Mengenal Tradisi Kawalu, Lebaran Orang Baduy yang Wisatawan Dilarang Masuk

Mengenal Tradisi Kawalu, Lebaran Orang Baduy yang Wisatawan Dilarang Masuk
info gambar utama

Suku Baduy yang berada di Banten telah ratusan tahun menjaga erat budayanya. Salah satunya bisa terlihat dalam hari raya khusus yaitu, Kawalu. Selama perayaan, orang luar suku Baduy dilarang masuk.

Dimuat dari Detik, sebagai masyarakat yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, upacara Kawalu dilakukan menurut penanggalan Suku Baduy. Tahun ini penanggalan Kawalu jatuh pada tanggal 24 Februari - 24 April.

“Kawalu itu seperti Idul Fitri, nanti geser lagi upacaranya dari perhitungan bulan adat,” kata Kepala Desa Kanekes Jaro Saija.

Warisan Jaga Alam dari Masyarakat Baduy: Hindari Kelaparan hingga Bencana

Disebutkannya pada momen tersebut masyarakat Baduy akan menutup pintu untuk wisatawan. Selama Kawalu, orang Baduy akan menjalani kegiatan puasa, menumbuk padi, dan makan bersama yang dilakukan oleh penduduk.

“Sehari sebelum puasa, orang Baduy tidak makan malam. Bangun tidur langsung puasa sampai nanti buka puasa pukul 5 sore,” ujarnya.

Ternyata dalam ritual puasa itu, ada satu pantangan bagi orang Baduy yakni makan singkong. Alasannya Dewi Sri yang merupakan dewi padi tidak suka singkong, sehingga orang Baduy menghormatinya dengan tidak memakannya.

Dilarang pergi jauh

Bukan hanya orang luar yang dilarang masuk, tetapi saat Kawalu, orang Baduy pun dilarang bepergian jauh. Dijelaskan oleh Jaro, paling jauh hanya boleh berada di area Baduy Luar dan sekitar desa.

“Karena, saat upacara Kawalu banyak kegiatan dan orang Baduy dalam harus mengikuti acara tersebut,” dia menjelaskan.

Pada awal-awal bulan Kawalu, perempuan Baduy Luar akan pergi ke Baduy Dalam sebagai perwakilan keluarga. Nantinya mereka menumbuk padi bersama untuk upacara Kawalu. Sementara kegiatan lain adalah berburu kancil, persembahan padi, dan doa.

Sosok Perempuan Pahlawan Literasi Bagi Suku Baduy

“Seperti pembersihan di dalam sana,” kata Jaro.

Pelaksanaan ritual Kawalu ini merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Baduy kepada Sang Maha Kuasa atas anugerah hasil alam yang diberikan. Tradisi ini bahkan sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu.

Konon, jika masyarakat Baduy tidak melaksanakan tradisi Kawalu akan mengakibatkan Kabendon atau sanksi adat yang mendatangkan musibah. Hal ini bisa berlaku kepada orang yang melanggarnya.

Alasan ritual tertutup

Dinukil dari Antaranews, upacara Kawalu ini wajib diikuti oleh seluruh warga Baduy, namun upacara suci itu dipusatkan di tiga kampung yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana. Pelaksanaan ini bertempat di Bale yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal pemuka adat.

Sementara itu pelarangan wisatawan itu karena masyarakat Baduy Dalam ini akan fokus beribadah, doa atau nyepi. Nantinya mereka akan menutup diri selama pelaksanaan ritual selama tiga bulan.

Selama Kawalu, mereka meminta kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari marabahaya dan mendatangkan keberkahan juga semoga kehidupan makmur dan sejahtera. Selain itu juga meminta keselamatan bagi bangsa dan negara.

Kisah Mulyono, Pemberantas Buta Huruf bagi Masyarakat Badui

Selama masa itu, masyarakat Baduy akan memanjatkan doa diiringi puasa agar bangsa Indonesia diberikan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan keamanan serta dijauhkan dari marabahaya.

“Kami minta wisatawan dapat menghargai keputusan adat yang melarang kawasan Baduy Dalam itu dikunjungi orang luar,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini