Peran Sultan Syarif Kasim II, Berikan 13 Juta Gulden Demi Perjuangan Republik

Peran Sultan Syarif Kasim II, Berikan 13 Juta Gulden Demi Perjuangan Republik
info gambar utama

Selain Yogyakarta dan Aceh, peran Riau juga sangat penting dalam masa revolusi kemerdekaan. Pasalnya ketika itu, Sultan Syarif Kasim II, penguasa Riau bukan saja menyerahkan wilayah kekuasaannya namun juga harta benda kerajaannya.

Riau -dikuasai Kerajaan Siak- ketika itu bukanlah negara yang miskin. Daerah ini memasok 60 persen produksi minyak nasional yang sebagian besarnya terletak di wilayah bekas Kerajaan Siak.

Ketika itu Pekanbaru sudah memiliki perangkat bagi sebuah kota yang sedang berkembang. Bahkan Sultan Syarif Kasim II sempat meresmikan Bandara Simpang Tiga, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Festival Perang Air, Tradisi Kasih Sayang yang Terjadi di Selatpanjang

Namun, di balik semua itu, dirinya malah menyerahkan harta pribadinya senilai 13 juta gulden, di antara harta benda yang diserahkan itu adalah mahkota kerajaan yang terbuat dari emas bertahtakan intan berlian, batu permata, pedang kebesaran, dan mobil.

“Benda-benda ini diangkut Datuk Perpatih Nan Baringsek sebagai utusan Gubernur Muda Sumatra Dr. Jamil ke Bukittinggi pada 1949,” tulis Yudi Latif dalam Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan.

Membentuk sumber daya manusia

Sultan Syarif Kasim II memang telah menjadi penentang pemerintahan kolonial sejak Belanda hingga Jepang. Sultan ketika itu membangun kekuatan militer yang berawal dari barisan kehormatan pemuda-pemuda.

Selain fokus dalam membangun kekuatan fisik, dirinya juga berusaha membangun mental dan pendidikan rakyat. Untuk itulah didirikan sekolah bagi anak negeri dan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berbakat di Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Dengan harta yang dimilikinya, Sultan Syarif Kasim II mendirikan sekolah Agama Islam yang diberi nama Madrasah Taufiqiyah Al-Hasyimah pada tahun 1917. Sementara itu pada tahun 1926, dua mendirikan sekolah untuk kaum wanita yang diberi nama Latifah School.

Memori dari Selatpanjang, Bandar yang Ramai Sejak Kesultanan Siak Riau

Ketika Jepang masuk, banyak orang Hindia-Belanda yang meminta perlindungan Sultan Syarif Kasim II. Jepang yang mengetahui hal itu memerintahkan Sultan Syarif Kasim II untuk datang ke Batavia walau ditolak.

Sultan Syarif Kasim II juga menolak mengirimkan tenaga romusha. Biarpun ketika itu, dirinya sudah tidak lagi memegang pemerintahan, tetapi Sultan menyatakan tetap bertanggung jawab terhadap kerajaan dan rakyatnya.

Wafat sebagai rakyat biasa

Pada 1946, Sultan Syarif Kasim berangkat ke Medan untuk membicarakan status Siak dalam RI. Namun, terjadi sebuah kerusuhan sosial di Sumatra Timur, menyebabkan terbunuhnya sejumlah pujangga termasuk Amir Hamzah.

Sultan Syarif Kasim II tidak terlepas dari ancaman ini, tetapi dia cepat dilarikan Pemuda Rencong Aceh yang diketahui A.Hasjmi ke daerah tersebut. Dia baru pulang kembali ke Riau pada tahun 1963,

Namun dia hidup jauh lebih miskin dibandingkan kedudukannya yang pernah disandangnya sebagai sultan. Ketika sakit, dia hanya dirawat di Rumah Sakit Caltex walaupun tidak punya anak kandung.

Kopi Liberika Riau yang Tumbuh di Tanah Gambut

Sultan Syarif Kasim II meninggal pada 1968 sebagai rakyat biasa di bekas Ibu Kota Kerajaan Siak, yang dalam pemerintahan RI hanya menjadi ibu kota kecamatan. Dirinya sempat mengingatkan pentingnya kedaulatan RI.

“Datuk-datuk, pemimpin-pemimpin dan rakyat Siak, jangan mau dijadikan Belanda sebagai perkakas untuk melanggar kedaulatan dan hak di Kerajaan Siak. Barangsiapa yang melanggar juga akan kedaulatan itu, yaitu dengan maksud mendirikan kerajaan dan sultan yang baru, maka semua yang berdosa itu akan terkutuk sampai kepada anak cucunya, karena kita Sultan Siak sampai sekarang masih berdaulat yang mana segala kedaulatan itu telah kota serahkan buat sementara kepada Pemerintah Republik Indonesia,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini