Wisata Religi di Masjid Azizi dan Besilam

Wisata Religi di Masjid Azizi dan Besilam
info gambar utama

Siang itu cuaca panas menyengat. Debu beterbangan di Jalan Binjai kilometer 12. Tepatnya, didepan pintu masuk perumahan Villa Palem Kencana, Diski, Kabupaten Deli Serdang. Dahaga mencekat tenggorokan. Hari itu tanggal 16 April 2023. Dua puluh lima hari umat Islam telah melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Beberapa hari lagi umat Islam akan merayakan Idul Fithri 1444 Hijriyah. Ba’da Zhuhur, saya dan keluarga berencana mengunjungi Masjid Azizi yang berada di Tanjung Pura.

Perjalanan dari Diski ke Tanjung Pura lebih kurang satu jam perjalanan melalui Jalan Tol Medan – Binjai. Selama dalam perjalanan, saya dan adik ipar yang bekerja sebagai Aparat Sipil Negara (ASN) di Kota Medan berdiskusi tentang Revolusi Sosial 1946 yang terjadi di Sumatera Timur.

Wilayah Sumatera Timur meliputi Kesultanan Langkat, Deli, Serdang, Kualuh, dan Bilah. Revolusi Sosial 1946 merupakan tragedi berdarah yang menimpa suku Melayu khususnya Melayu Langkat. Revolusi ini dikatakan sebagai gerakan sosial oleh rakyat terhadap penguasa Kesultanan Melayu.

Baca juga: Ada 2,25 Juta Wisman yang Berkunjung ke Indonesia Pada Januari-Maret

Banyak bangsawan Melayu yang terbunuh termasuk Tengku Amir Hamzah, Sang Penyair Pujangga Baru akibat ekses revolusi berdarah ini. Pelakunya ditengarai adalah kaum komunis yang mengutamakan jalan kekerasan untuk meraih kekuasaan. Padahal satu bulan sebelum revolusi sosial berlangsung, para sultan dan bangsawan Melayu Sumatera Timur sepakat menyerahkan kekuasaannya dengan jalan damai kepada Pemerintah Republik Indonesia di Medan. Selanjutnya di Sumatera Timur akan dibentuk pemerintahan demokrasi rakyat yang sesuai dengan semangat perjuangan kemerdekaan.

Masjid Azizi merupakan ikon peradaban Melayu Langkat. Masjid ini termasuk salah satu Masjid yang terindah dan tidak pernah sepi dikunjungi para wisatawan baik dalam dan luar negeri.
info gambar

Setelah melewati Stabat sampailah saya dan keluarga di Tanjung Pura menjelang waktu shalat Ashar. Setibanya di Masjid Azizi saya sempatkan berswafoto dan berdoa di pusara Sultan dan Bangsawan Kesultanan Langkat. Semoga Allah menerima segala amal ibadahnya dan ditempatkan ditempat yang terbaik disisi Allah Subhanahu Wata’ala.

Masjid Azizi merupakan ikon peradaban Melayu Langkat. Masjid ini termasuk salah satu Masjid yang terindah dan tidak pernah sepi pengunjung. Para wisatawan berdatangan, baik dalam maupun luar negeri.

Mulanya Masjid ini dibangun tahun 1889, atas perintah Sultan Abdul Azis selaku penguasa Kesultanan Langkat akhir abad ke 19. Arsitektur masjid ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Zahir di Kedah, Malaysia.

Pembangunan Masjid Azizi dilakukan selama 18 bulan dengan biaya 200.000 (dua ratus ribu) Ringgit Malaysia. Masjid ini memiliki sembilan kubah kecil dan satu kubah besar. Pekerja pembangunan Masjid Azizi berasal dari etnis Tionghoa sedangkan arsiteknya berkebangsaan Jerman.

Bahan bangunan Masjid diimpor dari Penang, Malaysia dan Singapura. Di samping Masjid Azizi, berdiri bangunan yaitu Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah. Di Balai Pustaka tersebut terdapat karya puisi Tengku Amir Hamzah yang dapat dibaca oleh para pengunjung.

https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2023/05/0411222023-Masjid-Azizi1.jpg
info gambar

Ba’da shalat ashar, saya dan keluarga melanjutkan perjalanan ke perkampungan religi, Besilam. Besilam adalah sebuah kampung di Kabupaten Langkat yang terletak di Kecamatan Padang Tualang kira-kira 65 Kilometer dari Kota Medan. Kampung ini didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan bersama santrinya pada tahun 1883. Kampung itu sebenarnya bernama Babussalam yang maknanya pintu keselamatan. Masyarakat sekitar biasanya menyebutnya Bassilam atau Besilam.

Syekh Abdul Wahab Rokan adalah ulama besar dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah. Beliau dilahirkan di Kampung Danau Runda, Desa Rantau Binuang Sakti, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 28 September 1811.

Baca juga: Menikmati Keunikan Mie Ongklok Khas Wonosobo di Kota Banjarnegara

Beliau wafat pada tanggal 27 Desember 1926 dalam usia 115 Tahun. Untuk mengenang beliau diadakan haul yang berisi acara zikir, tahlil, doa dan ceramah agama serta makan bersama. Acara diakhiri dengan berziarah ke makam Syekh Abdul Wahab Rokan. Untuk mengunjungi perkampungan religi Besilam seyogyanya menggunakan pakaian muslim. Tamu yang datang tidak perlu khawatir karena warga telah menyediakan pakaian muslim untuk pendatang yang berkunjung.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini