Situs Watesumpak: Mengunjungi Kemegahan Pemukiman Elite Zaman Majapahit

Situs Watesumpak: Mengunjungi Kemegahan Pemukiman Elite Zaman Majapahit
info gambar utama

Situs Watesumpak yang terletak di Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto merupakan penemuan penting. Hal ini karena situs ini diduga merupakan sebuah pemukiman elite pada masa Jawa Kuno.

Proses ekskavasi ini dilakukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim. Penggalian arkeologi tahap 2 ini untuk mengungkap bentuk sisa-sisa pemukiman elit peninggalan Kerajaan Majapahit.

Ekskavasi tahap 2 Situs Watesumpak merupakan buah kerjasama Disbudporapar Kabupaten Mojokerto. Penggalian arkeologi ini berlangsung 7 hari dari 14 Desember-20 Desember 2022 yang berasal dari dana APBD Pemkab Mojokerto senilai Rp350 juta.

Misteri Situs Biting: Jejak Benteng Kuno yang Dibangun Pada Era Majapahit

“Kami anggarkan Rp350 juta. Namun, akan banyak SILPA tentunya kami kembalikan ke kas daerah. Perkiraan saya habisnya Rp150-200 juta,” kata Kabid Kebudayaan Disbudporapar Kabupaten Mojokerto Riedy Prastowo yang dimuat Detik.

Pamong Budaya Ahli BPK Wilayah XI Jatim Andi Muhammad Said menjelaskan ekskavasi tahap 2 untuk mengungkap bentuk struktur di Situs Watesumpak. Sebab ekskavasi tahap pertama 17-26 September 2022 belum menemukan dimensi benda kepurbakalaan tersebut.

“Karena beberapa struktur masih melebar. Jadi, kami menelusuri itu untuk mengetahui bagunan ini bentuknya apa sih, fungsinya apa sih. Tujuannya itu,” terangnya.

Pemukiman kuno

Pada tahap satu Situs Watesumpak, arkeolog BPK Wilayah XI Jatim Vidi Susanto menyebut situs cagar budaya di antara pertanian itu merupakan struktur kompleks pemukiman bangunan era Majapahit.

Interpretasi tim ekskavasi ini berawal dari penemuan banguanan yang menunjukkan indikasi situs berukuran sekitar 20 x 20 meter. Disebutkan ini merupakan bagian dari kompleks pemukiman.

Dijelaskan oleh Vidi, bila melihat adanya pola sudut, pembagian ruang, dan banyaknya temuan lepas yang menjurus pada pemukiman kuno. Bahkan hasil ekskavasi cagar budaya selama 10 hari itu mengarah kepada pemukiman bangsawan Majapahit.

Menelusuri Candi Kayen: Jejak Peradaban Awal India yang Masuk ke Nusantara

“Pemukiman warga biasa itu berbanjar dan tidak memiliki atau dibatasi pagar. Sedangkan ini Situs Watesumpak, pemukiman dengan pembagian ruang yang bisa saja terindikasi ke bangunan sakral dan profone,” papar Vidi yang dinukil dari Radar Mojokerto.

Menurutnya pembagian ruang tersebut untuk berbagai fungsi. Baik untuk hunian maupun aktivitas keagamaan di bangunan suci. Struktur kuno yang disinyalir sebagai kompleks pemukiman masyarakat berstrata sosial tinggi.

Hal ini ditegaskan, kata Vidi dengan sejumlah temuan lepas yang ditemukan di Situs Watesumpak. Mulai dari fragmen genteng, keramik, vas bunga, uang kepeng, hingga pipisan yang masa lalu.

“Struktur ini arah hadapnya ke barat. Karena di sisi barat ada profil penampil yang memiliki ragam hias menonjol. Biasanya sisi luar itu menunjukkan sesuatu yang unik dan baik,” tambahnya.

Perlu ekskavasi

Diketahui, Situs Watesumpak ini ditemukan pada 2008, secara tidak sengaja pada saat ada aktivitas penggalian tanah untuk keperluan pembuatan bata merah. Candi ini merupakan struktur bata berdenah persegi dengan ukuran panjang 8,9 m dan lebar 4,4 m.

Candi ini menghadap ke barat dan berada di atas tanah yang agak tinggi dari arel sekitar. Bagian halaman terdapat tatanan bata kuno yang digunakan untuk memagari tanaman oleh warga sekitar.

Sementara itu pada halaman sebelah selatan terdapat struktur 4 lapis bata yang membujur barat-timur dengan panjang 3,9 m. Struktur utama membujur arah utara-selatan. Struktur sebelah utara berupa profil yang berdenah setengah palang yunani dengan 5 sudut.

Situs Planggatan: Bangunan Tempat Bermukim Orang Suci di Lereng Gunung Lawu

Kepala Disbudporapar Kabupaten Mojokerto, Norman Handhito menegaskan ada dua titik fokous ekskavasi yang dibiayai oleh pemda, yakni ekskavasi lanjutan Situs Gamekan dan Situs Watesumpak.

“Masing-masing situs itu kita support dengan anggaran pada PAPDB 2022 Rp350 juta. Jadi total Rp700 juta,” ungkapnya.

Alokasi anggaran itu dipakai untuk sewa lahan selama setahun yang menjadi bagian pengamanan peninggalan sejarah yang berada di lahan milik warga. Termasuk, kebutuhan tenaga ahli, tenaga kasar, hingga penempatan juga pelihara di masing-masing situs.

Lokasi ini kerap digunakan untuk aktivitas ziarah oleh sebagian orang tersebut masih penuh tanda tanya. Sehingga untuk memperjelas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan ekskavasi lanjutan yang didanai pemda.

“Pada prinsipnya, ini bagian tugas kita untuk melestarikan cagar budaya,” tegasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini