8 Cara Jitu Mengatasi Kecanduan Media Sosial pada Anak

8 Cara Jitu Mengatasi Kecanduan Media Sosial pada Anak
info gambar utama

Capaian Indonesia perihal masivitas penggunaan media sosial berada pada presentase 60,4% dari keseluruhan jumlah penduduk per 2023. Informasi ini dirilis oleh Databoks Katadata. Kondisi ini menjadi peringatan bagi para orang tua, guru, bahkan lingkungan untuk berpartisipasi dalam upaya membantu filtering content yang mereka konsumsi di media sosial.

Sikap ikut serta dalam setiap perilaku anak dengan motivasi mengarahkan memang perlu dilakukan agar anak paham dan mengerti sisi negatif dan positif dari media sosial. Memahamkan anak mengenai bagaimana cara menghindari konten yang tidak bermanfaat dan mengganggu produktivitas diri. Supaya kejadian yang direkam dalam hsil sebuah penelitian berjudu "Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja" dengan hasil tingginya kecanduan remaja terhadap media sosial tidak kembali terulang.

Dalam paragraf atas terdapat istilah anak dan remaja. Supaya semakin paham, mari kita simak ketentuan mengenai penyebutan istilah tersebut. Berdasarkan UUDNo 23 tahun 2003, anak didefinisikan dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Adapun istilah remaja didefinisikan berdasarkan keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai seseorang yang berada dalam rentang usia 12 sampai 24 tahun. Dengan demikian dapat diambil kesepakatan bahwa setiap pribadi dengan rentang usia rata-rata di bawah 24 tahun masih dapat dikategorikans ebagai seorang anak yang patut mendapatkan arahan dalam berkelana di media sosial.

Dampak Negatif Kecanduan Media Sosial

Mengutip dari artikel berjudul Effects of Social Media Addiction ada dua dampak negatif yang ditimbulkan dari kecanduan media sosial yaitu dampak secara fisik dan dampak secara psikis. Dampak fisik yang ditumbulkan antara lain: penglihatan kabur akibat ketegangan mata, masalah sakit punggung dan leher, pola tidur yang terganggu dan carpal tunnel syndrome yang merupakan kompresi saraf median di terowongan karpal karena gerakan tangan dan lengan yang berulang.

Adapun dampak psikis dari kecanduan media sosial antara lain: stress, kecemasan, penurunan prestasi akademik pada siswa, berdampak negatif pada hubungan interpersonal, depresi pada orang yang sering kecanduan situs jejaring sosial, mudah terkena mental illness sebab terlalu banyak input konten-konten yang negatif (gosip, prank, playing victim, dan lainnya), tidak produktif dan mengakibatkan tertinggal dalam mengembangkan diri.

Baca juga:7 Trend Populer Style Makan di Indonesia, Keto hingga Zero Waste

Mengatasi Kecanduan Media Sosial pada Anak

Nah, untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif dari kecanduan media sosial tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Berikut delapan cara yang disinyalir jitu dalam mengatasi atau menangani kecanduan media sosial pada anak. Berikut penjelasannya dengan mengambil referensi dari laman Parenting Alpha.

1. Menjadi Teman di Dunia Nyata

Anak-anak disinyalir mulai memfokuskan perhatian ke layar dunia maya sebab tidak ada figur nyata yang dapat diajak berdiskusi atau sekedar bermain. bhkan, sebagian orang tua dengan sukarela memberikan gawainya untuk anak agar mereka diam dan dapat disambi melakukan pekerjaan rumah.

Awal mula ini yang menyuburkan daripada kecanduan, mereka menemukan dunia mereka sendiri dan jadilah media sosial sebagai figur (baik ibu, teman, atau bahkan pasangan) yang dapat setia menemani.

Apabila sudah terlanjur demikian, segera ambil tindakan. Mulailah mengobrol di timing yang tepat. Ambil hati anak dengan berbagai diskusi atau permainan atau bahkan pendidikan langsung di lapangan seperti mengajarkan bercocok tanam, berkebun, merawat hewan, dan lainnya.

2. Mencari Alternatif lain yang Dapat Menggantikan Media Sosial

Nyatanya, ada banyak platform edukatif yang dapat dipakai untuk kepentingan pengembangan diri atau sekedar mencari tahu sesuatu. kenalkan dengan cara kreatif akan hal ini kepada anak. Rayu mereka untuk menyenangi digititalisasi yang edukatif, seperti platform belajar bersama, berbincang dengan rekan sejawat seputar topik tertentu, atau lainnya. Hal yang pasti adalah tetap disertai dengan pengawasan.

Baca juga:Riwayat Masjid Shiratal Mustaqiem, Masjid Bersejarah di Samarinda

3. Melakukan Rutinitas dalam Keluarga dengan Jadwal yang Tepat

Menjadwalkan berbagai kegiatan dengan tepat. Hal ini dapat mengantisipasi wasting time dalam berselancar di media sosial. Rutinitas tersebut seperti Waktu makan, menyelesaikan pekerjaan rumah, kegiatan di luar ruangan, waktu sholat/pertemuan, hingga tidur.

4. Menginisiasi Kegiatan Mengasyikan di Keluarga

Orang tua dapat membangun kedekatan kepada anak dengan memfasilitasi berbagai kegiatan bersama dalam keluarga, seperti: "Sabtu Piknik", "Memasak Bersama di Hari Sabtu".

5. Memanfaatkan Aplikasi Digital

Beberapa developer telah mengembangkan aplikasi yang dapat mebantu seseorang menentukan jadwal aktivitas dalam kesehariannya. Manfaatkan peluang ini untuk maksimal dalam mengelola waktu untuk produktif.

Baca juga: Masyarakat Adat Baduy Minta Internet Dihapus dari Wilayahnya, Apa Alasannya?

6. Diskusi Spesifik

Penggunaan media sosial yang berlebih akan menimbulkan kecanduan dan cenderung membuang waktu bahkan menjadikan diri termotivasi untuk mengisolir diri dari kehidupan nyata. Sebagai orang tua, dapat dijelaskan secara kreatif dan halu berkenaan dengan hal ini supaya anak dapat memahami dengan baik dan patuh.

7. Fokus dan Maksimalkan Waktu untuk hal yang Disukai

Orang tua perlu memahami potensi anak. hal ini dapat menjadi referensi untuk menyalurkan bakat anak ke dalam bidang tertentu. Setelah benar-benar memahami, diskusikan dengan anak dan salurkan potensi tersebut di tempat yang tepat. Misalnya" memiliki bakat matematika, maka orang tua dapat menyalurkan potensi anak ke lembaga berfokus pada matematika.

8. Membatasi Kecepatan Koneksi Internet

Satu cara yang dapat dilakuakn juga untuk memulai mengurangi kecanduan anak terhadap media sosial adalah denagn mengurangi fasilitas yang dapat mendukung kegiatan tersebut seperti menurunkan kecepatan bandwith.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini