2 Kisah Pemilik Perusahaan Otomotif yang Merajai Pasar Indonesia

2 Kisah Pemilik Perusahaan Otomotif yang Merajai Pasar Indonesia
info gambar utama

Dilansir dari goodstats.id, pada awal 2022 lalu, beberapa perusahaan otomotif Jepang menguasai pasar kendaraan di Indonesia, yakni Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Honda, dan Suzuki.

Perusahaan-perusahaan tersebut memang menyajikan produk otomotif yang berkualitas dan terbilang low budget. Tidak heran, pasar Indonesia cukup cocok untuknya. Dari keberhasilan dalam meracik kendaraan hingga menguasai pasar kendaraan di beberapa negara, tentunya mereka tidak lepas dari manajemen pemillik atau CEO-nya.

Untuk itu, inilah kisah sukses dari beberapa perusahaan otomotif Jepang yang merajai pasar Indonesia.

1. Sakichi Toyoda (Pendiri Toyota Industries)

Sakichi Toyoda
info gambar

Sakichi Toyoda dikenal sebagai penemu dan pendiri Toyota Industries. Ia lahir pada 14 Februari 1867 di Shizuoka, Jepang. Semasa kecil, Toyoda dikenal sebagai anak nakal dan pemurung di sekolah. Ditambah, ia tidak suka bertanya kepada orang lain melainkan ingin mencari tahu sendiri jawabannya.

Setelah lulus sekolah dasar, ia mempelajari beberapa hal tentang petukangan kayu dari ayahnya. Bahkan, ia melakukan pelatihan formal tentang itu. Namun, fokusnya sering terpecah karena ia lebih suka menciptakan sesuatu daripada harus mengelus kayu.

Toyoda pun mencari ide agar bisa mengembangkan passion-nya. Ia membagi waktu siang hari untuk bekerja dan malam hari untuk mempelajari mesin-mesin. Saat itu, Toyoda tidak berfokus pada mesin otomotif, tetapi mesin tenun. Sebab, daerah asalnya, yakni Prefektur Shizuoka terkenal dengan produksi kain tenunnya.

Setelah Jepang menetapkan Undang-Undang Monopoli Paten 1886, Toyoda kian berminat untuk menciptakan sesuatu yang bisa meningkatkan ekonomi di Jepang. Di usianya yang menginjak 20 tahun, Toyoda fokus untuk menciptakan alat tenun yang efisien agar menekan biaya produksi tenun di Jepang.

Baca juga: BJ Habibie, Sosok Inspiratif bagi Generasi Muda Indonesia

Meskipun begitu, tantangan Toyoda cukup sulit karena banyak impor kain tenun yang menawarkan harga murah dengan kualitas tinggi. Kain tenun tersebut mayoritas berasal dari Inggris. Karenanya, pemerintah Jepang mendirikan industri tekstil untuk mendorong produksi nasional.

Kendala selanjutnya adalah ketidaksenangan ayahnya terhadap obsesi Toyoda. Obsesi Toyoda dalam menciptakan alat tenun yang efisien membuat ia sering mengesampingkan pekerjaan aslinya, yakni tukang kayu. Tidak hanya itu, banyak warga desa yang menganggap Toyoda adalah orang eksentrik.

Namun, Toyoda tidak patah semangat, ia terus mempelajari mesin-mesin tenun setelah mendatangi Pameran Industri Nasional ke-3 pada 1890. Setelah mempelajarinya, Toyoda berhasil menciptakan alat tenun dari kayu yang disebut Toyoda Wooden Handloom. Alat tenun tersebut berhasil dipatenkan pada 1891.

Meskipun alat tenun itu bersifat manual, Toyoda berhasil meningkatkan produktivitas barang mencapai 50%. Setelah itu, ia menjual alat tenun penemuannya di Tokyo pada 1892. Namun, kendala lain adalah alat tenun ciptaannya ternyata tidak laku.

Hal ini dikarenakan kebutuhan pasar tenun di Jepang mulai berubah. Perusahaan tekstil skala kecil mengalami keterbatasan dana. Sementara itu, perusahaan tekstil skala besar membutuhkan alat tenun bertenaga listrik yang harus diimpor dengan harga mahal.

Dengan melihat kebutuhan itu, Toyoda langsung bergerak cepat untuk menciptakan mesin tenun bertenaga listrik. Sayangnya, ia tidak memiliki uang yang cukup sehingga ia menutup bisnisnya pada 1893. Tidak hanya itu, karena terlalu terobsesi dengan ciptaannya, Toyoda harus ditinggalkan oleh istrinya.

Namun, penemuan Toyoda cukup banyak. Contohnya, ia menciptakan mesin tenun otomatis yang dapat berhenti otomatis jika ada gangguan teknis (Jidoka). Jidoka sendiri menjadi sistem produksi dari Toyota hingga saat ini. Tidak hanya itu, ia juga mengembangkan konsep Five Why yang menekankan pada pertanyaan "mengapa" sebanyak 5 kali. Hal itu digunakan dalam memecahkan masalah pada proses penciptaan sesuatu. Tidak heran, Toyoda dijuluki sebagai Raja Penemu dari Jepang.

Sebelum hari-hari kematiannya, Toyoda berpesan kepada anaknya (Kiichiro Toyoda) untuk melanjutkan perusahaannya. Namun, Kiichiro Toyoda melakukan perubahan fokus pada perusahaan ke bidang otomotif. Dengan etos kerja tinggi yang diwarisi oleh ayahnya. Kiichiro terus mengembangkan Toyota Motors Corporation menjadi perusahaan otomotif global hingga kini.

2. Iwasaki Yataro (Pendiri Mitsubishi)

Iwasaki Yataro
info gambar

Setelah mengenal perusahaan Toyota yang berubah fokusnya dari tekstil ke otomotif, Kawan beralih ke pendiri Mitsubishi. Ia adalah Iwasaki Yataro. Ia lahir pada 9 Januari 1835 di Tosa, Jepang. Kehidupan meniti karirnya dimulai ketika ia bekerja untuk Klan Tosa. Saat berusia 19 tahun, ia pergi ke Tokyo untuk melanjutkan pendidikannya.

Namun, selama menempuh pendidikannya, ia mendapat hambatan karena ayahnya berselisih dengan kepala desa. Dari perselisihan itu, ayahnya mengalami cedera yang serius. Ketika masalah itu dibawa ke pengadilan, hakim tidak memproses kasusnya. Maka dari itu, Yataro menganggap hakim tidak adil.

Bahkan, ia juga mendapat pengusiran dari kampung halamannya dan mendekam di penjara selama 7 bulan. Setelah bebas dari penjara, ia jadi pengangguran untuk sementara waktu. Demi mendapat pekerjaan tetap, Yataro bekerja sebagai aktivis politik dan tergabung di reformis Yoshida Toyo. Reformis ini adalah reformasi yang membuka perdagangan global untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Dengan etos kerja yang tinggi, ia mampu menduduki jabatan teratas di Kantor Perdangangan Tosa, Nagasaki. Setelah restorasi Meiji tahun 1868, ia pergi ke Osaka dan menyewakan hak perdagangan kepada Tsukumo Trading Company. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi Mitsubishi pada 1873. Lalu, Yataro menjadi presiden pertama di perusahaan Mitsubishi.

Lambang Mitsubishi yang Kawan kenal berasal dari lambang keluarga Iwasaki dan daun pohon oak atau ek. Daun pohon ek itu menyerupai baling-baling kapal yang memang berasal dari Klan Yamauchi (penguasa bagian Shikoku), daerah Yataro dilahirkan.

Baca juga: Kisah Inspiratif Seorang Travel Influencer

Pada 1874, Yataro menyediakan kapal pengangkut pasukan Jepang ke Taiwan. Dengan aksinya itu, Yataro mendapat 30 kapal dari pemerintah Jepang. Tidak hanya itu, pada 1875, Yataro mengubah nama Mitsubishi menjadi Mitsubishi Mail Steamship. Dengan nama itu, Yataro berhasil memonopoli bisnis jalur luar antara Tiongkok—Rusia.

Yataro meninggal pada 1885. Lalu, kedudukan presiden berganti ke saudaranya, Yanosuke Iwasaki. Dalam kedudukannya, Yanosuke merambah ke bisnis darat dengan mendirikan tambang tembaga Yoshioka di Akita dan tambang batu bari di Takashima, Nagasaki. Setelah Yanosuke, anak Yataro, Hisaya membeli Kobe Paper Mills yang saat ini dikenal dengan Mitsubishi Paper Mills.

Tidak hanya itu, diversifikasi perusahaan Mitsubishi semakin beragam. Hal ini ditandai dengan kedudukan dari putra Yanosuke, Koyata. Koyata menggabungkan beberapa divisi sebagai perusahaan semi otonom. Nantinya, perusahaan ini menjadi Mitsubishi Heavy Industries yang membuat mobil, pesawat, tank, dan bus. Selanjutnya, ada Mitsubishi Electric yang fokus pada mesin listrik dan produk rumah tangga. Tentunya, inovasi terus berlanjut hingga Mitsubishi merger dengan Nissan Group.

Itulah kisah dua pemilik perusahaan otomotif Jepang yang merajai pasar Indonesia. Semoga kerja kerasnya bisa menginspirasi Kawan GNFI, ya!

Referensi:hamamatsu-book.jp| id.mitsibishielectric.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini