Ongkek, Sesaji Masyarakat Tengger yang Penuh Makna dan Tak Bisa Sembarangan Dibuat

Ongkek, Sesaji Masyarakat Tengger yang Penuh Makna dan Tak Bisa Sembarangan Dibuat
info gambar utama

Ongkek adalah sesaji untuk upacara Kasada yang dilakukan oleh Suku Tengger yang sarat makna filosofis mendalam dan tak bisa sembarangan dibuat.

Masyarakat Suku Tengger yang tinggal di Jawa Timur punya beragam tradisi dan adat istiadat yang masih terjaga hingga saat ini, tak terkecuali ritual adat yang rutin dilakukan.

Salah satu ritual yang biasa dilakukan masyarakat Tengger adalah Yadnya Kasada. Ritual ini merupakan simbol rasa hormat dan syukur masyarakat Tengger kepada leluhur mereka sekaligus sarana penyucian diri.

Dalam Yadnya Kasada, terdapat sesaji yang dihadirkan sebagai persembahan kepada leluhur. Ongkek, itulah nama sesaji yang dimaksud.

Mengingat pentingnya Ongkek maka tak boleh terlewat setiap momen Yadnya Kasada datang. Maka dari itu, masyarakat Tengger akan sibuk membuat ongkek sejak sebelum Yadnya Kasada dimulai.

Kaya Kebudayaan, Ini Tradisi Suku Tengger Selain Yadnya Kasada

Penuh Makna dan Tak Bisa Dibuat Sembarangan

Sesaji ongkek terdiri dari hasil bumi seperti buah, sayur, dan umbi-umbian. Selain bermakna sebagai wujud rasa syukur, semua itu juga disediakan oleh masyarakat Tengger untuk mengenang leluhur mereka, Joko Seger dan Roro Anteng.

Anek hasil bumi dirangkai dan ditata sedemikian rupa. Agar rapi, hasil bumi tersebut disusun menggunakan tian penyangga dari bambu. Hasilnya, jadilah ongkek yang berbentuk melengkung seperti gapura penuh hiasan warna-warni hasil bumi.

Setelah jadi, ongkek akan dibawa warga desa ke Pura Luhur Poten di kaki Gunung Bromo di mana upacara dan doa bersama diadakan. Kemudian, ongkek dibawa lagi ke kawah Gunung Bromo untuk dilarung.

Ongkek tidak boleh dibuat dan dibawa ke Gunung Bromo secara sembarangan oleh warga desa. Sebab, ada aturan yang harus ditaati, yakni di desa tidak boleh sedang dilanda momen berduka seperti musibah atau adanya orang yang meninggal dunia menjelang Yadnya Kasada. Dengan kata lain, desa harus dalam keadaan 'bersih'.

"Tentunya yang berkesempatan membawa ongkek dengan bermacam-macam hasil bumi ini untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo manakala di wilayah desa tersebut harus benar-benar bersih. Artinya tidak ada musibah atau warga yang meninggal dunia menjelang Yadnya Kasada,” ujar Tokoh Masyarakat Tengger Supoyo, seperti diwartakan laman resmi Kabupaten Probolinggo.

Untuk tahun 2023 ini, Yadnya Kasada akan diselenggarakan pada 3-5 Juni 2023. Pada tanggal tersebut, masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo dapat kembali melarung ongkek apabila tidak ada duka yang menyelimuti desa mereka.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat bagi Masyarakat Tengger untuk Kesehatan


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

AR
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini