Berkah Kelapa yang Pernah Jadi Emas Hijau bagi Warga Pulau Selayar

Berkah Kelapa yang Pernah Jadi Emas Hijau bagi Warga Pulau Selayar
info gambar utama

Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan memiliki komoditas unggulan bernama kelapa. Komoditas dengan julukan emas hijau ini telah menghidup masyarakat sejak puluhan tahun silam.

Syafruddin masih berdiri gagah memindahkan serabut kelapa dari batoknya. Udara segar di Desa Parak, Kecamatan Bontomanai, Kepulauan Selayar yang panas membuat dirinya cepat berkeringat.

Selain Taka Bonerate, Ini 5 Destinasi Wisata Alam Favorit Kepulauan Selayar

Dia baru mengupas 460 kelapa, itu masih separuh dari yang ditargetkan untuk bisa membawa uang yang lumayan. Dengan upah Rp100 per biji kelapa. Kelapa itu nanti dicungkil lalu dijemur selama sepekan atau diasapi selama tiga hari.

Biasanya oleh para petani di sana nanti kelapa itu akan dijual sebagai kopra. Tanah Jawa menjadi tujuan penjualan kopra yang biasanya diolah lagi sebagai bahan obat-obatan atau juga makanan.

“Minimal saya kirim ke Surabaya kalau sudah terkumpul 50 ton,” ujar Ariyanto pemilik CV Sinar Laut yang dimuat Kompas.

Tanah kelapa

Di Kepulauan Selayar berderet rumah-rumah panggung yang didirikan dari batang kelapa di bawah naungan kelapa. Berdasarkan data Kabupaten Kepulauan Selayar daerah ini memiliki perkebunan kelapa seluas 19.416 hektare.

Nur Yadin, warga setempat mempunyai kebun kelapa warisan seluas 18 hektare, setara sekitar 2.000 batang pohon. Satu hektare kebun menghasilkan 2.000 sampai 2.500 kelapa dalam tiga bulan dengan sekitar 25 persen dimakan hama.

Bukan Mesjid Katangka Gowa , Inilah Mesjid Tertua di Sulawesi Selatan Sejak Abad 16

Pada 2017 silam, harga kopra yang hanya Rp8.000 per kilogram sangat terlalu murah. Pasalnya hasilnya harus dipotong 30 persen untuk pekerja. Sekurangnya, kopra di tingkat pekebun Rp10.000 per kilogram.

“Pemilik kebun tidak bisa meminta harga naik karena semua tergantung tauke, tengkulak,” kata Yadin.

Jadi mas kawin

Berdasarkan tulisan Christian G Heersink dalam Selayar and The Green Gold: The Development of the Coconut Trade on an Indonesian Island menyatakan sekitar tahun 1880 untuk pertama kalinya kopra sebagai bahan baku margarin dikirim dari Selayar ke Eropa.

Heersink menjelaskan ada lima fase dalam produksi kelapa di Selayar, yakni fase pertama (1600-1850) yaitu politisi lokal yang juga elite dagang mendominasi perekonomian Selayar melalui kontrol di bidang pertanian, tenun dari kapas dan perdagangan.

Fase kedua adalah setelah 1850, pemerintah kolonial Belanda membatasi opu atau pemimpin adat dalam kekuasaan dan kekayaan. Sementara yang ketiga adalah pasca politik Pax Neerlandica, ekonomi Selayar mendapat momentum pada tahun 1900.

Inilah 7 Wisata Pantai Kepulauan Selayar yang Eksotis. Mantap Buat Diving dan Healing!

Fase keempat terjadi pada 1930, ketika depresi ekonomi dunia berpengaruh kepada bisnis kopra. Pada fase kelima ekspansi kekuatan eksternal yang mengatur perekonomian dan perpolitikan Selayar setelah kemerdekaan.

Bagi masyarakat Selayar, kelapa pernah menjadi pilar utama perekonomian warga dan disebut emas hijau. Bahkan kerap dikurapkan sebagai gigi emas atau pohon kelapa sebagai mas kawin dalam pernikahan.

“Namun kini kelapa di Selayar tak lebih berharga dibandingkan beras meskipun menjadi komoditas andalan,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini