Letusan Tambora vs Krakatau : Mana yang Lebih Dahsyat?

Letusan Tambora vs Krakatau : Mana yang Lebih Dahsyat?
info gambar utama

Dunia telah menyaksikan beberapa letusan gunung berapi begitu dahsyat dalam sejarah modern, dan dua letusanyang paling terkenal terjadi di Indonesia, yakni letusan Gn. Tambora dan letusan Gn. Krakatau. Kedua letusan ini signifikan dalam hal kekuatan dan kedahsyatannya, dan letusan keduanyameninggalkan dampak langsung maupun tidak langsung pada lingkungan dan masyarakat. Bahkan, beberapa dampaknya terjadi hingga saat ini.

Namun mungkin banyak dari kita yang bertanya, dan keduanya, letusan mana yang lebih dahsyat?

Letusan Tambora

Letusan Tambora terjadi pada bulan April 1815 di pulau Sumbawa, Indonesia. Letusan Tambora pada tahun 1815 adalah letusan gunung berapi terbesar yang tercatat dalam sejarah, dengan Indeks Letusan Gunung Berapi (VEI) 7, melepaskan perkiraan 160 kilometer kubik magma dan abu ke atmosfer. Letusan itu begitu kuat sehingga menyebabkan penurunan sementara suhu global.

Baca juga: Hubungan Letusan Tambora, Monster Frankenstein, dan Penemuan Sepeda

Letusan Tambora dan jangkauan abu | wikimedia
info gambar

Letusan Tambora menghempaskan awan abu dan sulfur dioksida tinggi ke atmosfer, yang menyebar ke seluruh dunia. Abu dan sulfur dioksida membentuk lapisan aerosol yang memantulkan kembali sinar matahari ke ruang angkasa, menyebabkan efek pendinginan global sementara. Hasilnya, "Tahun Tanpa Musim Panas" (Year without summer) pada 1816 yab menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan di banyak bagian dunia, dan dampak lingkungan letusan itu terasa selama bertahun-tahun.

Baca juga : Dibalik Kekalahan Napoleon di Waterloo : Dampak Letusan Tambora yang Tak Terlupakan

Letusan Krakatau

Letusan Krakatau terjadi pada bulan Agustus 1883 di Selat Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatera di Indonesia. Letusan itu disebabkan oleh runtuhnya kaldera gunung berapi, dan melepaskan sekitar 25 kilometer kubik magma dan abu ke atmosfer. Letusan itu begitu besar sehingga dianggap sebagai salah satu letusan gunung berapi paling kuat dalam sejarah. Letusan itu menyebabkan tsunami yang menewaskan sekitar 36.000 orang, dan diperkirakan letusan itu menyebabkan penurunan suhu global.

Sebuah litografi tahun 1888 dari letusan Krakatau pada tahun 1883 | Parker & Coward (Public Domain)

Sama halnya dengan Tambora, letusan Krakatau juga mengirimkan awan abu dan sulfur dioksida ke atmosfer, yang menyebar ke seluruh dunia. Lapisan aerosol yang terbentuk oleh letusan memantulkan kembali sinar matahari ke ruang angkasa, menyebabkan efek pendinginan global sementara. Dampak lingkungan letusan itu terasa selama bertahun-tahun, dan letusan itu memiliki dampak yang berlangsung pada masyarakat yang terkena dampaknya

Baca juga: Begitu Kerasnya, Gelombang Suara Letusan Krakatau Mengelilingi Bumi Empat Kali

Letusan mana yang lebih besar?

Dalam hal Indeks Letusan Vulkanik (VEI),letusan Tambora memiliki VEI 7, yang merupakan rating tertinggi yang mungkin dalam skala tersebut, sementara letusan Krakatau memiliki VEI 6.

Letusan Krakatau melepaskan sekitar 25 kilometer kubik tefra, atau "hanya" sekitar 1/6 dari Tambora. Meski begitu, letusan ini menciptakan tsunami besar yang menghancurkan masyarakat pesisir di wilayah itu, dan dampak lingkungan dari letusan ini terasa selama bertahun-tahun.

Selain itu,letusan Tambora memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap iklim global dibandingkan dengan letusan Krakatau, karena menyebabkan efek pendinginan yang lebih jelas. Letusan Tambora menyebabkan penurunan suhu global sekitar 0,5-0,7°C, menyebabkan "Tahun Tanpa Musim Panas" pada tahun 1816, yang menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan di banyak bagian dunia. Sebaliknya, letusan Krakatau menyebabkan penurunan suhu global sekitar 0,1-0,4°C, yang berlangsung selama beberapa tahun.

Letusan Tambora dan Krakatau adalah dua peristiwa vulkanik yang paling signifikan dalam sejarah. Meskipun keduanya kuat dan destruktif, letusan Tambora jauh lebih besar dan berdampak lebih besar pada iklim global. Dampak lingkungan dari letusan ini terasa selama bertahun-tahun, dan mereka menjadi pengingat akan kekuatan alam dan dampak yang dapat dimilikinya pada planet kita.

Referensi:

  1. McGuire, W. J., & Kilburn, C. R. J. (1999). The 1883 eruption of Krakatau. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 88(1-2), 1-2.
  2. Newhall, C. G., & Self, S. (1982). The volcanic explosivity index (VEI): An estimate of explosive magnitude for historical volcanism. Journal of Geophysical Research: Oceans, 87(C2), 1231-1238.
  3. Robock, A. (2000). Volcanic eruptions and climate. Reviews of Geophysics, 38(2), 191-219.
  4. Self, S., Gertisser, R., Thordarson, T., Rampino, M. R., & Wolff, J. A. (2014). Magma volume, volatile emissions, and stratospheric aerosols from the 1815 eruption of Tambora. Geophysical Research Letters, 41(7), 2512-2518.
  5. Stothers, R. B. (1984). The great Tambora eruption in 1815 and its aftermath. Science, 224(4654), 1191-1198.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini