Kurikulum Merdeka Tingkat PAUD dan SD : Pentingnya Penerapan Transisi yang Menyenangkan

Kurikulum Merdeka Tingkat PAUD dan SD : Pentingnya Penerapan Transisi yang Menyenangkan
info gambar utama

Semakin banyak sekolah tingkat SD dan PAUD menerapkan Kurikulum Merdeka, semakin penting juga sekolah mengerti serta menerapkan kurikulum tersebut dengan maksimal disertai penerapan Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.

Kurikulum Merdeka tingkat PAUD sering disebut dengan Merdeka Bermain karena proses pembelajarannya yang bertujuan agar anak memiliki persepsi bahwa belajar itu menyenangkan, bukan memberatkan. “Dalam konteks Pendidikan anak usia dini, Merdeka Belajar itu adalah Merdeka Bermain. Karena bermain adalah belajar. Nah ini merupakan sebuah tema yang penting untuk anak usia dini yang harus terus kita kuatkan, karena kita ingin melawan miskonsepsi-miskonsepsi untuk anak usia dini", kata Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril.

Salah satu miskonsepsi yang kerap terjadi, adalah pada kemampuan calistung yang fokus dibangun saat anak menempuh PAUD. Hal tersebut akan membuat anak percaya bahwa dirinya tidak pintar bila tidak bisa calistung. Nyatanya, membangun kemampuan anak perlu bertahap dengan cara yang menyenangkan agar manfaatnya pun baik.

“Konsekuensi yang terjadi akibat miskonsepsi tersebut adalah muncul persepsi kepada anak bahwa belajar bukanlah hal yang menyenangkan.” Ujar Nadiem.

Dalam Kurikulum Merdeka tingkat SD ke atas, terdapat dua kegiatan utama, yaitu Pembelajaran Intrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dalam Kurikulum Merdeka juga, mata pelajaran IPA dan IPS digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) agar anak dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan. Kemudian, diintegrasikan dengan computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS. Hal lainnya, yaitu mata pelajaran Bahasa Inggris yang diubah sebagai mata pelajaran pilihan.

Hal-hal esensial tersebut harus diterima secara perlahan agar pondasi yang dibangun menjadi lebih kuat dan komitmen tidak ada patahan pembelajaran dari jenjang PAUD ke SD.

Pembelajaran Kurikulum Merdeka PAUD. Foto: gurubk.com
info gambar

Sebagai tindak lanjut, Kemendikbudristek meluncurkan sebuah Gerakan bersama untuk memastikan setiap anak mendapat haknya dalam memperoleh pembelajaran yang tepat, yaitu “Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan” pada Selasa 28 Maret 2023. Gerakan bersama tersebut dapat diwujudkan melalui tiga tahap:

1. Menghilangkan Tes Calistung dari Proses Penerimaan Peserta Didik Baru pada Pendidikan SD

Tes calistung telah dilarang melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru karena setiap anak berhak mendapatkan layanan Pendidikan.

“Jangan rampas hak anak untuk memperoleh kemampuan fondasi (Pendidikan), mulai dari jenjang PAUD sampai jenjang Pendidikan SD kelas awal. Tes calistung ini berpotensi menimbulkan stress berlebihan bagi anak. Tes calistung sebenarnya telah dilarang untuk diterapkan.” Ujar Nadiem.

Baca juga: Hari Guru Nasional 2022 : Implementasi Inovasi dan Merdeka Belajar di PKBM Ibnu Rusy Kelas Jauh

2. Menerapkan Masa Perkenalan bagi Peserta Didik Baru Selama Dua Minggu Pertama.

Hal ini bermaksud untuk memfasilitasi anak serta orang tua berkenalan dengan lingkungan belajarnya, juga membantu tenaga pendidik mengenal peserta didik baru dengan menerapkan kegiatan yang memberi informasi tentang kebutuhan belajar peserta didik.

3. Menerapkan Pembelajaran yang Membangun Enam Pondasi Anak yang Dibangun Secara Kontinu dari PAUD hingga Kelas Dua pada Pendidikan SD.

Keenam pondasi yang dapat diterapkan tersebut adalah mengenalkan nilai agama dan budi pekerti, memanfaatkan keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, mematangkan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar serta kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kepemilikan dasar literasi atau numerasi, juga mengembangkan keterampilan motoric dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri, serta memberi makna terhadap belajar yang positif.

“Kemampuan fondasi tersebut dibangun secara kontinu dari PAUD hinga kelas dua jenjang Pendidikan dasar. Untuk itu, standar kompetensi lulusan bagi PAUD tidak dirancang per usia, namun sebagai capaian yang perlu dcapai di akhir fase dan dapat dipenuhi hingga kelas dua Pendidikan dasar, serta tidak ada evaluasi kelulusan untuk siswa PAUD.” Tegas Nadiem.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini