Raden Saleh, Seorang Pangeran Jawa yang Bersolek di Kota Paris

Raden Saleh, Seorang Pangeran Jawa yang Bersolek di Kota Paris
info gambar utama

Raden Saleh Sjarif Bestaman atau Raden Saleh meninggalkan Pulau Jawa pada tahun 1829 di usia 18 tahun ke negeri Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu Raden Saleh meneruskan belajar melukis selama 10 tahun.

Pada tahun 1839, dirinya mulai menjelajahi seluruh Eropa. Negara yang pertama dikunjungi adalah Kekaisaran Prusia (Republik Jerman kini. Dirinya kemudian datang ke Prancis pada tahun 1845 di usia 34 tahun.

Cuaca di Paris ternyata lebih bersahabat bagi Raden Saleh daripada di Belanda. Di sini dirinya juga berkesempatan berpesta-pesta dengan orang-orang dari kalangan atas. Raden Saleh pun disambut dengan antusias.

Apakah Lukisan Raden Saleh Berharga 10 Juta Dolar Seperti di Film?

“Seniman Jawa ini memiliki banyak aset, ganteng, muda, berasal dari negeri yang misterius dan eksotis,” tulis Jean Rocher dan Iwan Santosa dalam Sejarah Kecil Indonesia-Prancis 1800-2000.

Pada momen itu, pejabat tinggi ini mengenang masa-masa indah di Hindia Belanda. Raden Saleh yang menguasai bahasa Belanda pun bisa bergaul baik dengan mereka karena tahu semua tata krama pergaulan masyarakat atas Eropa.

Pangeran Jawa di Paris

Disebut oleh Rocher, Raden Saleh memproklamirkan diri sebagai Pangeran. Hal ini karena dirinya terus menerus mendengar sapaan “Pangeran” dari para bangsawan kecil Belanda yang memanggilnya.

Dikatakannya mereka memang senang memperkenalkan Raden Saleh dengan sebutan Pangeran. Ternyata Raden Saleh juga menerima dengan cepat sapaan itu dalam dunia sosialitas Paris.

Sementara itu, orang Paris pun menggambarkan Raden Saleh dengan positif. Dirinya digambarkan sebagai orang Hindia yang cakap, ganteng, dan muda. Dirinya juga kerap memakai busana indah, serban ditumpangkan di atasnya oleh jambul dan permata.

Dibahas dalam Film Mencuri Raden Saleh, Begini Sejarah Lukisan Penangkapan Diponegoro

Raden Saleh disebutkan suka memakai semacam mantel pendek hijau muda penuh bordiran emas dan ikatannya keris, dihiasi dengan banyak macam batu berharga. Salah satu yang menarik pengetahuan Raden Saleh mengenai lukisan.

“Ketika semua orang berdansa, beliau bicara dengan penuh kegembiraan mengenai lukisan karya Theodore Gericault, Rakit Kapal Medusa (1819), Sang Pangeran Raden Saleh mendapat sambutan luar biasa pada pesta ini,” ucapnya.

Terinspirasi lukisan di Paris

Raden Saleh telah menjadi pujaan dalam lingkungan elite Paris. Sembari menempati bengkel lukisan di Rue de Tivoli, Raden Saleh menjalin persahabatan erat dengan murid Budelaire, Louis-Auguste Dozon.

Dirinya adalah penulis muda dan ahli bahasa yang mampu berbicara bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Kemudian hari dirinya menjadi konsul. Raden Saleh juga bertemu Edouard Dulaurier, orientalis dan guru yang mengajar bahasa Melayu dan Jawa di Paris.

“Dia sering kali diundang menghadiri pesta dansa dan mendapat banyak kesempatan untuk bertemu dengan orang terkenal dan tentu saja, dengan para wanita cantik di Paris,” ucapnya.

Potret Rumah Raden Saleh yang Kini Jadi Rumah Sakit Tertua di Indonesia

Di bidang lukisan, Raden Saleh mempunyai panutan yaitu Horace Vernet. Dirinya mengagumi lukisan pertempuran penuh gerak dan gejolak. Pada pameran 1847, Raden Saleh memamerkan Perburuan Rusa di Pulau Jawa.

Walaupun Raden Saleh punya banyak teman dan melukis dengan penuh bakat. Dirinya tidak menjual banyak lukisan di Paris kecuali dibeli Raja Louis-Philippe. Banyak lukisan Raden Saleh dalam periode tersebut sudah hilang, ada yang terbakar.

“Penulis memastikan bahwa hanya tiga lukisan yang masih ada dari 17 lukisan Raden Saleh selama di Prancis yang tidak bisa ditemukan,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini