Pesona Masjid An-Nawier, Arsitektur Bergaya Neoklasik yang Bertahan 2 Abad

Pesona Masjid An-Nawier, Arsitektur Bergaya Neoklasik yang Bertahan 2 Abad
info gambar utama

Masjid Jami An-Nawier atau Masjid An Nawier, di Jalan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat telah bertahan lebih dari dua abad. Warga setempat mengatakan masjid yang dibangun pada tahun 1760 ini paling terbesar di Jakarta Barat.

Masjid ini terdapat di sebuah pemukiman yang dahulunya merupakan sebuah kawasan mayoritas penduduknya adalah keturunan bangsa Arab, Yaman, dan India. Kini masjid tersebut menjadi tempat singgah bagi orang yang melintas.

“Saat bulan Ramadhan, ramai sekali orang mampir ke mari. Ada yang mau shalat, ada yang mau tidur dan istirahat. Semua kami persilahkan,” ujar Dikky Bashandid, Ketua Pengurus Masjid An Nawier yang dimuat Kompas.

Keindahan Masjid Al Alam, Karya Megah yang Terapung di Teluk Kendari

Fahmi, salah satu warga keturunan Hadramaut (Yaman) menyebut masjid ini dibangun oleh Sayyid Abdullah bin Husein Alaydrus. Sosok ini berasal dari keturunan Hadramaut yang ketika itu memang banyak di wilayah Pekojan.

“Meskipun saat ini keturunan Arab dan Yaman sudah berkurang, masjid ini seakan-akan menjadi simbol adanya peradaban keturunan Arab dan Yaman sewaktu dulu,” tutup Fahmi.

Bentuk arsitektur

Di wilayah Pekojan banyak ditemukan masjid tua peninggalan warga keturunan Hadramaut (Yaman), Arab, dan India. Masjid An-Nawier pun menjadi saksi bisa penyebaran agama Islam di Jakarta.

Sejarawan Adolf Heuken SJ dalam buku Mesjid-mesjid Tua di Jayakarta menjelaskan bahwa saat Islam masuk ke Pulau Jawa melalui pantai utara, masjid dibangun dengan gaya lama. Sehingga akrab dengan penduduk setempat.

“Hal itu supaya masyarakat tak merasakan peralihan kebudayaan dengan masuknya Islam,” ucapnya.

Wisata Religi di Masjid Kasunyatan: Hadiah Sultan untuk Para Ulama Banten

Dari sisi arsitektur bangunan masjid ini terpengaruh budaya Arab dan Eropa klasik. Pengaruh Eropa klasik terutama terlihat dari tiang-tiang penyangga di dalam ruang utama. Ada 33 tiang, sama dengan jumlah tasbih yang dibaca sesuai shalat lima waktu.

“Kita di sini ada 33 pilar, yang itu mengambil makna filosofis sesuai tasbih, tahmid dan juga takbir,” kata Ketua DKM Masjid Jami An-Nawier, Dikky yang dinukil dari Detik.

Lakukan restorasi

Masjid yang sudah menjadi cagar budaya ini walau sudah berusia ratusan tahun masih jauh dari usang. Masjid ini justru tampak begitu terawat dan indah, selain itu upaya restorasi oleh pengurus masjid juga membuat masjid ini nampak masih terawat dan estetik.

“Restorasinya kemarin itu plafon, lantai, ada keramik aslinya tapi saya tinggalkan di bagian depan. Jadi kita ganti dengan material yang lebih tinggi keramiknya,” katanya.

Keunikan Masjid dengan Bentuk Kubah Berbentuk Kupiah Tradisional di Aceh

Kemudian pada tahun 2014 hingga 2018, terjadi restorasi yang menghabiskan dana kurang lebih 4 miliar. Dana tersebut dihimpun dari jamaah rutin masjid tanpa bantuan dana dari instansi pemerintah maupun swasta.

Dirinya menjelaskan bahwa dalam proses restorasi tersebut pengurus masjid juga sudah memperhitungkan perawatan masjid dan menjaga autentisitas dari masjid tersebut. Mereka tetap menjaga keotentikannya.

“Tidak ada perubahan, saya ini malah mengembalikan keasliannya seperti pilar, plafon ini misalnya yang di cat dempul berulang kali, waktu saya kupas cat dempulnya dikembalikan ke kayunya kemudian kita pelitur, itu menghabiskan kurang lebih biaya 500 juta. Keaslian itu yang kami cari,” dia menjelaskan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini