Politik Mercusuar Soekarno, Awal Pembangunan 6 Ikon di Ibukota Jakarta

Politik Mercusuar Soekarno, Awal Pembangunan 6 Ikon di Ibukota Jakarta
info gambar utama

Politik mercusuar adalah sebutan untuk kebijakan politis yang dilakukan oleh presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin. Sejarahnya, politik mercusuar diinisiasi dengan motivasi untuk mengambil hati dunia internasional pada proyek Asian Games pertama tahun 1962.

Ir Soekarno sebagai kepala negara, konon menginginkan kesempatan emas Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games berpeluang untuk menarik perhatian negara internasional. Kebijakan politik mercusuar ini berupa pembangunan ikon yang akan menjadi karakteristik Indonesia.

Sejarahnya, politik mercusuar ini berpolemik di berbagai kalangan. Kalangan yang menyetujui kebijakan ini sepakat bahwa mega konstruksi enam ikon tersebut berpotensi menarik dan mengekalkan nama Indonesia di benak negara tetangga. Namun demikian, oposisi mengatakan bahwa keadaan indonesia yang terbilang dalam usia transisi pasca kemerdekaan masih belum tepat untuk gencar melakukan mega pembangunan. Hal ini disinyalir akan memperlemah ekonomi sebab ekskalasi beban anggaran yang dibarengi dengan pendapatan yang tidak memadai.

Meski ada dua suara dalam merespon kebijakan politik mercusuar, Ir Soekarno memutuskan untuk tetap menjalankan proyek ini. Hingga sekarang napak tilas kebijakan ini tersemat dalam enam bangunan yang merepresentasikan Indonesia antara lain: Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Monumen Selamat Datang, Monumen Nasional (Monas), dan Gedung DPR/MPR.

Baca juga:6 Ulama Indonesia yang Mendunia dengan Gelar Tempat Kelahiran
  1. Monumen Nasional (Monas)

Berdasarkan informasi dari laman Badan Sertifikasi Kadin DKI Jakarta, monumen nasional atau monas dibangun sedari tahun 1961 dan diresmikan pada 1975 oleh Ir Soekarno. Monas dibangun dengan desain karya arsitek Indonesia bernama Ir. Rooseno, Soedarsono, dan Frederich Silaban. Motif pembangunan monas yaitu untuk mengenang dan mengabadikan perjuangan Bangsa Indonesia, mengusir penjajah dan membangun negara yang berdaulat.

  1. Stadion Gelora Bung Karno

Melansir laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Stadion gelora bung Karno dibangun tahun 1960 dengan yang ditujukan untuk memfasilitasi kompetisi Asian Games tahun 1962. Selain sebagai rungan untuk olahraga, Gelora Bung Karno multifungsi dan sebagai paru-paru kota dan ruang terbuka tempat warga berkumpul. Konon, pembangunan stadion ini diideasi atas desain arsitek bernama Friedrich Silaban.

Baca juga: Sejarah! AS Kirim Bomber B-52 Stratofortress ke Indonesia, Latihan Bareng TNI AU
  1. Hotel Indonesia

Bangunan hasil kebijakan politik mercusuar Soekarno selanjutnya adalah Hotel Indonesia. Hotel Indonesia merupakan hasil desain arsitek asal Amerika Serikat bernama Abel Sorensen. Pembangunan hotel ini rampun dan diresmikan pada 1962 sebagai bagian dari projek untuk memfasilitasi para tamu undangan dalam perhelatan Asian Games kala itu. Mengutip laman GNFI, Hotel Indonesia dibangun dengan semangat Trisakti dengan value berkepribadian dalam kebudayaan.

  1. Jembatan Semanggi

Ide pembangunan Jembatan Semanggi pertama kali diideasi oleh tokoh bernama Ir Soetami selaku menteri Pekerjaan Umum tahun1961. Pemabnagunan jembatan ini dilakkan untuk mengatasi problematikan kemacetan yang ana ditimbulkan dari perhelatan Aisan Games tahun 1962. Jembatan Semanggi terletak di jakarta selatan tepatnya di persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan Gatot Subroto.

  1. Gedung DPR/MPR

Berdasarkan informasi dari lamanMPR Government, gedung DPR/MPR dibangun pertama kali pada tahun 1965 atas inisiasi desain arsitek bernama Soejoedi Wirjoatmodjo. Gedung ini dibangun dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan menyelenggarakan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces).

Baca juga:Pengembangan Infrastruktur di Kawasan Industri Morowali Segera Dilakukan
  1. Monumen Selamat Datang

Monumen Selamat Datang dibangun sebagai bentung penyambutan tamu dalam kompetisi Asian Games 1962. Monumen ini berbentuk patung sepasang manusia yang menggenggam bunga dan melambaikan tangan. Terletak di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Politik Mercusuar Soekarno identik dengan mega pembangunan dalam rangka penyambutan kompetisi Aisan Games dengan peluang menarik perhatian luar negeri tentang Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat. Bagaimana menurut Kawan?

Referensi: kompas.com|badansertifikasikadindkijakarta.or.id | ditsmp.kemdikbud.go.id | goodnewsfromindonesia.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini