Memaknai Relief Fauna yang Temani Buddha dalam Pahatan Candi Borobudur

Memaknai Relief Fauna yang Temani Buddha dalam Pahatan Candi Borobudur
info gambar utama

Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke 8 atau sekitar 760 hingga 825 Masehi ternyata memiliki banyak hal menarik. Salah satunya relief cerita yang dimulai dari tingkatan Kamadhatu (kaki candi) hingga ke Rupadhatu (badan candi).

Pada cerita tersebut terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu relief Karmawibhangga, Lalitavistara, Jataka-Avadana, dan Gandawyuha dengan total 1460 panil. Salah satu yang menarik adalah Lalitavistara.

BOB Downhill Competition Turut Gerakkan Ekonomi Masyarakat Sekitar Borobudur

Pada kelompok Lalitavistara terdapat 120 panil yang terdapat berbagai spesies mamalia. Kisah Lalitavistara direpresentasikan sesuai dengan asal sang Buddha. Tetapi satwa yang terdapat dalam tatahan panil ini berasal dari Pulau Jawa.

“Dalam mengekspresikan satwa dalam tatahan panil terjadi akulturasi karena banyak dibangun dari spesies mamalia yang hidup di Pulau Jawa,” tutur peneliti Cahyo Rahmadi Plt, Kepala Badan Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI yang dimuat dalam Portal Sains.

Peran mamalia

Ilustrasi Borobudur/Flickr
info gambar

Disebutkan oleh tim peneliti dari 120 panil cerita Relief Lalitavistara, terdapat 61 panil yang memiliki relief fauna di dalamnya. Selain itu terdapat pula 52 spesies satwa teridentifikasi dalam kisah Lalitavistara pada Candi Borobudur.

Sebanyak 47 di antaranya teridentifikasi sampai tingkat spesies dan lima fauna sampai tingkat famili. Dari 52 spesies dan famili yang teridentifikasi itu terbagi menjadi kelas, yakni actinopterygii (ikan), aves (burung), gastropoda (siput), mamalia, dan reptil.

32 Biksu Jalan Kaki dari Thailand ke Candi Borobudur Rayakan Waisak

Identifikasi lebih lanjut menunjukkan terdapat empat spesies actinopterygii dari empat familiki, 21 spesies aves dari 15 famili, satu spesies gastropoda, 23 spesies mamalia dari 18 famili dan 3 spesies reptil dari tiga famili.

Dari 52 spesies yang teridentifikasi, hanya satu fauna yang tidak ada keberadaannya di Nusantara kuno, yakni singa. Namun menurut Kitab Lalitavistara, singa dapat ditemukan di India sehingga dipahat di Candi Borobudur.

Nilai dalam hewan

Ilustrasi Borobudur/Flickr
info gambar

Disebutkan dalam penelitian itu kehadiran mamalia di dalam kisah Buddha di Borobudur menyiratkan empat peran, yaitu sebagai penanda lokasi, penanda waktu, sarana transportasi, dan sebagai ragam hias.

Babak kehidupan Sang Buddha sendiri dapat terbagi ke dalam Babak Pengandungan dan Kehamilan, Babak Kelahiran dan Masa Muda, Babak Pertanda dan Pelepasan Duniawi, Babak Pertemuan dan Perjumpaan, Babak Kecerahan dan Pengajaran.

Pada babak Pengandungan dan Kehamilan, spesies penentuannya adalah gajah jawa yang menyiratkan nilai-nilai keagungan. Adapun pada babak Kelahiran dan Masa Muda ditandai dengan hadirnya spesies kuda ternak yang menyiratkan nilai kekuatan.

Padukan Wisata Hingga UMKM, Borobudur Marathon 2023 Bukan Sekadar Lomba Lari

Babak Pertanda dan Kelepasan Dunia ditandai spesies babi celeng yang menyiratkan nilai-nilai ketamakan, keserakahan, dan kesetiaan terhadap perintah-Nya. Babak Pertemuan dan Perjumpaan ditandai oleh kijang muncak yang menyiratkan kelincahan.

Babak Kecerahan dan Pengajaran ditentukan oleh spesies Singa Asia yang menyiratkan satwa penjaga. Pada babak Pertemuan dan Perjumpaan juga didapati distribusi mamalia paling banyak, yaitu 20 spesies dengan total 47 individu.

Secara keseluruhan, saat dianalisis para peneliti menemukan bahwa ada empat kelompok besar spesies di dalam kisah Sang Buddha yang ada di relief Borobudur, yakni Anjing Kampung, Kuda Ternak, Harimau Loreng, Singa dan gajah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini