Eropa Jatuh ke Jurang Resesi Akibat Kenaikan Harga dan Energi

Eropa Jatuh ke Jurang Resesi Akibat Kenaikan Harga dan Energi
info gambar utama

Memasuki musim dingin, zona euro dilaporkan jatuh ke jurang resesi akibat harga pangan dan energi yang melambung tinggi. Tak hanya itu, perang Rusia-Ukraina, inflasi, serta pengetatan moneter, memicu kenaikan biaya hidup.

Produk domestik bruto (PDB) 20 negara Uni Eropa tercatat menyusut 0,1 persen sepanjang Januari-Maret 2023. Kontraksi 0,1 persen juga terjadi pada kuartal terakhir 2022. Pengeluaran rumah tangga pun turun 0,3 persen pada kuartal pertama 2023, dan 1 persen di kuartal sebelumnya.

Sebelumnya, angka itu diperkirakan 0 persen, namun Eurostat—kantor statistik Uni Eropa yang berbasis di Jerman—merevisi laporannya. Resesi terjadi ketika kontraksi ekonomi berlangsung selama dua kuartal berturut-turut.

Semula, perkiraan pertumbuhan awal tahun ini menunjukkan zona euro telah terhindar dari badai resesi dan berkembang 0,1 persen pada kuartal pertama. Namun, angka tersebut diperbarui dan justru menunjukkan pergerakan menuju resesi. Bank Sentral Eropa merespons situasi dengan menaikkan suku bunga sebesar 3,75 persen untuk menekan lonjakan harga pangan.

240 Alat Konversi Skuter Listrik Buatan RI Siap Diekspor ke Eropa Tahun Ini

Setidaknya ada delapan negara di Uni Eropa yang ekonominya berkontraksi pada tiga bulan pertama tahun ini. Pada 25 Mei lalu, Jerman mengumumkan telah jatuh ke dalam resesi setelah ekonominya berkontraksi sebesar 0,3% pada Januari-Maret 2023, dan menyusut 0,5 persen pada kuartal sebelumnya.

Irlandia mencetak penyusutan paling banyak, yakni 4,6 persen, padahal pada periode yang sama tahun lalu, kontraksi ekonominya hanya sebesar 0,3 persen. Hal itu dipicu oleh penurunan ekspor perusahaan multinasional.

Kemudian, Lituania menjadi yang paling terpukul dibandingkan tahun lalu, ekonomi negara ini menyusut 3,7 persen. Lalu, Belanda, Estonia, Malta, Hongaria, dan Yunani, berada di wilayah negatif.

Sementara itu, ekonom Oxford Economics Riccardo Fabiani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa tetap lemah selama beberapa bulan ke depan, mengingat suku bunga yang masih naik dan tekanan inflasi.

"Ke depan, pertumbuhan akan tetap lemah meskipun harga grosir energi turun karena pengetatan kebijakan moneter mengurangi investasi dan tekanan inflasi yang masih ada, membatasi konsumsi," kata Riccardo, dikutip dari Reuters.

Bank Dunia Peringatkan Ekonomi Global Sedang Genting, Terutama Negara Penghasilan Rendah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini