Tapak Langkah Bangsa Persia yang Terekam dalam Kebudayaan Nusantara

Tapak Langkah Bangsa Persia yang Terekam dalam Kebudayaan Nusantara
info gambar utama

Hubungan Persia (Red: Iran) dengan Indonesia telah memiliki sejarah panjang terutama bila dikaitkan dalam dakwah Islam. Bangsa Persia telah memiliki hubungan dengan Indonesia melalui Jalur Rempah.

Kepala Pusat dan Tradisi Lisan (PR - MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sastri Sunarti menjelaskan bahwa hubungan antara Indonesia dan Persia bahkan tercatat sudah berumur 1000 tahun.

“Ketika kita berbicara tentang hubungan 1000 tahun lamanya. Bahkan pada masa kerajaan Sriwijaya dan dinasti yang berkuasa pada masa itu yaitu dinasti Sasanid,” tulisnya.

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Ketika Dinasti Abbasiyah jatuh ke tangan orang-orang Mongolia pada tahun 1258, serombongan pedagang, tokoh agama, dan ulama dari penjuru Semenanjung Arab pergi ke negeri di Timur Jauh, seperti China dan Semenanjung Melayu.

Hijarahnya para sayid dari Hadramaut ke Asia Tenggara antara abad ke 17 hingga 20 Hijriah, berlangsung dalam beberapa tahap. Mereka datang ke kepulauan Nusantara dari India dan Indo-China.

“Islam yang diterima di Indonesia merupakan hasil usaha mubaligh dari Arab, Iran, dan India. Pengaruh tasawuf di sana pun sangat mencolok,” ucap Dr Muhammad Zafar Iqbal dalam Pengaruh Persia Terhadap Kebudayaan Indonesia.

Pengaruh yang ada

Akmal Kamil dari Islamic Culture Center (ICC) Jakarta menjelaskan bahwa Islam mudah diterima di Nusantara karena keramahan dan toleransinya terhadap kearifan lokal dan keanekaragaman budaya para pendakwah.

Beberapa ulama besar dari Persia pun begitu dikagumi di Indonesia, seperti Ibnu Sina sebagai bapak kedokteran, Al Khawarizmi sebagai bapak matematika dan Jalaluddin Rumi yang dikenal sebagai pujangga besar.

Sedangkan kitab sumbangsih ulama-ulama Persia kepada dunia Islam khususnya di Indonesia seperti Tarikh Al Thabari, Tafsir Al Kassyaf Al Zamakhsyari, serta Kutub Al-Sittah. Adapun contoh kebudayaan Persia juga bisa dilihat dari bangunan.

Cikal Bakal Nama “Indonesia”

“Meski telah mengalami modifikasi, gagasan awalnya dapat kita lihat dari rumah-rumah atau tempat ibadah kuno yang terdiri dari 12 pilar dengan angka 7, 12, 14 menjadi angka-angka patokan untuk membangun rumah tiang dan lain sebagainya,” ucapnya.

Di Makassar, jelas Akmal banyak ditemui rumah panggung yang memiliki anak tangga 12 dan 14 pilar. Ada juga batu nisan dari Maulana Malik Ibrahim dan Syeikh Mahmud yang bernuansa Persia.

Terserap dalam bahasa

Pengaruh Persia terhadap Indonesia cukup kuat terasa dalam kesusastraan, salah satunya adalah bahasa.Tercatat lebih dari 283 kosakata Persia yang diserap ke dalam bahasa Melayu dan Indonesia yang tidak mengalami perubahan mendasar.

Beberapa contoh kata Persia yang terkenal seperti kanduri (kenduri), astana (istana), bandar (pelabuhan), bedebah, biadab, bius, diwan (dewan), gandum, jadah (anak haram), lasykar, nahkoda, tamasya, saudagar, pasar, syahbandar, pahlawan.

Iran Mencekam, Bagaimana Kondisi WNI di Sana?

Pengaruh Persia yang tak kalah kuat dalam proses Islamisasi di Nusantara adalah yang berkaitan dengan sistem pengajaran membaca Al-Qur’an. Seperti menggunakan istilah-istilah berbahasa Persia untuk menyebut harokat (vokal).

“Istilah jabar untuk fatkhah, jer (zher) untuk kasrah, dan pes (fyes) untuk dhammah,” tulis sejarawan Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo.

Di dalam sastra Islam Nusantara juga muncul pengaruh sastra Persia terlihat pada munculnya karya-karya terjemahan seperti Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bulan Terbelah, Hikayat Amir al-Mukminin Hasan dan Husain.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini