Kampanyekan Gaya Hidup Minim Sampah, Maurilla Imron: Bumi Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Kampanyekan Gaya Hidup Minim Sampah, Maurilla Imron: Bumi Sedang Tidak Baik-Baik Saja
info gambar utama

"Zero waste adalah hidup selaras berdampingan dengan lingkungan. Kita berusaha meminimalisir dampak buruk yang kita buat dari keputusan sehari-hari, konsumsi, maupun pembelian, dengan dampak yang minim untuk lingkungan."

---

Isu lingkungan adalah sebuah hal yang krusial bagi kita semua. Apalagi, kaitannya adalah dengan bagaimana keberlangsungan kehidupan seluruh umat manusia beserta dengan seluruh elemen biotik maupun abiotik.

Tentunya, keselarasan antara kehidupan manusia dengan alam adalah sesuatu yang harus menjadi tanggung jawab bagi kita semua. Sayangnya, kini segala pertanda bahwa bumi kita ini sedang tidak baik-baik saja sudah semakin muncul.

Namun, bukan berarti tidak ada upaya yang bisa dilakukan kita semua selaku manusia sebagai penghuni planet ini. Banyak para aktivis atau pegiat lingkungan yang mulai memberikan ide atau menyuarakan segala hal yang paling tidak bisa menyelamatkan bumi kita agar bisa tetap lestari hingga masa mendatang.

Salah satu dari upaya tersebut adalah dengan menerapkan sebuah gaya hidup yang bernama zero waste. Sebuah gaya hidup berkelanjutan yang minim sampah dan ramah lingkungan. Mungkin bagi sebagian orang gaya hidup yang satu ini masih cenderung asing.

Namun, perlahan kampanye terkait dengan pola hidup zero waste perlahan mulai semakin menyentuh berbagai elemen masyrakat. Apalagi dari kemudahan untuk menyuarakan hal ini dengan adanya media sosial, orang-orang pun mulai mencari tahu, bahkan mengikuti gaya hidup ini.

Di Indonesia, upaya menyuarakan gaya hidup yang bertanggung jawab pada lingkungan ini tidak bisa terlepas dari upaya yang dilakukan oleh sebuah komunitas bernama Zero Waste Indonesia yang berdiri pada 2017 akhir ini oleh Maurilla Sophianti Imron.

Yang mana, sebuah wadah yang disebut sebagai one-stop solution platform untuk gaya hidup minim sampah di nusantara ini punya andil besar untuk menghimpun elemen masyarakat dan mempopulerkan pola hidup zero waste.

Lalu, bagaimana awal mula Maurilla membentuk Zero Waste Indonesia ini? Good News From Indonesia berkesempatan mewawancarai Maurilla Sophianti Imron secara virtual pada Kamis (29/12/2022), untuk mengetahui upayanya membangun Zero Waste Indonesia demi menyelamatkan bumi kita tercinta.

Wajib Tahu, Ini Perkembangan Asyik Pengelolaan Sampah Plastik Indonesia di Masa Kini

Apa kabar Kak Maurilla? Bagaimana menjalani kehidupan sejauh ini?

Alhamdulillah baik, sehat. Kebetulan aku berdomisili di Bali dan seminggu terakhir ini bener-bener hujan terus dan keluar juga macet karena lagi school holiday.

Aku punya 2 anak, umurnya 3 tahun dan 8 bulan. Jadi, memang lebih sering stay di rumah jadi ibu rumah tangga dan Zero Waste Indonesia itu saat ini jadi salah satu hal yang aku lakukan di luar kegiatan dengan anak anak.

Bisa ceritakan mengenai Zero Waste Indonesia (ZWID) ini?

Zero Waste Indonesia adalah one-stop solution untuk gaya hidup minim sampah. Visinya sih seperti itu. Namun kita adalah komunitas dan media karena kami besar di media sosial, zerowaste.id_official itu awalnya, kemudian ada websitenya.

Dari website itu kami berusaha untuk menjadi one stop solution platform. Ada shopnya untuk memberi alternatif di mana ada informasi misalnya gaya hidup minum sampah seperti apa gitu. Jadi Zero Waste Indonesia itu empowering semua orang untuk bergandengan tangan dan percaya pada dirinya sendiri bahwa merek bisa melakukan sesuatu terhadap lingkungan.

Karena background aku yang bukan orang yang expert dalam bidang lingkungan tapi ingin melakukan sesuatu dan aku sebagai founder Zero Waste Indonesia ingin empower orang lain untuk melakukan hal yang untuk punya perasaan dan sense of kita ini bergandengan tangan dan bisa melakukannya bersama-sama.

Apa yang membuat Anda tertarik untuk menciptakan Zero Waste Indonesia?

Waktu akhir 2017, aku menemukan video viral tentang diver di Nusa Penida. Tapi, instead of menunjukkan kehidupan biota laut yang cantik, yang ditunjukkan malah sampah dari bermacam brand dari berbagai tahun yang mereka memang tak mungkin terurai secara menyeluruh dan itu ada di bawah laut situ.

Itu sudah trigger awalnya buatku yang membuat aku pengen tahu tentang "kenapa ya?", "kok gitu ya?", dari pertanyaan tersebut aku cari tahu apa yang bisa aku lakukan.

Kemudian, akhirnya menemukan sebuah konsep/gaya hidup yang bernama zero waste yang diperkenalkan Bea Johnson dan Lauren Singer, mereka orang Amerika dan Kanada.

Jadi aku menemukan TedTalk mereka dan membuat aku berpikir ternyata ada ya sebuah gaya hidup yang bisa kita lakukan yang punya dampak baik. Yang mana, yang kita lakukan selama ini nampaknya normal, buang sampah pada tempatnya. Konsumsi, dipakai, dibuang, gitu yang nampak normal, tetapi ada cara lain yang lebih baik yang bisa kita lakukan namanya zero waste.

Walaupun bukan konsep baru, bahkan zaman dulu nenek moyang kita sudah menerapkan zero waste waktu belum ada packaging dan segala macamnya. Konsep zero waste ini juga awalnya dari industri, cuma dijadikan sebagai label gaya hidup.

Melihat zero waste di Indonesia belum terlalu banyak pada saat itu, aku mendokumentasikan perjalananku dan satu founder lagi yang sekarang sudah nggak bergabung dengan Zero Waste Indonesia, namanya Kirana. Kami membuat sebuah perjalanan gitu sekalian sharing di media sosial Instagram, kemudian mencari barang-barang reusable yang mempermudah untuk seseorang melakukan gaya hidup tersebut kita cari alternatifnya. Akhirnya, kita memiliki website dan media sosial.

Cerita Sutomo Manfaatkan Lahan Tidur di Ibu Kota Jadi Lahan Urban Farming Produktif

Menurut Anda, gaya hidup zero waste itu seperti apa?

Zero waste sebenarnya fokus ke pencegahan, bagaimana kita menjadi konsumen yang bijak dan memaksimalkan sumber daya. Pilar zero waste itu ada 6 : rethink, refuse, reduce, reuse, rot, dan recycling.

Nah yang 4 pertama ini kita fokus pencegahan saat kita masih harus mengonsumsinya, karena kita hidup di zaman yang belum menerakan ekonomi sirkular, masih linear semua. Belum semudah itu untuk menemukan barang yang tak berkemasan.

Setelah melewat 4 pencegahan tersebut tapi masih harus dikonsumsi, maka 2 terakhir adalah bagaimana kita memperpanjang sumber daya tersebut dengan cara rot, itu composting yang berhubungan dengan sampah organik dan recycling atau daur ulang.

Zero waste itu memang kerap dianggap sebagai "nol sampah", tapi kita tidak berfokus pada kata-kata "nol"-nya, tetapi fokus untuk meminimalisir sampah.

Aku percaya sebenarnya zero waste itu adalah mindset, yang mana ketika kita sudah punya pemikiran mengenai zero waste, maka keputusan kita sehari-hari itu akan mau tidak mau kita coba selaraskan sebisa mungkin dan kita akan coba cari alternatif yang seminim mungkin dampaknya.

Misalnya kita perlu sebuah barang, kita akan mencari dulu barang itu di rumah. Misal gak ada barang yang persis, ada ngga barang yang bisa dibikin untuk punya fungsi dengan barang yang kita butuhkan. Oke, kalo misalkan ngga punya, beli yang second gitu.

Untuk hal ini, ada yang namanya buyerarchy of needs : use what you have; pinjam; swap/tuker; beli bekas; membuat sendiri; dan kalau terpaksa beli cari yang punya dampak paling sedikit kepada lingkungan dan sosial.

Mengapa isu lingkungan ini penting untuk disuarakan?

Yang terjadi saat ini adalah sebuah warning bahwa keadaan bumi kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Misalnya cuaca ekstrim, bencana alam, banjir, keanekaragaman hayati yang mulai menurun, dll. Itu adalah pertanda kalau kita gak ngapa-ngapain hari ini it's gonna be even worst later. Kalau membaca tentang climate change itu whole another topic, tapiyang jelas we are not okay sekarang.

Mengacu ke 3 pilar sustainability, itu ada ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kita mau ekonominya bagus atau sosialnya bagus di suatu kota, tapi lingkungannya rusak, maka yang lainnya gak akan berfungsi. Bumi kita juga juga cuma satu, jadi penting untuk individu sadar bahwa manusia dan bumi saling membutuhkan. Maka itu penting untuk disuarakan.

Dan kita adalah orang yang bertanggung jawan serta punya kontrol untuk bagaimana melihat kondisi bumi kedepannya.

7 Cara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Mudah

Siapa saja pihak yang membantu dalam gerakan Zero Waste Indonesia?

Zero Waste Indonesia adalah tempat berkumpulnya berbagai elemen masyarakat yang menurut kami penting untuk mendasari perubahan dalam masyarakat. Di antaranya adalah media, komunitas, pelaku industri, pemerintah, dan akademisi.

Jadi, sebagai wadah berkumpulnya mereka semua, maka pihak-pihak itulah yang membantu dalam gerakan kami ini. Namun, sebetulnya zero waste itu kan modelnya menyentuh dari hulu. Kami bukan bank sampah yang mengurusi dan mengolaj sampah', kami bukan aktivitas atau tim yang melakukan advokasi langsung pada pemerintah, tetapi semua peran masing-masing di awal.

Maka mereka inilah yang membuat Zero Waste Indonesia berjalan. Dan elemen-elemen tersebut juga banyak membantu, bekerjasama, selaras dengan Zero Waste Indonesia.

Apa saja upaya atau strategi yang dilakukan dalam menyuarakan isu lingkungan ke masyarakat?

Kami awalnya itu online karena aku di Belanda saat itu, sekolah dan kerja di sana, maka disentuh secara online karena aku ingin melakukan sesuatu tapi gimana caranya aku gak di Indonesia. Pada saat itu Instagram user sudah besar di Indonesia.

Strateginya itu yang bisa menyentuh orang-orang yang yang menganggap bahwa isu lingkungan itu topik yang berat yang akhirnya jadi gak ngelakuin apa-apa. Kita dalam melakukan komunikasi dan mengedukasi adalah dengan menggunakan bahasa yang sangat sederhana, tidak menggurui, namun update dan applicable dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau dari media sosial kita sih konten yang nomor satu. Jadi, bagaimana kita membuat konten dan bisa relate dengan kehidupan orang kebanyakan dan selalu mencari tahu apa yang kira-kira bisa untuk terus dibuat dan bisa dipahami orang lain dengan mudah. Mungkin itu jadi tantangan yang terus-menerus.

Selain itu, tiap tahun kita fokus ke satu topik. Di 2019 itu topiknya adalah limbah tekstil. Jadi kita punya gerakan yang melakukan clothes swapping, karena banyak orang yang mencintai fashion dan mau cari alternatif yang lebih murah dan unik.

Bicara soal zero waste kan ke lingkungan, padahal belum semua orang punya mindset begitu. Namun, fashion kan jadi favorit banyak orang, jadi kita masuk melalui berbagai bubble seperti halnya fashion. Soal acara tukar baju itu sering banget belakangan ini, terutama setelah pandemi ini membuat acara offline dan selalu sukses, alhamdulillah.

Orang-orang juga jadi belajar karena kita memberikan edukasi, seperti 1 cotton kaos itu menggunakan 2500 air. Itu juga sarana kita mengedukasi.

Tidak Sulit, Begini Cara Kurangi Sampah Makanan!

Bagaimana respon masyarakat setelah Anda menginisiasi Zero Waste Indonesia?

Dari 2017 akhir aku merasakan perbedaan dari sisi yang baik dari Zero Waste Indonesia itu semakin banyak orang yang semakin tertarik dan mau memulai sesederhana penggantian single use plastic ke reusable yang bawa reusable bag kemana-mana bawa tumbler kemana-mana sedang mengganti barang-barang dirumah dengan barang-barang yang lebih ramah lingkungan

Sepenglihatanku sangat bagus, nggak pernah dari awal Zero Waste Indonesia berdiri nggak pernah ada respon yang buruk. Most of the people itu mungkin mereka awalnya iseng gitu atau menemukan konten seperti ini dan akhirnya tercebur dalam dunia zero waste.

Responnya memang positif, namun kita masih punya PR untuk menjangkau orang yang lebih luas lagi dan topik yang lebih dalam lagi. Zero waste tak sekedar membawa reusable bag saja, tetapi ke bagaimana jadi konsumen yang bijak.

Apa saja hambatan yang terjadi dalam mengampanyekan isu sampah ini?

Kembali ke karena kami juga sebagai media ya, edukasi secara online gitu, hambatannya itu literasi temen-temen kita orang-orang Indonesia yang masih kurang baik. Jadi sering mereka tidak membaca hanya menyimpulkan sesuatu sedangkan semuanya itu perlu dipertimbangkan kembali lagi secara holistik dan kontekstual.

Kalau kita punya mindset lebih baik, insyaallah akan lebih mudah serta akan berjalan lebih mulus dan lebih reachable gitu daripada cuma tahu sepatah-sepatah aja jadinya. Itu hambatan dan challenge kami juga sih untuk terus meluruskan dan terus mendidik dengan sebenar-benarnya semudah-mudahnya.

Menurut Anda, bagaimana kesadaran masyarakat terkait dengan isu lingkungan?

Kesadaran masyarakat terkait dengan isu lingkungan ini sudah jauh lebih baik daripada 4 atau 5 tahun yang lalu. Orang-orang sudah aware dengan pilihan untuk membawa wadah sendiri kalau misalnya beli sesuatu atau membawa reusable bag. Itu sesuatu yang 5 tahun lalu tuh aneh, nggak ada temennya dulu aku, ibarat nya "alien".

Sekarang sudah berbeda, ditambah lagi dengan peraturan pemerintah tentang konsumen tentang produsen dan beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali dan Jakarta sudah melarang plastik di tempat-tempat tertentu, termasuk pasar tradisional dan supermarket.

Ibaratnya, orang-orang sudah bergandengan tangan untuk melaksanakan perannya masing-masing. Jadi kalau di lingkungan di rumah Indonesia di dalam komunitasnya tentu sudah baik dan terlihat terlihat sudah sadar dengan apa yang mereka lakukan. Namun, secara garis besar ya masyarakat Indonesia masih lebih banyak yang belum sadar.

Avatar Lingkungan, Belajar dari Kisah Mbak Irma sebagai Avatar Pelindung Bumi

Apakah pemahaman masyarakat sudah tepat mengenai isu lingkungan atau gaya hidup zero waste?

Mengenai miskonsepsi itu masih ada banget yang bertebaran di luar sana. Khususnya orang-orang yang masih baru memulai gitu ya. Misalnya anggapan zero waste itu anti plastik, zero waste anti sampah, dan zero waste mahal.

Bila anggapan kalau zero waste adalah nol sampah, sulit untuk membuat orang tertarik. Pada akhirnya kita sebagai manusia kita masih menghasilkan sampah kalau kita mengacu ke 6R pilar.

Alasan masih banyaknya sampah yang dihasilkan itu ya karena sistem ekonomi kita saat ini masih sangat linear, belum sirkular gitu. Pastinya tetap akan ada sampah atau sisa yang kita hasilkan. Tetapi jangan fokus ke pola pikir “nol sampah”, tetapi fokus kepada mindset untuk meminimalisir.

Lalu, sebenarnya gak semua plastik jelek, karena plastik adalah material yang tahan lama dan berguna untuk memudahkan hidup manusia. Tapi bukan artinya kita membuang plastik yang ada di rumah. Kita bisa gunakan lagi dan jangan anggap sebagai benda sekali pakai saja.

Esensi zero waste juga bukan berarti membeli barang baru untuk memulai gaya hidup ini. Namun, mulailah dari apa yang sudah ada.

Salah Kaprah Zero Waste dan Cara Asyik Mulai Prinsip Hidup Minim Sampah Plastik

Apa rencana atau impian selanjutnya yang ingin digapai?

Pengen banget punya aplikasi Zero Waste Indonesia yang one-stop solution platform. Nantinya, di aplikasi tersebut semua hal bisa dilakukan, mau diskusi bisa, cari bank sampah bisa, atau hal yang memudahkan hidup minim sampah.

Selain itu, pengen juga punya toko fisik yang melayani tukar baju.

Apa harapan dan pesan ke depannya mengenai zero waste bagi masyarakat?

Sudah seyogyanya kita sebagai manusia sebagai khalifah di bumi itu untuk menjaga kelestarian alam gitu ya Kita harus sadar bahwa kita tuh perlu berjalan selaras dengan lingkungan, tidak bisa kita memandang manusia lebih tinggi daripada makhluk yang lain, termasuk lingkungan gitu. Karena kalau nggak ada lingkungan nggak ada kita gitu.

Bumi memang sebenarnya sudah punya caranya dia sendiri untuk berevolusi sebelum kita. Kedepannya bumi pun rasanya masih ada. Tetapi, seperti apa bentuknya? Apakah akan nyaman ditinggali? Apakah kita akan punah?

Jadi, kita harus hidup berdampingan, kita harus hidup berkelanjutan, dan melakukan usaha yang berdampak untuk lingkungan sekitar. Mudah-mudahan orang akan sadar pada hal tersebut sebelum terlambat dan memiliki pertimbangan terhadap segala kegiatan yang hendak dilakukan sehari-hari.

Aksi Bersihkan Sungai dari Sampah oleh Anak Muda Masa Kini Ala Pandawara Group

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini