Tradisi Bertaruh Nyawa di Lamalera, Nusa Tenggara Timur

Tradisi Bertaruh Nyawa di Lamalera, Nusa Tenggara Timur
info gambar utama

Bagi sebagian orang, mungkin perburuan terdengar sebagai suatu kegiatan yang menyeramkan. Namun, tak seperti perburuan pada umumnya yang menggunakan mesin-mesin modern demi bisa membuahkan hasil luar biasa, perburuan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini memiliki kearifan lokal tersendiri.

Bulan Mei hingga Oktober menjadi musim yang ramai di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Hal ini dikarenakan pada saat itulah para Lamafa-sebutan untuk pemimpin dalam perburuan ikan paus yang menjadi tradisi di Lamalera- bersiap memburu ikan paus yang tengah melakukan migrasi.

Kearifan Lokal

Masyarakat Lamalera memburu paus | Foto: sindonews
info gambar

Tradisi memburu ikan paus ini disebut-sebut sudah ada sejak abad ke-16. Kini, tradisi tersebut juga masih berlangsung di Desa Lamalera yang terletak di Kecamatan Wulandoni, sekitar 47 km dari ibu kota Kabupaten Lembata, Lewoleba.

Perburuan yang disebut dengan Leva Nuang ini menjadi atraksi sendiri bagi wisatawan karena dilakukan secara tradisional. Para Lamafa yang menjadi pemimpin bersenjata tombak atau dalam bahasa setempat disebut dengan tempuling dan akan mengejar ikan paus dengan perahu kayu tanpa mesin. Para pemburu Lamalera menggunakan kapal layar yang disebut sebagai paledang yang didayung beramai-ramai ke tengah laut.

Biasanya, dalam satu musim perburuan, penduduk setempat akan mendapatkan sekitar 8-10 ekor ikan paus yang bisa digunakan dalam satu tahun oleh penduduk Desa Lamalera. Nantinya, ikan paus yang diperoleh ini akan dibagi ke seluruh penduduk desa berdasarkan kesepakatan tidak tertulis. Semua memiliki hak atas bagian masing-masing.

Lamafa dan tetua adat akan mendapatkan bagian sirip dan beberapa bagian terbaik. Ada pihak-pihak lain yang biasanya mendapatkan bagian tertentu. Hasil pembagian ini akan digunakan untuk keperluan sehari-hari dan sisanya dijadikan barter untuk memperoleh jagung, padi, kacang-kacangan, dan bahan pangan lainnya. Di Pulau Lembata, sistem pembayaran sistem barter atau transaksi tukar menukar barang masih bertahan dan berdiri hingga sekarang.

Masyarakat Adat Bonokeling Lestarikan Tradisi Demi Ketahanan Pangan

Tradisi Bertaruh Nyawa

Tugas berburu ikan paus jelas berbahaya. Dibutuhkan keberanian dan keahlian untuk melakukan kegiatan ini. Para pemburu harus memiliki keahlian untuk mengetahui di bagian mana tombak yang ia bawa harus ditancapkan. Tak hanya itu, ia juga masih harus menahan rontaan ikan paus sebelum akhirnya lemas.

Masyarakat Lamalera sering menukar hasil perburuannya dengan barang-barang pokok. | Foto: travel.tempo
info gambar

Biasanya, ilmu menombak di Pulau Lembata sudah diperoleh secara turun-menurun. Sebelum memburu ikan paus, mereka biasanya juga memiliki tradisi dan ritual yang menyertai, tepatnya saat sudah memasuki bulan Mei.

Selain ritual Misa karena sebagian besar masyarakat Lembata menganut agama Katolik, mereka juga melakukan ritual yang bertujuan meminta rezeki dan keselamatan.

Mancing Ikan Larangan, Tradisi Memancing Ikan yang Berbasis Pelestarian Alam

Sekilas Lembata

Apakah Kawan tertarik menyaksikan aksi para Lamafa, atraksi ritual, serta seni dan budaya di Pulau Lembata?

Pulau Lembata sendiri merupakan salah satu nama pulau di Kabupaten Flores Timur. Sebelum menggunakan nama Lembata, pulau itu dikenal dengan sebutan Pulau Lomblen. Baru tahun 1967, nama Lembata dikukuhkan. Nama tersebut juga berhubungan dengan sejarah kedatangan masyarakat Lembata yang berasal dari Pulau Lepan batan.

Ibu kota Kabupaten Lembata adalah Lewoleba yang memiliki luas kurang lebih 1.266,39 km². Pulau ini menjadi bagian dari gugusan Pulau Solor, letak Pulau Lembata berdekatan dengan Alor.

Festival Perang Air, Tradisi Kasih Sayang yang Terjadi di Selatpanjang

Kini, Lewoleba tengah berkembang. Hal ini terlihat dari aktifnya kegiatan dalam meningkatkan infrastruktur dan menggerakan ekonomi, salah satunya dengan pariwisata.

Selain bidang kelautan, masyarakat di sini juga menggeluti bidang tambah timah, tembaga, pasir, besi, dan masih banyak lagi. Selain perikanan, sebagian besar penduduk Pulau Lembata juga bermata pencaharian sebagai petani.

Referensi: Majalah Destinasi Indonesia "Tenggelam dalam Teduhnya Raja Ampat"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini