Antonius Sidik Maryono, Sang Advokat Jalanan dalam 32 Tahun Perjuangan

Antonius Sidik Maryono, Sang Advokat Jalanan dalam 32 Tahun Perjuangan
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI

#CeritadariKawan

#NegeriKolaborasi

#MakinTahuIndonesia

Ada satu ucapnya yang selalu saya ingat, “Advokat adalah salah satu officium nobile (profesi hukum yang mulia), jadi tidak boleh kita menetapkan harga. Justru karena saking mulianya, jadi harusnya tidak usah dibayar.”

Ya, kalimat altruistik itu berasal dari Bapak Antonius Sidik Maryono. Beliau merupakan sosok akademisi kelahiran Yogyakarta. Sudah tiga dasawarsa lebih beliau mengabdikan diri sebagai dosen di Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Tak ada sesuatu yang istimewa padanya, sampai akhirnya saya mengenal dekat “sosoknya” di Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH). Kini, BKBH sudah berubah nama menjadi Lembaga Pelayanan dan Pendampingan Hukum (LPPH), Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman.

Apabila dirunut secara historik, perjalanannya sebagai “advokat jalanan” dimulai karena kegusaran dengan pemikiran “serba ideal”nya sebagai seorang akademisi. Akhirnya, pada tahun 1980-an beliau bersama beberapa rekan dosen seperjuangannya menginisiasi pendirian BKBH Universitas Jenderal Soedirman sebagai platform penyedia layanan dan pendampingan hukum secara pro bono (cuma-cuma/gratis) untuk masyarakat kecil. Menurutnya di sinilah perjalanan hidup penuh maknanya dimulai, hingga tak terasa telah 32 tahun lebih lamanya.

Biografi Sam Ratulangi, Sang Pahlawan Nasional Sekaligus Gubernur Pertama Sulawesi

Dijiwai oleh keberpihakannya kepada masyarakat rentan dan marjinal, Pak Anton (sapaan akrabnya) lambat laun menjelma menjadi pahlawan bagi ratusan masyarakat pencari keadilan. Semangat dan dedikasinya tak pernah redup, meskipun waktu telah memanggil satu per satu kawan seperjuangannya dan tinggal menyisakannya seorang diri.

Dari penuturan beberapa senior saya, tak jarang jika ia merogoh kocek pribadi dan bahkan menyediakan mobilnya untuk digunakan dalam mengawal dan mendampingi masyarakat yang berhadapan dengan hukum. Ia juga pernah berujar jika ia dan keluarganya bahkan kerap kali menerima teror/ancaman dari pihak lawan kliennya.

Selain jiwa altruisnya yang tinggi, sebagai sosok pendidik beliau juga tak segan melibatkan kami mahasiswanya untuk membersamai pergerakannya dalam memperjuangkan keadilan hukum bagi masyarakat kecil. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BIKOHUMA) yang ia dirikan pada tahun 1998 bersama rekannya adalah bukti kesuksesan beliau dalam “menebar” ideologi bahwa keadilan dalam penegakan hukum adalah milik semua rakyat, tanpa terkecuali kepada mahasiswa.

Profil Cut Nyak Dhien, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Pemberani

Salutnya lagi, dalam keadaan sakit bahkan tergopoh-gopoh, beliau tak pernah mengeluh dan selalu berusaha menepati janjinya untuk datang menemui klien. Usia dan raganya memang sudah mulai menua dan rapuh, tapi giatnya dalam memperjuangkan keadilan hukum bagi masyarakat tetap nyala dan tak pernah surut.

Entahlah sudah berapa ratus orang dan perkara yang pernah ia bela. Mulai dari kasus pembunuhan menggegerkan “Rio Martil”, sengketa tanah, penyimpangan bantuan sosial, pemerkosaan, kasus pelecehan seksual anak, dan lain sebagainya. Berkat dedikasinya ini, beliau begitu dikenal bukan hanya oleh masyarakat di sekitar Banyumas. Namun, beberapa masyarakat dari luar Banyumas pun pernah mendatanginya.

Sebagai seorang akademisi, ego untuk merengkuh gelar doktor hingga profesor sebagai pencapaian tertinggi bagi seorang akademisi pernah hadir pada dirinya. Pada suatu kesempatan, beliau pernah bercerita kepada saya bahwa pembimbingnya sewaktu menempuh pendidikan magister hukum, yakni Profesor Soetadyo, bahkan tak sungkan menawarkan diri untuk menjadi promotor doktoralnya. Pada momen tersebut, saya dapat melihat cukup jelas guratan kecewa di wajahnya, meskipun lewat tawanya ia berusaha terus menyangkal.

Besarnya kekhawatiran akan konsistensi komitmennya pada perlindungan hak masyarakat kecil, membuatnya tak jadi mengambil kesempatan itu. Keputusannya itupun sempat disayangkan oleh profesornya yang mengetahui potensinya sebagai seorang akademisi. Patut saya akui, selaku mahasiswa yang pernah ikut dengannya selama 2,5 tahun, saya tahu betul betapa cerdasnya beliau, bahkan beliau jugalah sosok pendidik dan pemikir panutan saya.

Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan

Kini, di masa menjelang purna tugasnya sebagai seorang dosen, perjuangan sekaligus pengorbanannya telah membuahkan hasil. Walaupun, namanya tak luhur dengan gelar profesor seperti rekan-rekannya di dunia akademik. Namun, dapat dipastikan harum namanya terkenang di hati masyarakat rentan dan marjinal yang pernah ia bantu dan bela. Bagi mahasiswanya, beliau juga adalah pendidik sekaligus advokat yang luar biasa dalam mengajarkan dan membuktikan bahwa keadilan dalam hukum adalah milik semua rakyat, tanpa terkecuali.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini