Bencana Hama Karat Daun yang Bawa Indonesia Jadi Surga Kopi Dunia

Bencana Hama Karat Daun yang Bawa Indonesia Jadi Surga Kopi Dunia
info gambar utama

Serangan hama Hemileia vastatrix pada abad ke 19 siapa sangka membawa keberkahan bagi Indonesia sebagai surga kopi dunia. Karena bencana hama tersebut, Indonesia kini terkenal memiliki beragam kopi dunia.

Penyakit karat daun saat itu memang menggegerkan dunia, pesona arabika di tanah Jawa langsung meredup sejak 1879. Belanda kemudian mengganti dengan liberika yang diduga tahan akan penyakit.

“Belakangan, serangan hama juga merusak liberika sehingga Belanda menggantinya dengan robusta asal Kongo,” tulis Prawoto Indarto dalam The Road To Java Coffee.

Harumnya Kopi Specialty Indonesia Menyambangi Athena

Meski beberapa kebun arabika masih bertahan di Jawa Timur, produksinya tidak mencukupi permintaan dunia. Karena itulah penanaman robusta digalakkan. Kemampuannya bertahan dari ancaman penyakit mengangkat kembali pamor Indonesia sebagai pemasok kopi dunia.

“Setelah 1,5 abad berlalu, Indonesia menjadi negeri beragam jenis kopi dan cita rasa,” ucapnya.

Produksi robusta

Kopi Indonesia/Shutterstock
info gambar

Si pahit robusta kemudian merajai produksi ekspor kopi Indonesia. Dalam catatan Kompas, produksi kopi bisa mencapai 639.305 ton biji beras kopi tahun 2016, sedangkan sebanyak 70 persen diekspor.

“Dari total volume ekspor itu, 90 persen merupakan robusta,” jelas Tim Jelajah Kopi Nusantara dalam Sejuta Kisah dari Pelosok Negeri.

Anderi adalah salah satu petani yang memasok kopi di sekitar Danau Kerinci, Provinsi Jambi. Dalam sebulan, dia bisa menjual 500 kilogram hasil biji kopi robustanya ke Kota Sungai Penuh.

Go Internasional! List Warung Kopi yang Sukses di Luar Negeri

Dari situ kopi diangkut menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatra Barat dan akhirnya berlabuh ke Singapura. Setelah dari Negeri Singa kopi itu akan memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa.

“Katanya kopi robusta dari sini yang paling diminati di sana. Paling mantap,” katanya.

Keragaman kopi

Kopi Indonesia/Shutterstock
info gambar

Keragaman aroma dan cita rasa kopi arabika Nusantara paling kaya. Seiring meningkatnya harga kopi dunia, pengembangan arabika menggelora, mulai dari Aceh, Toba, Solok, Kerinci, hingga Lampung.

Selain itu, juga di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Flores, Toraja, dan dataran tinggi Papua. Kopi kemudian menjadi sebuah simbol gerakan dan perubahan. Ada juga daerah yang menjadi mandiri karena kopi.

“Sekarang kami dapat mengendalikan harga kopi, tak lagi dikuasai tengkulak,” ujar Chatarina Sri Pujiastuti, petani dari Srimulyo.

Kopi Luwak, Minuman Pelipur Lara Petani Lampung yang Kini Dihargai Mahal

Walau begitu, kisah kopi tak semuanya soal kesuksesan. Seperti halnya rasa kopi, ada juga yang pahit. Hal ini misalnya dalam kemampuan budidaya, kuatnya jerat ijon, banyaknya bibit tak layak tanam, akses pasar yang rendah, dan kurangnya akses permodalan.

Indonesia masih terseok mendongkrak produktivitas kopi. Produktivitasnya yang mencapai 639,305 ton lebih rendah 0,7 ton per hektare dibandingkan Vietnam yang mencapai 1,5 ton, apalagi Brasil dengan 3 ton.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini