Tradisi Menerangi Kuburan dengan Lilin untuk Menyambut Lebaran di Mamuju

Tradisi Menerangi Kuburan dengan Lilin untuk Menyambut Lebaran di Mamuju
info gambar utama

Masyarakat Rangas, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) memiliki tradisi unik yakni menyalakan lilin di kuburan atau yang warga sebut sebagai Pantunui Ku’bur. Tradisi ini dilakukan menjelang 1 Syawal atau Idul Fitri

Dimuat dari Tribun-Sulbar, warga akan berbondong-bondong datang ke makam keluarga mereka untuk menyalakan lilin. Lilin baru akan mereka nyalakan sesaat setelah Maghrib dilaksanakan, ketika akhir bulan suci Ramadan.

“Tradisi ini tiap tahun kami lakukan, ketika menyambut bulan suci Ramadan dan Idul Fitri,” kata Arham seorang warga yang ditemui di TPU Bulutakkang.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan

Sementara itu, Arhan menyatakan tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh warga. Tidak hanya ketika memasuki 1 Syawal, masyarakat juga akan menyalakan lilin saat awal bulan suci Ramadan.

“Lilin kita nyalakan sebagai isyarat bahwa keluarga yang masih hidup tidak pernah melupakan dan selalu mendoakan mereka yang telah terlebih dahulu menghadap Allah SWT,” ungkap Arham.

Penghormatan kepada keluarga

Tradisi menyalakan lilin di kuburan keluarga merupakan bentuk penghormatan mereka kepada keluarga yang sudah meninggal dunia. Apalagi biasanya warga yang dikuburkan di TPU ini merupakan satu keluarga.

Egen, salah seorang warga menerangkan bahwa warga akan menyalakan lilin tak hanya di kuburan, namun juga di rumah-rumah warga. Hal ini bermakna bahwa orang tua dan leluhur mereka yang sudah meninggal masih tetap diingat.

Sunan Giri, Sosok 'Paus Islam' yang Mengesahkan Sultan di Tanah Jawa

Masyarakat biasanya bersiap menerangi makam saat malam 27 likur atau bertepatan dengan malam 27 Ramadan. Mereka akan berbondong-bondong datang dari masjid untuk sampai ke pemakaman keluarga.

“Itu memang sudah menjadi tradisi bukan hanya di sini, tetapi di semua desa Muslim di Maluku, menerangi kuburan lalu berdoa,” katanya.

Gunakan pelita

Sugianto, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Mamuju menjelaskan orang tua mereka menggunakan pelita untuk menerangi makam. Karena saat itu belum ada lilin.

Namun, saat ini sudah ada beberapa warga yang menggunakan lampu listrik untuk menerangi makam keluarga mereka. Biasanya tradisi ini juga menjadi sarana silaturahmi bagi warga.

Warga juga datang untuk membersihkan makam keluarga mereka, sehingga warga bisa saling memaafkan antar sesama ketika memasuki bulan Syawal. Apalagi banyak warga yang pergi merantau.

Misteri Pemakaman Trunyan, Kuburan Paling 'Wangi' di Bali

“Banyak warga yang sudah tidak tinggal di sini datang untuk membersihkan dan menyalakan lilin di makam keluarga mereka, sehingga kita bisa kembali bertemu dan berkomunikasi,” tutur Sugiarto yang dinukil Liputan6.

Bila ada sanak keluarga yang tidak datang ke makam, Sugiarto menjelaskan bahwa warga dengan suka rela membersihkan serta menyalakan lilin di atas makam itu. Hal ini karena mereka meyakini semua yang dimakamkan adalah keluarga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini