Petani di Bondowoso Untung Puluhan Juta dari Bertani Tebu

Petani di Bondowoso Untung Puluhan Juta dari Bertani Tebu
info gambar utama

Seorang pria di Bondowoso berhasil mengubah hidupnya setelah beralih profesi menjadi petani tebu.

Sejak 2005 silam, Teguh Cahyono bekerja sebagai kuli bangunan di perusahaan kontraktor. Gaji yang diterimanya hanya Rp1,6 juta per bulan. Meski tidak besar, pekerjaan itu terus ditekuninya sebab saat itu tak banyak lowongan kerja untuk lulusan SMK seperti dia.

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan hidup pun kian meningkat. Akhirnya, di penghujung 2009, Teguh pun memberanikan diri bekerja di perkebunan tebu, menuruti ajakan orang tuanya yang lebih dulu bekerja di sana.

“Saat itu saya juga belum punya ilmu bagaimana bertani tebu yang baik,” kata Teguh, dalam keterangan tertulis, Senin (12/6/2023).

Kala mulai merintis sebagai petani pada 2010, Teguh hanya mengelola lahan seluas dua hektare yang dia sewa Rp2,5 juta per hektare per tahun. Tanah itu pun awalnya tidak subur karena berupa lahan berbatu yang ditanami pohon jati.

Namun, bermodalkan ilmu yang didapat dari internet, Teguh mencoba melakukan penggemburan.

“Di tahap pertama sampai musim panen ketiga, saya melakukan eksperimen pupuk terlebih dahulu,” sambungnya.

Jarang Diketahui, Tanaman Ini Manisnya Ratusan Kali Tebu tapi Lebih Sehat

Berkat ketekunan Teguh, dia pun akhirnya mendapatkan hasil yang baik, sehingga dapat terus memperluas lahan tebunya sampai 80 hektare. Kunci keberhasilan Teguh terletak pada konversi lahan sengon dan jati menjadi lahan tebu yang produktif.

Setelah mengubah lahan berbatu menjadi tanah yang subur, dia berhasil mencapai angka produktivitas tebu yang luar biasa. Satu hektare bahkan bisa menghasilkan 185 ton tebu, jauh melampaui angka rata-rata Indonesia yang hanya 75 ton per hektare.

Tak hanya itu, kesuksesan Teguh bisa diraihnya berkat praktik bertani yang tepat, penggunaan bibit berkualitas, pemupukan yang lengkap, serta penyediaan air dari sumur bor.

Dengan asumsi rendemen tebu sebesar 8,5 persen, Teguh mampu menghasilkan sekitar 15,7 ton gula per hektare, lebih dari tiga kali lipat rata-rata produksi gula di Indonesia. Melalui perjanjian bagi hasil gula sebesar 70:30 persen, Teguh memperoleh sekitar 10,99 ton gula atau setara dengan Rp132.979.000.

Di samping itu, Teguh juga mendapatkan tambahan pendapatan dari bagi hasil tetes sebesar 3 persen per kuintal tebu, yang menambahkan pendapatannya Rp11.100.000. Dengan demikian, total pendapatan Teguh mencapai Rp144.079.000. Setelah dikurangi biaya sewa lahan, tanam, pemeliharaan, dan ongkos tebang muat angkut, Teguh masih mengantongi untung bersih sebesar Rp62.119.000 per hektare per tahun.

“Dari penghasilan itu, sebagian buat operasional kebun, buat keperluan sehari-hari, dan sisanya buat perluasan sewa,” paparnya.

Temanten Tebu; Upacara Adat Memulai Musim Giling Tebu

Kejayaan ini membawa perubahan signifikan bagi kehidupan Teguh. Kini, pria 39 tahun itu bisa hidup dengan mapan. Dia bahkan mendonasikan sebuah kulkas kepada masjid setempat dari hasil penjualan gula pertamanya.

“Iya itu waktu pertama kali panen produktif. Alhamdulillah saat ini setiap panen saya usahakan untuk bisa membantu masyarakat sekitar,” kata dia.

Kesuksesannya dalam mengelola lahan berbatu menjadi lahan tebu produktif juga ditularkannya kepada masyarakat Desa Prajekan Kidul, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso. Saat ini, lanjut dia, ada empat orang binaannya yang sudah merasakan manisnya menjadi petani tebu.

Kemudian, Teguh juga mengungkapkan bahwa kesuksesannya tak lepas dari dukungan PTPN Group melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN)/SugarCo, termasuk yang berkaitan dengan biaya garap dan pembelian hasil panen.

“Selama ini pola kemitraan kita berjalan dengan baik. Kami berharap, ke depan harga gula bisa terus naik dan harga pupuk juga bisa lebih rendah lagi, sehingga kami sebagai petani lebih semangat,” pungkasnya.

Mimpi Petani yang Terwujud untuk Naik Haji dari Berkah Kopi Lampung

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini