Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Waduk Tertua di Indonesia

Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Waduk Tertua di Indonesia
info gambar utama

Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki banyak kekayaan alam yang sangat melimpah, salah satunya adalah sumber daya air. Hal ini dibuktikan dengan 62% wilayah Indonesia adalah laut serta perairan yang sangat luas, tulis Indonesia Baik. Selain laut, sumber daya air lainnya yang perlu Kawan GNFI ketahui adalah waduk atau danau buatan.

Jangan salah, walaupun namanya adalah danau buatan, tapi luas dari waduk ini bisa sampai 8.300 hektar serta bisa menampung lebih dari 2,44 milyar m3 air! Luar biasa bukan? Agar lebih jelas, mari berkenalan dengan salah satu waduk terbesar dan tertua di Indonesia yaitu Waduk Jatiluhur!

Sejarah Waduk Jatiluhur

Waduk Ir. H. Djuanda atau yang lebih dikenal sebagai waduk Jatiluhur, pertama kali di bangun pada tahun 1957. Meskipun waduk Jatiluhur baru buat di tahun 1957, tapi ide dan proses perencanaannya sudah ada dari jauh hari.

Berdasarkan data yang dihimpun dari purwakatab.go.id, di tahun 1930, seorang ahli perairan Belanda yaitu Prof. Dr. Ir. Wilem Johan van Blommestein mencetuskan gagasan tentang pembangunan waduk ini. Setelah itu gagasan ini dikaji ulang oleh Ir. Van Scravendijk pada tahun 1955, dan disempurnakan oleh Ir. Abdullah Angudi di tahun 1960 menjadi “Jatiluhur Multipurpose Project”.

Pemberian nama waduk ini pun berasal dari seorang tokoh nasional yaitu Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, yang pada saat itu adalah seorang Perdana Menteri Indonesia dan memperjuangkan terciptanya proyek bendungan ini baik di dalam negeri serta di forum internasional. Selain Djuanda, terbentuknya waduk Jatiluhur ini tidak lepas dari tangan seorang insinyur terkemuka Indonesia yaitu Ir. Sedijatmo.

Mengenal Sesar Lembang, Patahan Berbahaya yang Juga Destinasi Wisata

Pada tahun 1950an, Sedijatmo diangkat sebagai kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Air (BPDAS) di DAS Citarum dan bertanggung jawab atas proyek raksasa dari waduk Jatiluhur ini. Perjuangan dari Djuanda membuat proyek dari “Jatiluhur Multipurpose Project” ini berjalan lancar karena berhasil mengamankan bantuan dana serta sumber daya manusia dari negara lainnya.

Pembangunan ini pun selesai di tahun 1967 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Melalui sejarah yang panjang, terciptanya waduk Jatiluhur ini adalah permulaan untuk melahirkan banyak bendungan baru seperti waduk Jatigede, waduk Karangkates, waduk Sigura-gura, dan lainnya.

Fungsi dan Pemanfaatan Waduk Jatiluhur untuk Masyarakat

Terciptanya waduk ini tentu saja melalui riset yang panjang serta mengedepankan kepentingan masyarakat luas. Saat masa pembangunan, waduk Jatiluhur dikenal sebagai ‘Jatiluhur Multipurpose Project” atau proyek yang memiliki banyak fungsi penting, baik itu pengendalian banjir, penghasil listrik, sumber air irigasi, dan yang tak kalah penting adalah sebagai sektor pariwisata.

Menurut Kemenpupr, waduk Jatiluhur memiliki peran yang sangat krusial dalam pengendalian banjir di daerah Jakarta, Bekasi, serta Karawang. Selain itu, waduk Jatiluhur juga memiliki 6 turbin pembangkit listrik dengan kapasitas 187,5 MW dan sanggup menghasilkan lebih dari 2.700 kwh listrik setiap hari.

Suasana waduk Jatiluhur yang menenangkan | Sumber: Dokumentasi pribadi
info gambar

Untuk bisa mencapai waduk Jatiluhur, Kawan GNFI bisa melalui Jalan Tol Jakarta-Cikampek, atau Jalan Tol Cipularang, dan keluar di Gerbang Tol Jatiluhur. Jangan heran jika Kawan GNFI sampai di waduk Jatiluhur.

Berkah Kelapa yang Pernah Jadi Emas Hijau bagi Warga Pulau Selayar

Sebab, Kawan GNFI akan melihat berbagai macam rekreasi menarik seperti berlayar, berenang di kolam renang waterboom, bersepeda, penginapan unik, serta restoran atau warung makan yang sangat khas dengan Purwakarta, yaitu sate maranggi dan ikan bakar. Hal ini dikarenakan lokasi dari waduk Jatiluhur sangat strategis sebagai tempat istirahat serta rekreasi di akhir pekan. Tidak mengherankan jika waduk Jatiluhur terkenal sebagai salah satu tempat wisata terbaik di Jawa Barat.

Fungsi menarik lainnya dari waduk Jatiluhur adalah sebagai sumber air minum. Setiap tahunnya, waduk Jatiluhur menyumbang lebih dari 600 juta m3 air minum ke berbagai daerah seperti Jakarta, Karawang, dan sekitarnya.

Selain untuk air minum, pemanfaatan air dari waduk Jatiluhur juga sebagai sumber air irigasi dan perikanan masyarakat setempat. Waduk Jatiluhur sendiri telah menyumbang air irigasi untuk 242.000 hektar lahan pertanian, yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta memperkuat ketahanan pangan di lahan tersebut.

Tidak lupa, masyarakat sekitar waduk Jatiluhur juga banyak melakukan budidaya ikan di Karamba Jaring Apung atau KJA. Umumnya, jenis ikan yang di budidaya oleh masyarakat adalah ikan Nila, Mas, dan Patin.

Waduk Jatiluhur Sejuta Manfaat

Setelah melewati proses yang sangat panjang, Kawan GNFI sebagai warga negara Indonesia harus bangga karena terbentuknya waduk Jatiluhur ini tercipta karena ada tangan-tangan hebat dari pendahulu kita. Manfaat yang kita terima saat ini seperti listrik dan air minum untuk sehari-hari bisa kita rasakan karena pendahulu kita sudah bersusah payah agar generasi masa depan bisa merasakan manfaat yang dihasilkan.

Selain itu, waduk terluas serta tertua ini juga secara tidak langsung ikut membantu perekonomian masyarakat sekitar seperti terciptanya lapangan kerja dari budidaya ikan, lahan pertanian, membuka restoran khas Purwakarta, dan dari sektor pariwisata.

Memburu Kelezatan Bubur Samin yang Jadi Primadona Kota Solo saat Ramadan

Diharapkan dengan mengetahui sejarah dari waduk pertama di Indonesia ini membuat Kawan GNFI semua menjadi lebih memahami betapa penting nya menjaga lingkungan dan menghargai peninggalan sejarah dari pendahulu kita.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini