Mengenal Ibnu Batutah, Cendekiawan Cemerlang dengan Hobi Travelling

Mengenal Ibnu Batutah, Cendekiawan Cemerlang dengan Hobi Travelling
info gambar utama

Dalam khazanah literasi keislaman, ada seorang figur cendekiawan cemerlang yang memiliki hobi travelling (berpetualang). Cendekiawan tersohor dengan nama Ibnu Batutah. Artikel ini akan membahas mengenai Ibnu Batutah dan perjalanan panjangnya berpetualang mengelilingi dunia untuk menyerap berlimpah hikmah pada setiap daerah.

Biografi singkat

Ibnu Batutah memiliki nama asal yaitu Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi yang lahir pada zaman abad pertengahan, sekitar 24 Februari 1304 M. Kota kelahirannya ada di Tanger, masuk dalam wilayah administrasi negara Maroko.

Baca juga: Muhammad Al Fatih, Cermin Ideal Mengoptimalkan Masa Muda

Keilmuan

Ibnu batutah dikenal dengan cendekiawan muslim yang giat mendalami ilmu fiqih dan mempelajari sastra dn syair Arab. Konon, ketertarikan dan kesenangan Ibnu Batutah terhadap travelling atau petualangan tidak sekedar bermain-main dan bersenang belaka, melainkan didasarkan pada implementasi hadits Rasulullah Muhammad Saw tentang menntut ilmu.

Hadits tersebut berbunyi, “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim,” yang diriwayatkan oleh Abu Atikah dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu mengenai sabda Nabi Muhammad.

Perjalanan Ibnu Batutah pun merupakan misi hikmah pengalaman yang sarinya terlihat dalam karya dengan judul Tuhfat al-Nuzzhar fi Ghara’ib al-Amshar wa ’Aja’ib al-Asfar (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan) yang dituliskan oleh juru tulis Sultan bernama Ibnu Jauzy.

Perjalanan ke Seluruh Dunia

Akumulasi jarak tempuh hasil travelling Ibnu Batutah diperkirakan mencapai sekitar 120.000 kilometer. Capaian ini konon melampaui perjalanan tokoh pengarung dunia bernama Marcopolo, Vasco da Gama, Ferdinand de Lessep, Chrisopher Colombus, dan tokoh petualang lain. Ibnu Batutah menghibahkan usianya selama kurang lebih 30 tahun untuk rihlah (perjalanan dengan tujuan untuk mendapatkan hikmah dan ilmu pengetahuan).

Baca juga: Orhan Ghazi, Penggagas Kekaisaran Ottoman Turki yang Berkarisma

Awal mula perjalanan Ibnu Batutah adalah di usianya yang ke 21 tahun. Ia melakukan perjalanan lintas negara dalam rangka beribadah ke tanah suci Mekah. Lepas dari Mekah pun ia memulai rute perjalanan berkelililing ke berbagai destinasi negeri. Berdasarkan informasi dari laman MI Ma’arif Lab School , rute perjalanan Ibnu Batutah meliputi kota-kota besar di Afrika Utara, Iskandariyah, Dimyath, Kairo, Aswan di Mesir, Palestina, Syam, Mekah, Madinah, Najaf, Basrah, Syiraz di Iran. Moshul, Diyarbakr, Kufah, Bagdad, Jeddah, Yaman, Oman, Hormuz, dan Bahrain.

Selanjutnya menuju Asia kecil, anak benua Kaaram, Rusia Selatan, Bulgaria, Polandia, Istirkhan, Konstantinopel, Sarayevo, Bukhara, Afghanistan, Delhi, India (tempat dia menjadi hakim di sana selama lima tahun), Maladewa, Cina, Ceylon, Bengali, Indonesia, kemudian Irak, Iran dan kembali lagi ke Afrika, Mali, kemudian Fez, di mana ia menghabiskan tahun-tahun terakhir kehidupannya di sana di bawah kekuasaan Sultan Abu Inan.

Jejak Sejarah di Indonesia

”Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah,” adalah satu kalimat takjub yang digambarkan oleh Ibnu batutah tatkala sampai di Samudera Pasai, Kerajaan Islam di Aceh sekitar abad 13 Masehi. Informasi ini dikutip dari laman NU Online. Tibanya Ibnu Batutah ini disambut oleh pemimpin Kerajaan Samudera Pasai yaitu Sultan Mahmud Malik Al-Zahir.

Baca juga: Sejarah Singkat Soal Ciracas, Jakarta Timur

Diceritakan bahwa sifat kekaguman Ibnu Batutah terhadap Sultan Mahmud Malik Al-Zahir terlukis dalam pernyataan, ”Sultan Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya,”. Setelahnya ia,melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah Sumatera dengan berbagai budaya lokal yang melekat.

Kata Kata Motivasi Ibnu Batutah

Konon, Ibnu Batutah mewariskan sebuah kalimat tentang perjalanan yaitu,

"Bepergian - itu membuat Anda tidak bisa berkata-kata, kemudian mengubah Anda menjadi pendongeng”.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini