Berwisata Religi Sembari Menguak Misteri Gunung Lawu

Berwisata Religi Sembari Menguak Misteri Gunung Lawu
info gambar utama

Wisata bertujuan untuk bersenang-senang dengan melakukan perjalanan, sedangkan religi terkait dengan keagamaan, dimana sentugan doa dan ketaatan mewarnai sepanjang perjalanan wisata. Destinasi wisata religi dapat berupa tempat ibadah seperti masjid, pura, candi, makam, atau alam seperti gunung, pantai, laut.

Setiap gunung memiliki legendanya masing-masing sebagai warisan budaya, salah satunya adalah Gunung Lawu yang merupakan wisata alam penuh misteri, terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sensasi mistis mulai terasa begitu kita mulai mendaki, seolah-olah gunung tersebut hidup dan bernyawa. Menurut warga sekitar, Gunung Lawu adalah gunung yang paling angker se Indonesia. Sering terjadi keanehan dan sosok-sosok aneh. Pernyataan warga tersebut merupakan salah satu inkikator brandingnya Gunung Lawu.

Dukungan komunitas warga akan kemistisan Gunung Lawu secara tidak disadari merupakan promosi budaya yang terkait dengan sejarah. Masyarakat sekitar beragama Hindu dan Islam Kejawen serta berakulturasi dengan Cina sehingga Peziarah dalam berdoa menggunakan dupa (wewangian) dan menyalakan hiu.

Berdoa dilakukan di setiap pos yang dilewati saat mendaki dan peziarah terdiri dari masyarakat lokal, para porter, keluarga keturunan Prabu Brawijaya V dari seluruh Indonesia. Jumlah peziarah tidak dapat diprediksi.

Gunung Paluweh, Gunung di Tengah Lautan yang Tak Banyak Orang Tahu

Hari baik berziarah yaitu Selasa Kliwon yang artinya hari memberi. Para peziarah dari semua jalur pendakian akan mencapai titik temu di Hargo Dalem, namun yang dianggap paling sakral dari jalur pendakian Candi Cetho.

Jalur pendakian Cemoro Kandang dianggap sakral karena tempat pendakian Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta. Banyak pendaki gunung menerima titipan doa dari sanak kerabat dan mereka telah siap membawa dupa yang dinyalakan di setiap pos pemberhentian untuk memanjatkan doa.

Gunung Lawu
info gambar

Beberapa misteri Gunung Lawu terjadi sejak runtuhnya kerajaan Majapahit yaitu moksanya Prabu Barwijaya V yang memiliki 2 istri, yang satu dari Cina bernama Ratu Petak Putri melahirkan Raden Patah dan Ratu Jingga melahirkan Pangeran Kalong. Raden Patah pindah dari agama Hindu ke Islam dan pergi dari Majapahit mendirikan kerajaan Demak.

Meredupnya kerajaan Majapahit, membuat Prabu Brawijaya V meninggalkan kerajaan menuju Gunung Lawu untuk menyendiri di puncak Hargo Dalem. Prabu Brawijaya moksa atau menghilang dan jasadnya tidak dapat diketemukan oleh siapapun.

Dua pengikut setianya Kyai Jalak dan Sunan Gunung Lawu bertugas menjaga gunung. Sunan Gunung Lawu menjadi makhluk gaib dan Kyai Jalak menjadi burung jalak. Burung tersebut akan merestui para pendaki yang bersih dan baik niatnya. Aura pendakian gunung lawu terlapisi oleh makhluk goib dan suara burung jalak.

Di padang ilalang pada jalur Candi Cetho, terdapat pasar setan dengan kontur tanjakan yang terjal, jurang yang curam dan kabut yang tebal, membuat jarak pandang menjadi pendek dan menimbulkan resiko untuk tersesat. Jalur ini merupakan perlintasan alam gaib. Sering terdengar suara bising seperti suara orang menawarkan dagangan yang membuat pendaki sering memilih jalur lainnya yaitu Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu.

Pada saat mendaki, sebaiknya tidak megeluh karena seolah gunung mendengar dan menjadikan kenyataan. Mitos lainnya yaitu kupu-kupu hitam dengan bulatan biru di sayapnya. Jangan sampai pendaki menangkap, menganggu, menyakiti atau membunuh kupu-kupu tersebut agar selamat.

Mitos lain juga pendaki jangan memakai baju warna hijau, karena baju itu kesayangan Ratu Roro Kidul. Mitos lainnya jangan membawa rombongan ganjil karena akan membawa sial.

Menjaga Gunung Guntur: Gunung Berapi Aktif yang Terlelap Ratusan Tahun

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini