Asal Mula Kehadiran Gedong Songo Ungaran yang Masih Terselimut Kabut

Asal Mula Kehadiran Gedong Songo Ungaran yang Masih Terselimut Kabut
info gambar utama

Gedong Songo yang berada di Puncak Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah merupakan aset terbesar masyarakat. Tetapi cerita tentang Candi Gedong Songo agaknya masih banyak diselimuti kabut zaman.

Dinukil dari Kompas, Gedong Songo merupakan nama yang diberikan oleh penduduk setempat yang diambil dari kata gedong (rumah atau bangunan) dan songo yang berarti sembilan sehingga artinya sembilan (kelompok) bangunan.

“Gedong Songo dulu namanya Gedong Pitoe. Namanya menjadi Gedong Songo karena mungkin ada sembilan kelompok candi, tetapi sebagian sudah hilang,” kata arkeolog dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng.

Menikmati Secuil Kesejahteraan dari Kemegahan Candi Borobudur

Gedong Songo, sebagaimana tradisi agama Hindu adalah penyatuan alam dan sang ilahi. Karena itulah, ketika berada di kawasan Candi Gedong Songo, orang tidak hanya merasakan kehadiran candi-candi di gunung, tetapi juga sebuah impresi alam menakjubkan.

“Ada semacam harmonisasi religi dan alam karena di Gedong Songo, wajah Tuhan bisa dilihat melalui alam. Di tempat yang hening itulah orang merasakan kedamaian, ketenangan jiwa,” papar Gutomo.

Mengenal Gedong Songo

Gedong Songo/Shutterstock
info gambar

BP3 Jateng mencatat, kompleks percandian itu pertama kali ditemukan peneliti purbakala berkebangsaan Belanda, Loten, pada tahun 1740. Tahun 1804, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Thomas Raffles mencatat kompleks tersebut dengan nama Gedong Pitoe.

Sederet penelitian dan pemugaran kemudian dilakukan hingga tahun 1977-1983. Hingga akhirnya Candi yang berjarak 45 kilometer dari Kota Semarang atau hanya 15 kilometer dari Kecamatan Ambarawa ini bisa jadi destinasi wisata.

Pengunjung Meningkat Signifikan, Candi Borobudur Masih Jadi Primadona saat Liburan Sekolah

MA Soetikno, pemilik sanggar Seni Gedong Songo menyebut tempat itu adalah sumber inspirasi budaya, khususnya dalam menghayati kebesaran Tuhan dan memaknainya dalam kehidupan sehari-hari.

“Sebagian orang menafsirkan Gedong Songo yang sembilan itu lambang pengendalian sembilan indera pada tubuh manusia,” katanya.

Kabut misteri

Gedong Songo/Shutterstock
info gambar

Arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Eko Punto Hendro mengungkapkan bahwa candi tersebut termasuk yang tertua seperti halnya Candi Dieng yang berada di Dataran Tinggi Dieng.

Tetapi walau disebut dibangun sekitar abad 8 Masehi, belum ada bukti kapan persisnya kompleks percandian itu dibangun. Selain itu, timbul pertanyaan benarkah bangunan itu menunjukkan hierarki kesucian.

“Kalau dibangun oleh pendeta Hindu, apakah dibangun oleh komunitas pendeta ataukah pendetanya yang diminta pihak kerajaan? Kalau melihat dari ciri dan kualitas candinya, memang beda dengan candi yang dibangun di dataran (rendah) oleh kerajaan,” paparnya.

Memaknai Relief Fauna yang Temani Buddha dalam Pahatan Candi Borobudur

Bagi Ngatimin, juru pelihara Candi Gedong Songo, candi itu tetap bagaikan mutiara kehidupan. Karena menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitar yang dilakukan secara turun temurun.

“Pedagang, pemandu kuda, juru potret, dan masyarakat lainnya,” kata Ngatimin.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini