hanya ada satu anaknya yang putus sekolah karena membantu menjaga saudaranya (adiknya) ketika beliau kerja. Meskipun sebenarnya tidak setuju dengan keputusan anaknya yang berhenti sekolah, tetapi anaknya tetap teguh dan merasa kasian melihat orang tuanya banting tulang demi menghidupinya dan saudara lainnya.

Kehidupannya sekarang jauh lebih baik dibandingkan dengan dahulu karena satu persatu anaknya sudah hidup berkeluarga sendiri sehingga beliau tidak perlu banting tulang seperti dulu lagi. Meskipun sebenarnya sampai sekarang beliau masih ikut merawat cucunya yang masih sekolah karena orang tuanya kerja di luar kota.

Di usianya sekarang, seharusnya beliau sudah waktunya istirahat dan menikmati masa tuanya, tetapi beliau justru tidak bisa diam, ada saja yang dilakukan. Uang pensiun dari almarhum suaminya sebenarnya tidak cukup untuk kebutuhan hidupnya tetapi beliau tidak kehilangan akal.

Meskipun sudah tidak bekerja lagi, tidak membuatnya berhenti mencari uang. Beliau sering mengumpulkan barang bekas yang sudah tidak dipakai, seperti botol minuman, tempat makanan yang sudah tidak dipakai untuk dijual di tukang rombeng, dan juga menjual karak (nasi basi yang dijemur terus kering). Meskipun terkadang hanya mendapatkan 5000 rupiah, beliau selalu bersyukur dan tidak pernah malu selagi yang dilakukannya itu halal.

Meskipun anak cucunya juga sudah bekerja, beliau tidak pernah meminta uang sekalipun, kecuali kalau diberi sendiri oleh mereka karena beliau tidak mau membebani anak-cucunya dengan cara meminta seperti itu.

Setiap bulan setelah mengambil uang pensiun, tak lupa selalu mampir ke makam almarhum suaminya.
info gambar

Mendapatkan uang pensiun itu juga tidak langsung pasca suaminya meninggal, jadi masih menunggu beberapa tahun sambil melengkapi berkas-berkasnya yang dibutuhkan. Selain menghidupi ketujuh anaknya, beliau juga menghidupi kedua orang tua (paman dan bibi) yang sudah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri. Bayangkan ditinggal suaminya meninggal di saat anak-anaknya masih kecil dan masih harus merawat kedua orang tua yang sudah sepuh ditambah kerja banting tulang sendirian, betapa hebatnya beliau. Kini tak terasa sudah 39 tahun pasca meninggal suaminya dan sampai sekarang beliau tidak pernah menikah lagi bahkan mencintai laki-laki lain selain suaminya. Sungguh kesetiaan yang luar biasa. Oleh sebab itu, saya sebagai cucu beliau sangat bersyukur dan bangga sekali terhadap sifat kegigihan, kemandirian, kesetiaan, kesabaran, ketulusan yang beliau miliki, berharap segala hal baik bisa saya contoh dan diterapkan suatu saat nanti.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini